• Berita Terkini

    Rabu, 19 Juni 2019

    Jakarta Urutan Tujuh Kota Termacet di Dunia

    JAKARTA - Salah satu perusahaan teknologi yang mengatur lalu lintas, TomTom, merilis Indeks Lalu Lintas 2018 yang menyoroti tingkat kemacetan pada 403 kota di 56 negara.

    Dalam laporan tersebut disebutkan, kemacetan lalu lintas terus meningkat selama satu dekade terakhir pada hampir 75 persen kota yang disurvei dalam indeks. Juga ada fakta tingkat kemacetan yang stabil antara 2017 dan 2018.

    Melansir Statista, Selasa (18/6), Mumbai menjadi kota yang memiliki tingkat kemacetan tertinggi, di kota mana pun tahun lalu dan penumpang di sana dapat menghabiskan rata-rata waktu perjalanan ekstra 65 persen karena terjebak dalam lalu lintas.

    Ibukota Kolombia, Bogota, berada di urutan kedua dengan tingkat waktu ekstra perjalanan yang dibutuhkan 63 persen, sementara Lima di tempat ketiga dengan 58 persen.

    India kembali masuk di tempat keempat, kali ini New Delhi yang dinobatkan. Sebab, pengemudi di sana membutuhkan 58 persen waktu lebih banyak di perjalanan.
    Sementara Ibu kota Jakarta, termasuk dalam nominasi kota dengan tingkat kemacetan tertinggi, yang mana berada di urutan ke-7, setelah Istanbul, dengan tingkat waktu ekstra perjalanan yang dibutuhkan sebesar 53 persen.

    Di sisi lain, Moskow menjadi kota yang memimpin Benua Eropa dalam kemacetan lalu lintas dan pengemudi yang sedang berkendara di Rusia dapat mengharapkan 57 persen tambahan waktu perjalanan macet di kemacetan.

    Sedangkan di Amerika Serikat, Los Angeles memiliki tingkat kemacetan terburuk tetapi mereka masih jauh lebih sedikit daripada kota-kota dalam infografis ini yaitu 41 persen.

    Satu-satunya sisi kemacetan yang benar-benar positif adalah hal itu merupakan indikator ekonomi yang kuat. Namun, hal tersebut juga tentu saja datang dengan dampak lingkungan yang mengerikan sebagai tambahan biaya dari waktu para komuter yang terbuang.

    Wakil Direktur TomTom untuk Informasi Lalu Lintas Ralf-Peter Schfer mengatakan, pihaknya tengah bekerja menuju masa depan di mana kendaraan listrik tengah dikembangkan, sehingga masa depan kita benar-benar bebas dari kemacetan dan emisi.

    "Kita memiliki teknologi untuk mewujudkan masa depan, tetapi itu membutuhkan upaya kolaboratif. Dari otoritas jalan, ke pemerintah, pembuat mobil hingga pengemudi mobil, kita semua memiliki peran untuk dimainkan," katanya. (der/fin)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top