• Berita Terkini

    Selasa, 07 Januari 2020

    Bambang Terjemahkan Sejarah Joko Sangkrip

    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Meski usianya telah mendekati 86 tahun, namun hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi Bambang Sugeng untuk terus menulis. Warga Desa Mekarsari Kutowinangun ini memang telah menyukai dunia tulis menulis sedari muda. Salah satu karyanya, Bambang berhasil menerjemahkan sajarah Joko Sangkrip dari tulisan Jawa ke alfabet.

    Karya rampung dalam waktu tiga bulan. Meski kini telah menggunakan huruf alfabet namun masih menggunakan Bahasa Jawa tempo dulu. Pihaknya pun berencana menerjemahkan karya tersebut ke dalam Bahasa Indonesia. Sehingga kisah Joko Sangkrip yang penuh hikmah dalat dengan mudah dipahami oleh para generasi milenial. Buku yang diterjamahkan yakni Serat Yatna Tama yang ditulis oleh Wongso Pratondo.

    Kisah Joko Sakrip tersebut, menjadi bagian dari Sejarah Kebumen. Bahkan Serat Yatna Tama merupakan Babat Kutowinangun. Di Kebumen sendiri banyak desa-desa atau daerah yang diberi nama oleh Joko Sangkrip. 

    Di usia yang tidak lagi muda, seharusnya menulis bukanlah pekerjaan yang mudah. Terlebih bagi Bambang yang telah mempunyai delapan cucu dan empat buyut tersebut. Namun bermodalkan semangat yang tidak mudah padam dan kecintaannya pada dunia tulis menulis semua itu dapat dilaluinya dengan baik. Bambang Sugeng menulis kata demi kata menggunakan tulisan tangan. “Banyak tulisan terkait dengan sejarah yang telah saya tulis,” tuturnya, Selasa (7/1/2020) saat berkunjung ke Kantor Kebumen Ekspres.

    Didampingi oleh salah satu Guru SMK Pembangunan 1 Kutowinangun Hari Pristiyono, Bambang pun menceritakan  karya-karyanya. Menurutnya dari kisah Joko Sangkrip saja, akan banyak hal yang dapat menjadi suri tauladan dan dipetik sebagai nasehat dalam kehidupan sehari-hari.

    "Inilah pentingnya membaca sejarah. Yang mana memandang sejarah dapat menjadi cermin untuk menata kehidupan masa depan,” jelasnya yang mempunyai Nama Pena Ki Ageng Duduan itu.

    Bambang yang juga merupakan Ketua RT 1 RW 4 itu, menambahkan beberapa hal yang dapat diteladani dan dipetik dari kisah perjalan Joko Sangkrip, lanjut Ki Ageng Duduan, yakni berkaiatan dengan kesabaran, spiritual yang tinggi dan ketaatan pada pemimpin serta keberanian dan ketabahan. Hal inilah yang mampu membentuk manusia menjadi kuat. Baik dari segi fisik maupun mental.

    Sementara itu apa yang dilakukan oleh Bambang Sugeng mendapat apresiasi dari Hari Pristiyono. Pihaknya berharap apa yang dilakukan oleh Bambang dapat bermanfaat untuk para generasi sekarang dan selanjutnya. Bukan hanya itu saja, semangat dan terus berkerja meski telah lanjut usia juga patut menjadi contoh yang baik. “Generasi muda harus bisa mencontohnya. Dimana meski telah lanjut usia Bambang masih semangat, ulet, telaten dan konsisten,” ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top