• Berita Terkini

    Selasa, 01 Oktober 2019

    Petani Tembakau Pertahankan Alat Perajang Tradisional

    aefur Rohman / Kebumen Ekspres
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Sebagian petani tembakau di Kecamatan Karanggayam kini mulai beralih menggunakan alat perajang mesin. Namun, sebagian lain memilih mempertahankan alat perajang tradisional. Tidak hanya soal harganya lebih murah, alat perajang model ini diyakini membuat cita rasa tembakau terjaga.

    "Memang sebagian besar ada sudah menggunakan mesin tapi kami masih mememilih manual, karena rasanya berbeda," ungkap Sunarto (49) warga  Desa Logandu Kecamatan Karanggayam, ditemui kemarin.

    Sebelum proses perajangan tembakau, daun tembakau yang usai dipetik harus disimpan satu minggu. Jika daun tembakau sudah mulai menguning, barulah petani melakukan proses pemotongan.

    Rajangan daun tembakau itu lantas dikemas dalam alat yang disebut warga "rigen". Rigen terbuat dari bambu yang dianyam berbentuk persegi panjang. Baru setelah itu tembakau akan dijemur dalam kurun 3-4 hari hingga benar-benar kering.

    "Untuk proses penjemuran tambakau harus sering dibalik, tak menunggu waku lama biasanya jika panasnya bagus 1 - 2 jam jemuran harus dibalik agar tidak lengket," ungkap Slamet Muhyidin (48) salah satu pengepul tembakau basah warga Pagebangan RT 3 RW 2 Desa Karanggayam.

    Para petani tembakau di Kebumen saat ini tengah memasuki musim panen. Warga pun banyak beralih profesi sementara. Baik sebagai perajang tembakau, menjemur hingga mengangkut tembakau.

    Mereka bekerja untuk para pedagang tembakau. Untuk kerja harian mulai pukul 07.00-12.00, seorang pekerja pria biasanya mendapat upah Rp 50 ribu. Sementara untuk kaum perempuan, mendapatkan upah Rp 35-40 ribu.

    Sejumlah pekerja lain, umumnya pria, bahkan bisa mendapatkan upah Rp 100 ribu karena mereka bekerja dari pagi sampai malam, dari menjemur hingga membawanya kembali setelah kering. (fur)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top