• Berita Terkini

    Sabtu, 21 September 2019

    Senyum Lebar Perajin Kok di Musim Kemarau

    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Musim kemarau ternyata menjadi berkah tersendiri bagi para perajin shuttelcock atau biasa disebut "kok bulutangkis". Datangnya musim kemarau, diiringi dengan kenaikan permintaan shuttelcock dari konsumen.

    Salah satu perajin "kok bulutangkis" di Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Karanganyar, Sadiyo, mengatakan musim kemarau minat warga bermain bulutangkis meningkat. Imbasnya, shuttlecock banyak dicari.  Sebagai seorang perajin "kok bulutangkis", Sadiyo tentu saja ikut kecipratan rejeki.

    Ia mengaku bisa memproduksi sekitar 4 sampai 5 slop perhari. Ini artinya ada peningkatan dibanding bulan-bulan sebelumnya yang "hanya" 2 slop perhari. "Alhamdulillah, ada peningkatan permintaan," katanya.

    Sadiyo sudah 35 tahun menggeluti usaha pembuatan shuttelcock. Bahan bakunya berupa bulu ayam. Bahan baku itu Sadiyo dapatkan dari tempat pemotongan unggas. Adapun bahan lainnya seperti benag, kop atau kepala kok, ia dapatkan dari membelinya di Kebumen.

    Karena masih menggunakan cara manual, proses pembuatan kok tidaklah mudah. Butuh kecermatan dan kesabaran tersendiri. "Pertama kali bulu ayam dipotong dan dibentuk sesuai kualitasnya. Proses selanjutnya dicuci bersih lalu dijemur di panas matahari."

    "Bulu ayam yang sudah dipilih sesuai kualitasnya diluruskan dengan cara dipanasi. Bulu yang sudah lurus lalu dipasang ke "bogem".  Lalu diseteld dan kemudian dijahit menggunakan benang. Baru setelah itu diberi lem atau perekat agar kuat," jelasnya ditemui kemarin (19/9).

    Sadiyo mengaku mendapatkan ketrampilan membuat kok karena ia pernah bekerja di pabrik shuttelcock di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Bekal itu ia bawa ke kampung dan ia gunakan untuk mencari rejeki di Kebumen.

    Meski masih menggunakan cara tradisional, kok buatan Sadiyo tak kalah kualitasnya dengan bikinan pabrik.  Tak heran, permintaan terus mengalir. "Kalau permintaan sih bisa 1500 slop," katanya sembari mengatakan, setiap slop berisi 12 kok.

    Kepada konsumen, Sadiyo membanderol harga koknya bervariasi, tergantung kualitas bulu dan kepala kok yang disebut bogem. "Biasanya dijual perslop Rp 30 ribu atau Rp 70 ribu," katanya.(cah)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top