• Berita Terkini

    Rabu, 30 Oktober 2019

    Satu Tahun Tragedi Lion Air JT-610 di Perairan Karawang

    JAKARTA – Kemarin, tepatnya 29 Oktober 2019, menandai satu tahun kecelakaan tragis Lion Air nomor penerbangan JT-610 terjadi di perairan Karawang, Jawa Barat. Boeing Company sebagai pabrikan pembuat pesawat terbang Boeing B-737 MAX 8 yang terlibat pada kecelakaan itu meminta maaf kepada keluarga korban.

     Sementara pihak Lion Air menggelar prosesi tabur bunga dan doa bersama keluarga penumpang penerbangan JT-610 di wilayah perairan Karawang.


    Terdapat 243 anggota keluarga mengikuti rangkaian acara tersebut, dalam doa dan penghormatan setinggi-tingginya untuk seluruh penumpang dan awak pesawat JT-610 serta keluarga dan kerabat yang ditinggal.


    Rombongan keluarga dan pihak terkait tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pukul 08.00 WIB, selanjutnya naik KRI Semarang yang digunakan untuk mendukung acara tabur bunga dan doa bersama.


    KRI Semarang kemudian bergerak menuju perairan Karawang beserta keluarga dan seluruh pihak terkait. Rangakaian prosesi tabur bunga dan doa bersama pada hari ini secara khusus diselenggarakan oleh Lion Air kepada keluarga penumpang dan kru pesawat penerbangan JT-610 dalam rangka mengenang keluarga, sahabat, karib kerabat dan handai taulan.


    Lion Air mengucapkan terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya kepada Badan SAR Nasional (Basarnas), elemen pemerintah pusat dan daerah, Tentara Nasional Indonesia (TNI), Polri.
    Termasuk tim Disaster Victim Identification Kepolisian Republik Indonesia (DVI Polri), seluruh karyawan serta awak pesawat Lion Air dan pihak-pihak lainnya, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Berkat dukungan, kontribusi, kerjasama dan perhatian yang telah diberikan kepada Lion Air selama ini dalam berbagai kegiatan, termasuk pendampingan kepada keluarga.


    Acara tabur bunga dan doa bersama keluarga penumpang penerbangan JT-610 yang dipimpin Komandan Satuan Tugas Tabur Bunga, Kolonel Avianto Roosewirawan (Komandan Satuan Kapal Amfibi) berlangsung dengan hikmat. ”Tabur bunga dan doa bersama berjalan lancar. Prosesi berakhir pada pukul 14.00 WIB ketika KRI Semarang bersandar ke Pelabuhan Tanjung Priok. Lion Air mengharapkan akan tetap menjadi bagian keluarga utuh, dan senantiasa membangun hubungan baik bersama pihak keluarga tersebut,” terang Corporate Communications Strategic of Lion Air, Danang Mandala Prihantoro, kemarin (29/10).

    Sementara itu, CEO dan Presiden Boeing Company Dennis Muillenberg menyatakan, "Atas nama segenap keluarga besar Boeing, kami menyampaikan penyesalan dan duka cita mendalam atas kecelakaan yang terjadi," sebutnya.

    Kecelakaan Lion Air nomor penerbangan JT 610, kata Muillenberg dalam penyataan terbuka itu, akan terus menjadi kesedihan yang mendalam bagi dirinya.
    Muillenberg tidak bisa membayangkan rasa duka cita yang dialami keluarga dan sahabat para penumpang dan awak pesawat terbang itu.


    Muillenberg ada di antara rombongan besar keluarga korban Lion Air nomor penerbangan JT 610 dan manajemen Lion Air Group, yang bertolak dari dermaga JICT II di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa ini.


    Mereka bertolak menggunakan KRI Semarang-954, ke perairan di mana kecelakan perdana melibatkan Boeing B-737 MAX8 nomor registrasi PK-LQP rute Jakarta-Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, yang dikemudikan kapten pilot Bhavye Suneja (kebangsaan India) dan kopilot Harvino di Tanjung Pakis, Jawa Barat.

    "Dengan rasa tanggung jawab, kami berjanji dengan sepenuh hati untuk memberikan dukungan kepada keluarga dan masyarakat yang terkena dampak tragedi ini. Dengan memberikan bantuan langsung melalui Dana Santunan Boeing," terangnya.


    Pada 24 September lalu, BBC menyiarkan bahwa Boeing Company akan memberikan santunan berupa dana sebanyak 144.000 dolar Amerika Serikat kepada keluarga korban Lion Air nomor penerbangan JT 610. Dana itu berasal dari dana santunan, yang diumumkan Boeing Company pada bulan Juli lalu.


    Muillenberg pada saat akan naik ke lambung KRI Semarang-594 tidak bersedia memberikan keterangan apa pun.
    Setelah Lion Air nomor penerbangan JT 610, kembali terjadi kecelakaan melibatkan Boeing B-737 MAX 8 pada maskapai penerbangan Ethiopian Airlines nomor penerbangan ET 302 pada Maret 2019, dengan 157 orang di dalam kabin pesawat terbang itu tiada yang selamat.


    Setahun lalu, PK-LQP yang memakai teknologi pengendalian penerbangan yang digadang-gadang paling canggih dari Boeing, yaitu MCAS (Manouevering Characteristics Augmentation System), jatuh ke laut dengan jumlah korban jiwa 189 orang, termasuk dua pilot, lima awak kabin, satu anak-anak, dan dua bayi.


    KNKT telah mengumumkan hasil penyelidikan mereka berdasarkan pemeriksaan dan pengujian mendalam dan saksama atas berbagai instrumen, petunjuk, bukti-bukti, dan hal-hal lain terkait yang sahih. Pengumuman itu sudah dilakukan di Jakarta beberapa hari lalu. (fin/ful)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top