• Berita Terkini

    Selasa, 26 November 2019

    Presti, Sosok Guru PAI Tunanetra Asal Kebumen

    Pantang Menyerah, Selalu Berikan yang Terbaik

    Dibalik setiap kekurang terselip sebuah kelebihan. Tidak pernah putus asa dan selalu berusaha mungkin itulah yang membuat Presti Murni Setiati (32) dapat meraih sebuah kesuksesan. Ya Presti merupakan guru PNS tunanetra. Dia menjadi Guru Fiqih di MTs Negeri 2 Kebumen. Kendati memiliki keterbatasan fisik, namun nyatanya Presti mampu mengajar para siswa non disabilitas dengan baik.
    ---------------------
    IMAM WAHYUDI, Kebumen
    ----------------------
    BERTEPATAN dengan peringatan Hari Guru yang jatuh kemarin, (25/11), kisah Presti layak menjadi inspirasi bagi semua. Meski memiliki keterbatasan fisik, namun Presti mampu membuktikan jika dengan berusaha semua tidak ada yang sia-sia.

    Perempuan kelahiran Yogyakarta 5 Februari 1987 ini merupakan tunanetra sejak lahir. Keterbatasannya diketahui sejak umur 40 hari sejak kelahirannya. Kisah hidupnya pun semakin miris. Dimana  saat berusia 12 tahun Presti terpaksa kehilangan bola mata kirinya. Ini lantaran matanya karena terkena slot pintu.

    Keterbatasan ini pun tidak membuat orang tua Presti putus asa. Orang tuanya menyekolahkan dirinya di Sekolah Dasar Luar Biasa di daerah Bantul. Kemuadian dia belajar melanjutkan di MTs Tunanetra di wilayah Yogyakarta. Yang luar biasa luar biasa, Presti merampungkan SLTA di sekolah umum yaitu SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta pada 2006. Pada waktu itu, dia juga belajar mengenal teknologi komputer dalam pendidikan.

    "Setelah itu saya mengambil kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) lulus tahun 2010," kata perempuan asal Sewon, Bantul ini, Senin (25/11) ketika ditemui di tempat kerjanya.

    Setelah selesai kuliah, Presti berkeinginan melanjutkan studi untuk melanjutkan ke S2. Namun itu diurungkan. Presti lantas memilih untuk mengajar SDLB di Sragen. Setelah dua tahun mengajar, Presti kemudian pulang ke Yogyakarta untuk bekerja pada Pusat Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga hingga 2013. Kemudian, hingga 2019 dia bekeja sebagai asisten peneliti pada lembaga yang bergerak di bidang advokasi difabel di Yogyakarta.

    "Saya tahun 2018 mendaftar CPNS di wilayah Jawa Tengah dan diterima di MTs N 2 Kebumen mulai mengajar Juli 2019," tutur perempuan satu orang anak ini.

    Sebagaimana guru lain, Presti juga mengajar beberapa kelas di sekolahnya. Dirinya mengajar Fiqih untuk kelas VII dan IX. Dalam proses pembelajaran, dia lebih mengutamakan dengan multimedia seperti laptop maupun LCD untuk menampilkan media pembelajaran kepada siswa.

    "Alhamdulillah di sekolah sudah tersedia LCD sehingga mempermudah pembelajaran. Kendalanya kalau saat penilaian karena harus merubah tulisan tangan agar dapat terbaca," imbuhnya.

    Dalam perjalanan hidupnya, banyak mengalami kejadian pahit. Bullying kerap diterimanya semenjak kecil oleh teman-temannya. Hal itu pun membuatnya menangis. Kendati demikian orang tuanya selalu menekankan keberanian dan kemantapan hati atas bullying tersebut. Sehingga membuatnya termotivasi untuk menjadi lebih baik.

    Dengan menjadi guru, Presti berharap dapat bermanfaat bagi orang lain. Kepuasan batin pun dirasakannya manakali pembelajaran dapat diterima peserta didik. Motivasi yang selalu dipegang Presti yakni learning by doing atau belajar sambil bekerja.  "Semangat mengajar juga memandang bahwa nanti anak saya akan belajar dengan guru yang lain. Maka saya berupaya semaksimal mungkin dalam mengajar," tegasnya.

    Pada momen Hari Guru ini, Presti berharap pendidik dapat mengupayakan segenap kemampuannya untuk dunia pendidikan. Dimana masa depan generasi muda saat ini berada di tangah para pendidik. Bagi para siswa, dirinya berpesan agar menjadikan guru sebagai fasilitator dan teman belajar. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top