• Berita Terkini

    Selasa, 13 Agustus 2019

    Setengah Jam Lebih Ibadah Salat Idul Adha di Lapas Semarang.

    JOKO SUSANTO.
    Ibadah Bersama Mantan Pejabat, Hingga Kenaikan Jumlah Hewan Qurban


    Berbaur dengan narapidana mungkin sebagian orang beraggapan tampak menyeramkan, karena dinilai hanya diisi oleh orang-orang yang berbuat salah akibat melakukan tindak pidana. Padahal didalamnya juga penuh kekhusyukan, seperti yang tergambar dalam Ibadah Salat Idul Adha di Lapas Kelas I Semarang. Seperti apa?
    ---------------------------

    Laporan JOKO SUSANTO, Semarang

    ----------------------------
    PAGI ITU, Minggu (11/8/2019) kemarin wartawan Jawa Pos Radar Semarang diberi kesempatan menunaikan ibadah salat Idul Adha oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I, Kedungpane, Semarang, Dady Mulyadi, di masjid At Taubah.

    Koran ini hanya melihat keakraban di mata dan gerak tubuh para narapidana dan tahanan dari berbagai perkara yang menjadi warga binaan pemasyarakatan (WBP) dilapas tersebut, bahkan tanpa ada komando perintah melalui pengeras suara, mereka ikut melaksanakan salat dan mulai berdatangan sejak pukul 06.00 WIB.

    Berduyun-duyun mereka datang dengan mengenakan pakaian layaknya masyarakat umum yang tak terpenjara, ada yang menggunakan sorban, baju koko, jubah dan banyak lagi.
    Menariknya, para WBP yang salat di masjid tersebut bukan hanya diisi oleh warga binaan perkara biasa.

    Melainkan sejumlah orang nomor satu di sejumlah daerah, juga turut serta melaksanakan ibadah solat. Mereka diantaranya ada mantan Walikota Tegal, Ikmal Jaya, Ketua DPRD Kebumen nonaktif, Cipto Waluyo, Bupati Jepara nonaktif, Ahmad Marzuki, mantan Bupati Kebumen, Muhammad Yahya Fuad, mantan Bupati Purbalingga, Tasdi, dan Wakil Ketua DPR RI nonaktif, Taufik Kurniawan, mantan Sekda Kebumen, Adi Pandoyo, serta mantan Walikota Batu, Eddy Rumpoko.

    Mereka ada yang masih menjalani perkara tindak pidana korupsi di Pengadilan Tipikor Semarang dan ada pula yang tinggal menjalani pidananya di lapas tersebut, karena kasusnya sudah berkekuatan hukum tetap.


    Salat sendiri baru dilangsungkan pada pukul 06.54 dan selesai pada pukul 07.15, dengan imamnya ulama kondang asal Ngaliyan, KH Thohir Khusnan. Dilanjutkan khutbah yang juga dibawakan KH Thohir hingga pukul 07.32 WIB.

    Sebelum salat dimulai, terlebih dahulu didengarkan takbir berulang kali melalui pengeras suara, dipandu Ikmal Jaya, yang juga Takmir Masjid At Taubah. Kemudian dijelaskan tata cara salat. Adapun isi khutbah membahas tentang meningkatkan taqwa kepada Allah, SWT.
    Adapun jumlah saf salat terbagi menjadi tiga, didalam ada 10 saf, yang kebanyakan diisi jajaran petinggi lapas dan pengurus masjid, kemudian diemperan masjid ada 2 saf, tempat koran ini melangsungkan salat didampingi Staf Binkemas Fajar Sodiq. Selanjutnya terakhir ada 5 saf yang berada di halaman masjid yang luasnya sekitar 30x35 meter persegi itu.


    Susana salatnya memang tak begitu padat, karena beberapa barisan saf masih ada yang beberapa bolong. Padahal jumlah narapidana di lapas tersebut sebanyak 582, sedangkan narapidana sebanyak 1300. Dengan demikian totalnya mencapai 1882 WBP. Suasana salatnya juga layaknya solat umum, semua berbaur dan akrab saling bersapa. Saat salat dan khutbah berlangsung semua jamaah juga khusyu menjalankan ibadah, begitu usai salat tampak para jamaah akrab bersalaman, bahkan ada yang terlihat beberapa meneteskan air mata.


    Sekalipun berdiri sudah cukup lama, masjid yang berdiri pada 5 Desember 1997 tersebut tampak masih kokok, relief masjid terlihat warna cokelat lengkap dengan ukiran-ukiran dan dan kaligrafi ayat alquran ditulis melalui ukiran. Dinding masjid warna putih dan lantai dari keramik warna putih. Dinding tembok luar ada yang di lukis bunga-bungaan didalam pot, letaknya didekat bedug, lantai dilembari karpet warna hijau, didekat masjid ada kolam ikan memperlihatkan masjid semakin asri.

    Selain itu banyak pot bunga-bungaan yang tampak dirawat.
    Melalui pengeras suara, khotib KH Thohir Khusnan meminta seluruh jamaah melaksanakan kewajiban kepada Allah dan yang dilarang Allah ditinggalkan jauh-jauh. Disampaikannya, moment kali ini mendapatkan tiga pelajaran sekaligus pertama sejarah sareat islam, tentang sejarah Ibrahim diperintah Allah untuk menyembelih putranya Ismail, kedua sejarah ibadah haji dan ketiga sejarah salat Idul Adha. KH Thohir menyampaikan khutbah tersebut mengenakan sorban sembari memgang tongkat, ia tampak gagah berdiri menyampaikan khutbah didalam mimbar yang ada di barisan paling depan masjid At-Taubah.


    Usai salat berlangsung, koran ini sempat berpapasan dengan mantan Bupati Purbalingga, Tasdi, dengan ramah dan penuh keakraban ketika ditanya, ia menjawab saat ini keadaannya sehat.

    Namun demikian, ia kebanyakan hanya senyum-senyum sembari pergi meninggalkan koran ini.
    “Tokoh-tokoh yang menjalani pidana disini (Lapas Semarang) ada pak Yahya Fuad, Tasdi, Ikmal Jaya, Taufik Kurniawan, Ahmad Marzuki, Cipto Waluyo, Adi Pandoyo, dan ada juga pak Eddy Rumpoko, sudah 4 bulan disini. Mudah-mudahan mereka dapat ikut membantu menambah sumber daya manusia, baik manajemen dan membantu tugas-tugas lapas, alhamdulilah semua ikut solad idul adha,”kata Kepala Lapas Semarang, Dady Mulyadi.


    Terkait hewan qurban, diakuinya, ada kenaikan jumlah dari tahun sebelumnya sapi hanya 7 sekarang 10, sedangkan dulu Kambing 18 sekarang 25. Dengan demikian, total hewan qurban kali ini ada 35.

    Sedangkan hewan qurban tersebut akan dipotong selama tiga hari berturut-turut.
    Pihaknya juga memastikan, hewan qurban yang diberikan para WBP tanpa ada paksaan,melainkan kemauan sendiri mereka. Namun demikian, diakuinya, panitia lapas, memang lebih dahulu memberikan pengumuman, sedangkan mereka kebanyakan tertarik dan langsung mendaftar ke panitia.

    Pelaksanaan qurban kali ini, pihaknya menekankan, nilai-nilai bukan semata-mata hanya untuk menyembelih hewan, melainkan juga menyembelih sifat-sifat kejelekan pada manusia. Sehingga yang berbuat diluar norma, nanti kembali kepada norma yang berlaku, pihaknya juga ingin menenamkan nilai sosial, untuk memberi terhadap sesama dan yang membutuhkan.


    “Sehingga memberikan model nilai spirit kebersamaan, untuk menciptakan rasa ukhuwah islamiyah, terutama dalam moment ini rasa keadilan. Jadi mereka yang berlebih, bisa memberikan kepada mereka yang sangat membutuhkan,”ungkapnya.
    Untuk hewan paling besar, dijelaskan Staf Binkemas Lapas Semarang, Fajar Sodiq, dipotong pada hari pertama sumbangan hewan qurban dari mantan Bupati Sragen, Untung Sarono Wiyono Sukarno, dengan bobot sekitar 5 kuintal lebih.
    “Paling besar Sapi pak Untung dan keluarganya, dia sudah 4 tahun terakhir berqurban disini (Lapas), sekarang berlanjut lagi sekalipun sudah bebas,”imbuhnya. (*)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top