• Berita Terkini

    Selasa, 08 Oktober 2019

    Stunting Capai 10.291 Kasus di Kebumen

    IMAM/EKSPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Selain merupakan kabupaten termiskin ke dua se-Jawa Tengah, persoalan stunting yakni gizi kronis ternyata masih menjadi problem serius di Kabupaten Kebumen. Stunting  disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam rentang waktu yang cukup lama. Hal ini umumnya disebabkan oleh asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

    Angka stunting Kebumen pada tahun 2019 berada di 19,20 persen atau sekitar 10.291 balita stunting dari total balita 53.083 yang sudah terdata. Kendati demikian, potensi kasus stunting dapat bertambah. Ini mengingat sebagian balita masih dalam proses pendataan.

    Kampanye Gerakan Peduli Stunting sendiri diikuti oleh 500 peserta. Ini terdiri dari para kepala desa se Kebumen, Kepala Puskesmas di Kabupaten Kebumen dan OPD teknis terkait. Dalam pembukaan, hadir pula Kepala Bap3Da Pudjirahaju, perwakilan pimpinan OPD lain.

    Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen dr Hj Y Rini Kristiani MKes mengemukakan hingga kini di Kabupaten Kebumen baru sekitar 63 persen yang terdaftar. Dengan 19,2 persen diantaranya mengalami masalah kekurangan gizi kronis. Sedangkan, sebanyak 37 persen balita lain tengah dalam proses pendataan. "Dimungkinkan dapat ditemui stunting baru," katanya saat kegiatan Kampanye Gerakan Peduli Stunting, Senin (7/10/2019) di Candisari Karanganyar.

    Rini menjelaskan target penurunan angka stunting di Kabupaten Kebumen sekitar 2 persen setiap tahunnya. Namun demikian, baginya upaya tersebut perlu dilakukan semua pihak bukan saja Dinas Kesehatan. "Stunting ini bukan tanggung jawab Dinas Kesehatan semata, melainkan tetapi juga pemerintahan desa dan masyarakat lain," ungkapnya.

    Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Kebumen H Ahmad Ujang Sugiono SH menyampaikan penanganan masalah stunting memang harus menggunakan pendekatan multi sektor. Untuk itu seluruh perangkat daerah, dunia usaha, profesi, instansi dan elemen lain mengambil peran dalam upaya penanggulangan stunting.

    "Pejabat di wilayah, kami minta ikut memantau langsung ke lapangan. Selain itu juga bekerjasama dengan Kepala Desa dan lainnya. Ini untuk memantau dan mendata semua bayi yang ada di wilayahnya.  Saya ingin semua pertumbuhan bayi normal. Jika ada stunting, tolong diidentifikasi apa penyebabnya untuk ditangani bersama-sama," tegasnya.

    Tidak hanya pada bayi, lanjut Ujang, kondisi ibu hamil juga perlu dikawal. Ini agar pertumbuhan janin di dalam rahimnya bisa sempurna. Masyarakat, utamanya para orang tua, harus diberikan pemahaman tentang pentingnya pemberian asupan gizi berimbang. Stunting tidak hanya mengancam orang miskin saja.

    "Orang kaya juga bisa kena karena tidak paham tentang asupan gizi yang sehat untuk anak-anaknya. Selain itu pernikahan dini juga harus terus dicegah. Karena rahim perempuan yang masih muda belum siap hamil. Sangat rawan untuk pertumbuhan bayi jika dipaksa hamil, akhirnya bisa stunting juga," ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top