• Berita Terkini

    Selasa, 02 Juli 2019

    Warga Pesisir Selatan Kembali Diingatkan Waspada Gempa

    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Empat guncangan gempa mengguncang pesisir selatan Kebumen Sejak 18 Mei 2019. Terakhir, gempa terjadi pada Sabtu (29/6) lalu. Gempa terakhir, disebut menyisakan pertanyaan besar apakah gempa-gempa susulan akan terus berlanjut.

    Peringatan bahkan sudah diberikan oleh Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono yang menyebut gempa magnitudo 5,3 yang mengguncang Cilacap, Jawa Tengah, Sabtu (29/6) meninggalkan sebuah teka-teki.

    Apalagi bila dikaitkan dengan tiga gempa yang mengguncang zona selatan Jawa Barat dan Jawa Tengah sejak 18 Mei 2019. Keempat gempa itu masing-masing terjadi pada 18 Mei, 9 Juni, 21 Juni dan Sabtu (29/6) lalu.  "Keempat gempa ini seolah menjadi teka-teki karena semuanya dipicu oleh aktivitas subduksi lempeng di zona megathrust-benioff," kata Daryono saat dikonfirmasi.

    Daryono  tak mengungkap ada apa di balik rangkaian gempa itu. Namun dia menyarankan masyarakat waspada terhadap peningkatan aktivitas kegempaan di wilayah itu.
    "Penting untuk terus menggalakkan upaya mitigasi gempa dan tsunami baik upaya mitigasi struktural maupun nonstruktural," kata Daryono.

    Dimintai tanggapannya secara terpisah, pemerhati Astronomi Kabupaten Kebumen, Marufin Sudibyo, sepakat dengan Daryono. Adanya gempa berurutan itu, menimbulkan pertanyaan.

    Meski, tak berarti berupa kabar buruk.  "Kemungkinan pertama, ini peristiwa gempa-gempa biasa dan saling terpisah satu sama lain. Sehingga belum tentu akan berujung pada gempa lebih besar," ujarnya.

    "Kemungkinan kedua, ini fase pra-gempa. Dalam seismologi kadang dijumpai pola pragempa - gempa utama - gempa-gempa susulan. Itu yang terjadi misalnya di Lombok Agustus 2018
    . Mana dari dua kemungkinan itu yang sedang terjadi, masih perlu diteliti lebih lanjut," ujarnya, Senin (1/7/2019).

    Ancaman gempa besar terjadi di Kebumen bukanlah isapan jempol. Sebelumnya, Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kebumen Ir Chusni Ansori MT,  mengamini, Kebumen termasuk wilayah sangat berpotensi terjadi bencana tsunami.

    Ini lantaran di bagian Selatan Kebumen terdapat zone subduksi yakni pertemuan antara Lempeng Samudera Hindia Australia dengan lempeng Benua Eurasia. Lempeng tersebut bergerak ke Utara sekitar tujuh centimeter pertahun. Proses subduksi ini telah terbukti  terjadinya gempa  Magnitudo Momen (Mw) 7.8 di Pangandaran pada tahun 2006 silam. Imbasnya juga dirasakan di Kawasan Pantai Selatan Kebumen seperti di pantai Logending, Pasir, Suwuk.

    Dalam Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah (RTRW) Kabupaten Kebumen 2011-2031, terlihat jelas bahwa zone rawan tsunami berjarak sekitar 8 km dari bibir pantai di Sebelah Timur serta sekitar 750 m di bagian Barat Kawasan Karst Gombong Selatan.

    Apakah peristiwa ini bisa terjadi lagi? "Pengulangan peristiwa ini sangat mungkin terjadi lagi dimasa mendatang. Jejak tsunami purba dengan intensitas sangat  besar pernah terjadi sekitar abad 17 di Pantai Selatan Jawa. Hal ini sudah  diteliti oleh LIPI  pada endapan sedimen pantainya. Peristiwa Palaeo tsunami yang terjadi pada awal abad 17 ini kemungkinan dapat terjadi lagi perulangan setiap 675 tahun,” jelas Chusni saat itu.

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kebumen telah merilis 8 kecamatan yang berada di daerah pesisir selatan sebagai daerah sangat rawan terjadi potensi tsunami. Delapan kecamatan itu membentang 48 km dari arah Timur ke Barat. Meliputi, Mirit, Ambal, Buluspesantren, Klirong, Petanahan, Puring, Buayan dan Ayah.

    Apapun itu, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono mengimbau masyarakat di daerah selatan Jawa Barat dan Jawa Tengah untuk meningkatkan kewaspadaan.  Mitigasi bencana juga perlu gencar disosialisasikan.

    "Kami sarankan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, mitigasi diperkuat, dan sosialisasi terus dilakukan," ungkapnya.(cah)



    Berita Terbaru :


    Scroll to Top