• Berita Terkini

    Sabtu, 14 September 2019

    Menikmati Tugas Jadi Duta Islam Nusantara

    DIDAULAT sebagai Dai Instruktur Nasional Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (Din Jatman) PBNU adalah sebuah amanah yang tidak ringan. Namun saat semuanya dilalui dengan penuh suka cita.
    Ini karena hal tersebut merupakan sebuah panggilan untuk berkhidmah kepada agama dan umat maka semuanya menjadi lebih mudah untuk dijalani. Demikian penuturan Ma’muri Santoso, laki-laki kelahiran Kebumen, 13 November 1983.

    Ia mengikuti Training of Trainer (TOT) sebagai Din Jatman PBNU bersama 25 peserta lainnya dari berbagai penjuru tanah air seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Kalimantan serta Papua di Cisarua Bogor pada September 2018 lalu.

    Disamping itu pria yang menjadi staf pengajar Ponpes Mambaul Hisan Sitibentar Mirit Kebumen ini juga masuk dalam tim penulis Buku Khutbah Jumat Islam Nusantara yang diterbitkan oleh Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LDPBNU).

    Tulisan-tulisannya antara lain menghiasi kolom wacana nasional Suara Merdeka mengangkat tema-tema keislaman dan kebangsaan, seperti Mbah Moen dan Warisan Nasionalisme (7/8), Hijrah dan Solidaritas Kebangsaan (31/8) serta beberapa tulisan di media lain seperti MUI dan Pemberdayaan Ekonomi Umat.

    Ditemui di tengah aktifitasnya sebagai Kepala MTs Mamba’ul Hisan Tlogodepok Mirit Kebumen ia menceritakan bahwa kecintaannya terhadap pemikiran Islam yang moderat mulai tumbuh saat ia menjadi delegasi pesantrennya di Jombang untuk mengikuti perhelatan Muktamar Pemikiran Islam NU di Ponpes Asembagus Situbondo Jawa Timur pada tahun 2003 silam.
    Disana ia mendapatkan “cas” konsep pemahaman Islam moderat dari tokoh-tokoh seperti Nurcholish Madjid, KH. Hasyim Muzadi, KH. Masdar F Mas’udi, KH. Afifudin Muhajir serta beberapa tokoh NU lainnya.

    “Menjadi duta Islam Nusantara adalah sebuah pengabdian untuk selalu menyampaikan dakwah dengan santun dan terus mengkampanyekan pemahaman Islam Rahmatan Lil Alamin, konsep Islam yang benar-benar ramah, toleran, moderat, adaptif terhadap budaya serta mampu menjadi rahmat bagi sesama.” Demikian ungkap dai yang beberapa bulan lalu memberikan ceramah-ceramah agama di Kalimantan. (*)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top