• Berita Terkini

    Kamis, 26 Desember 2019

    Janda di Kebumen ini Tinggal di Rumah Reot, Belum Tersentuh Bantuan

    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Kebumen "resmi" menyandang status termiskin di Jawa Tengah. Supriyati (49) warga RT 1 RW 2 Desa Krakal Kecamatan Alian ini mungkin merasakan betul situasi itu.

    Ya, Supriyati bukanlah golongan ekonomi mampu. Rumahnya masih sangat sederhana. Rumah berukuran  4x6 meter itu masih berlantai tanah. Belum juga permanen karena masih terbuat dari kayu dan bambu. Sudah begitu, tak terlihat meja dan kursi, hanya ada sebuah dipan dari bambu tanpa kasur yang digunakan untuk beristirahat.

    Beralih ke dapur yang digunakan Supriyati untuk memasak, dinding dan atap hanya terbuat dari plastik terpal dan genteng yang pecah. Tak ada kompor gas, hanya terlihat sebuah tungku kecil dan ranting pohon sebagai bahan bakar untuk memasak. Bahkan untuk keperluan MCK (mandi cuci dan kakus), Supriyati harus menumpang dirumah tetangga.

    Atap rumah Supriyati nyaris ambruk. Sejauh ini belum juga diperbaiki.  Bangunan itu menjadi satu-satunya tempat Supriyati bersama enam anaknya yang masih kecil berteduh. Mirisnya, Supriyati mengaku belum tersentuh bantuan dari pemerintah selama kurang lebih 17 tahun.Untuk menghindari hal-hal yang membahayakan keselamatan anak anaknya, Supriyati terpaksa harus memindahkan tempat tidur ke dapur.

    "Kalau lagi musim hujan  sering bocor, air masuk kerumah. Tapi mau gimana lagi wong adanya kaya gitu,” ucap Supriyati ditemui Selasa (24/12/2019).

    Supriyati mengakui, sangat berharap rumahnya suatu saat diperbaiki. Namun, perempuan yang sudah menjanda dan bekerja sebagai buruh serabutan tak mampu mewujudkan sendiri mimpinya tersebut.

    "Saya cuma jadi buruh serabutan. Belum lagi biaya untuk anak sekolah. Ya semua saya banting tulang sendiri karna bapak anak anak udah meninggal dulu,” ujar dia.

    Supriyati berharap, ada bantuan dari pemerintah dan donatur yang terketuk hatinya untuk memperbaiki rumahnya. Supriyati khawatir jika tidak segera diperbaiki rumah miliknya ambruk, karena rangka kayu penyangga atap sudah patah.
    Sementara itu, Kepala Desa Krakal Agus Parwidi saat di ditemui mengatakan, sebenarnya bantuan sudah tiga kali ditawarkan, tapi karena keterbatasan biaya, Supriyati selalu menolak."Bantuan bedah rumah dari program pemerintah Desa kan sifatnya hanya membantu, sisanya di tanggunga oleh penerimanya. Untuk itu kami berharap, apabila ada bantuan untuk  bedah rumah dari donatur lainya, kami  juga siap untuk turut membantunya,”jelas Kepala Desa Krakal.(cah)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top