• Berita Terkini

    Sabtu, 15 Juni 2019

    Warga Kebumen Gelar Ritual Jelang Pelaksanaan Pilkades

    KEBUMEN (kebumenekspres.com)-Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) tinggal menunggu hari. Pilkades serentak di 348 desa di Kabupaten Kebumen akan dilaksanakan 25 Juni mendatang. Di Kebumen pelaksanaan pilkades banyak diwarnai dengan berbagai tradisi. Ini mulai dari menjaga makam leluhur, hingga keliling desa.

    Tradisi menjaga makam leluhur atau punden ini, salah satunya dilaksanakan di Desa Karangsari Kebumen. Sejak dua bulan lalu, makan leluhur desa tersebut telah dijaga ketat. Bahkan kini makam tersebut dijaga selama 24 jam secara bergantian. Di area pemakaman Stana Bunder yang terletak di RW 1 Desa Karangsari terdapat tiga makam yang dijaga.  Ini meliputi makam sesepuh yakni Singa Rebawa dan Singa Banget serta makam Kepala Desa pertama Karangsari yakni Lehan.

    Ahmad (55) warga RT 2 RW 1 Desa Karangsari menyampaikan penjagaan dilakukan guna menghindari pengambilan tanah di makam leluhur setempat. Dalam kepercayaan tertentu tanah yang diambil dalam makam tertentu dalam untuk dijadikan sarana pemenangan salah satu calon. “Dijaga agar tanahnya tidak diambil,” ungkapnya, Kamis (13/6/2019).

    Penjagaan, lanjutnya, akan diperketat pada malam hari. Bahkan jika sudah lewat pukul 19.00 WIB tidak ada lagi yang diperkenankan berziarah. Hal ini tentunya untuk menghindari pengambilan tanah kuburan. "Kalau sekedar ziarah makam tetap diperbolehkan. Namun kalau sudah malam memang kami minta untuk pulang," jelasnya.

    Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya. Begitulah sebuah peribahasa yang menyatakan bawa desa mawa cara negara mawa tata. Jika di Desa Karangsari Kebumen terdapat tradisi menjaga makam, di Desa Mekarsari Kutowinangun tradisinya adalah keliling desa.

    Rifangi (28) salah warga mengatakan tradisi keliling desa dilaksanakan oleh calon kepala desa pada malam hari pemilihan. Ini juga mensyaratkan saat keliling desa tidak boleh diketahui oleh orang lain, tepatnya kubu lawan. “Jika diketahui maka namanya kemenungsan,” ungkapnya.

    Menjaga makam leluhur juga dilaksanakan di Desa Kebulusan Pejagoan. Berbeda dengan Karangsari di Kebulusan makam hanya dijaga pada malam hari pemilihan saja. “Kalau disini hanya malam pemilihan saja,” ucap Agus (28) salah satu warga setempat. (mam) 

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top