• Berita Terkini

    Jumat, 02 Agustus 2019

    Ratusan Ton Ikan di Wadaslintang Mati Mendadak

    Saefur Rohman / Kebumen Ekspres
    WONOSOBO — Ratusan ton ikan karamba di Waduk Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, mati mendadak mati. Bangkai-bangkai ikan yang mayoritas jenis nila yang siap panen itu telah mengeluarkan bau busuk. Ada dugaan, ikan-ikan ini mati karena pengaruh cuaca ekstrem pada musim kemarau panjang ini.

    Pantauan koran ini kemarin, ribuan ikan itu mengapung di permukaan air waduk yang berbatasan antara Kabupaten Kebumen dan Wonosobo tersebut. Di lokasi, terlihat petugas sedang melakukan evakuasi ikan-ikan tersebut.

    Bangkai-bangkai ikan diangkut dengan truk hingga kemudian dikuburkan. Saking banyaknya bangkai ikan yang sudah mengeluarkan bau busuk itu proses penguburan dilakukan dengan alat berat.


    Salah satu petugas PT Aquafarm Nusantara sebagai pengelola karamba, menyebut kematian ikan mencapai 160 ton. Saat disinggung penyebabnya, petugas yang tak mau disebut nama itu mengatatakan karena kandungan oksigen menurun akibat musim kemarau panjang yang sudah masuk kategori cuaca ekstrem.

    Saat ini, kandungan oksigen di dalam air Waduk Wadaslintang tinggal 0,15 mmHg (milimeter air raksa) yang seharusnya batas normal air untuk ikan di karamba tingkat oksigen 6,0 mmHg.

    "Itu untuk karamba 2,2 meter kondisi kandungan oksigen setelah dicek kemarin tinggal 0,15 mmHg. Seharusnya normal 6,0 mmHG, saat ini masih proses evakuasi agar tidak menukar ke karamba yang lain," ungkap dia, Kamis (1/8/2019).

    Sementara itu terpisah, Kepala Bidang Perikanan Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan (Dispaperkan) Kabupaten Wonosobo Pramuji membenarkan matinya ikan di Waduk Wadaslintang.

    Dalam hal ini, pihaknya telah mengirimkan Tim Dispaperkan Kabupaten Wonosobo, sedang melakukan tinjauan ke waduk Wadaslintang.  "Kami sudah cek itu, peristiwa itu diduga disebabkan iklim ekstrem atau kemarau panjang beberapa waktu ini," katanya.
    Pamuji, menjelaskan kejadian serupa pernah terjadi pada 2009 silam bahkan hal itu. Gejala yang terjadi juga hampir sama, yakni disebabkan ketidaknormalan perilaku ikan di perairan air tawar waduk.
    "Gejala ini diduga karena suhu sangat tinggi pada siang hari, sedangkan pada malam hari suhu air sangat rendah. Selain itu, akibat kemarau panjang, diperparah dengan volume air yang menurun drastis juga menyebabkan oksigen (O2) yang dibutuhkan ikan menjadi langka dan menimbulkan kematian massal. Sementara jumlah ikan tetap sama sehingga menimbulkan up-willing atau naiknya racun (gas amonia) dasar waduk yang berasal dari sedimen tumpukan sisa pakan dari budidaya ikan," ungkapnya.(fur)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top