• Berita Terkini

    Rabu, 23 Oktober 2019

    Tradisi Unik Warga Desa Mangunharjo Sambut Musim Tanam

    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Warga Desa Mangunharjo Kecamatan Adimulyo memiliki tradisi unik setiap menjelang masa tanam (MT) 1. Sebelum melakukan penanaman, warga setempat melaksanakan tradisi merdi bumi atau merdi desa yang umumnya dengan nanggap kesenian.

    Uniknya, warga setempat punya cara dan gaya masing-masing dalam peringatan itu. Setiap pedukuhan tidak sama. Ada yang nanggap wayang kulit, kuda lumping, calung. Ada juga yang nangga Tayub dan Ketoprak.

    Seperti misalnya warga Dukuh Pecangkringan RW 02, yang rutin nanggap tayub dan ketoprak. Ini artinya, warga setempat pantang nanggap kesenian lain seperti wayang kulit atau kuda lumping yang sudah ditanggap pedukuhan lain.

    "Itu sudah turun temurun, kalau warga sini nanggapnya tayub sore hari dan malamnya Ketoprak. Setiap dukuh di Desa Mangunharjo beda tanggapan, ada yang nanggap Calung, wayang dan lainnya," kata Sukirman (65) warga setempat diamini Saptono (57).

    Bagi masyarakat Mangunharjo yang berprofesi petani dan buruh mereka percaya dengan menggelar tradisi selamatan Merdi Dukuh mereka akan diberikan rizky yang melimpah. "Nanggap Ketoprak dan Tayub konon dulu untuk menyemangati para warga dalam melakukan pekerjaan sebelum musim labuh ataua musim tanam," ungkap Saptono.

    Kepala Desa Mangunharjo Kecamatan Adimulyo, Margono, menambahkan, tradisi Merdi Dukuh atau selamatan dukuh ini dilakukan rutin selama kurun dua tahunan. Acara Merdi Dukuh digelar ditempat pamong setempat.  "Ini rutin setiap tahun. Namun setiap dukuh mempunyai ciri khas tersendiri," katanya diampingi Ketua Panitia Slamet Widianto.

    Hadir dalam kesempatan itu, Wakil Bupati Kebumen H Arif Sugiyanto, Kepala Disdik Kebumen H Mohammad Amirudin SIP MM, Camat Adimulyo, mantan anggota DPRD Kebumen Partai PAN Hartono serta tokoh masyarakat desa setampat.

    Wakil Bupati Kebumen, Arif Sugiyanto, mengapresiasi antusiasme warga Desa Mangunharjo, khususnya warga Dukuh Pecangkringan yang menjunjung tinggi adat dan budaya turunan nenek moyang tersebut.  Apalagi, tanggapan ketoprak di Dukuh Pecangkringan sangat meriah.

    "Sekelas dukuh saja bisa menggelar selamatan ini luar biasa. Dengan ini kami yakin perekonomian Kebumen terus menggeliat, hal itu tentunya dimulai dulu dari pembenahan jalan yang baik," katanya.

    Wabup Arif juga menyampaikan bahwa Kabupaten Kebumen sebentar lagi akan mempunyai mempunyai Rice Milling Unit (RMU) atau mesin pengering dan penggiling padi. Dengan dibangunnya mesin RMU yang dipusatkan di Desa Kaliputih Kecamatan Kutowinangun, masyarakat Kebumen bisa langsung menjual gabah hasil panennya dengan harga tinggi.

    "Dengan RMU, jenengan tinggal telfon nanti ada petugas yang datang mengambil gabah hasil panen di sawah. Jenengan tidak lagi repot jemur, napeni gabah dan lain-lain. (Dengan RMU ) Gabah langsung kering dioven dan langsung jadi beras," kata Wabup Arif.

    Dengan keberadaan RMU, Wabup Arif yakin Kabupaten Kebumen akan kembali menjadi lumbung padi seperti di era Bupati Kebumen pertama Ki Bondronolo dimana Kebumen bisa menyuplai beras pada masa perjuangan Sultan Agung melawan kolonial Belanda.

    "RMU ini bisa menghasikan beras berkualitas bagus kelas premium. Jadi nantinya masyarakat Kebumen berubah dari yang tadinya sentra padi menjadi sentra beras. Tidak menutup kemungkinan Kebumen menerima padi dari luar kabupaten dan bisa menciptakan beras made in Kebumen," kata Arif.

    Diakhir acara wakil bupati kebumen mengajak emak - emak, panitia dan pamong nyanyi tembang jawa. Dengan iringan musik gamelan mereka menyanyikan lagu Gundul - Gundul Pacul dan Lier Iler. Pada acar itu dimeriahkan dengan pertunjukan Paguyuban Ketoprak Titi Laras dari Desa Meles Kecamatan Adimulyo. (fur)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top