• Berita Terkini

    Kamis, 14 Maret 2019

    Istri Terduga Teroris Ledakkan Diri

    FIN
    JAKARTA - Terduga teroris Husain alias Abu Hamzah ternyata telah menyiapkan puluhan bom rakitan yang aktif termasuk bahan baku untuk pembuatan bom. Ini didapat setelah Densus 88 Anti Teror menemukan benda mematikan itu di rumah terduga teroris di Jalan KH Ahmad Dahlan, Sibolga Sambas, Sibolga, Sumatera Utara. Dari hasil introgasi, jaringan teroris ini intens melakukan komunikasi lewat Facebook dan WhatsApp.

    Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan dari pengakuan pelaku AH, puluhan bom yang sudah dirakit. "Yang akif yang dibawa istrinya sekitar empat bom," ungkap Dedi Prasetyo di Gedung Mabes Polri, Jakarta, Rabu (13/3/2019).

    Untuk bahan pembuat bom yang ditemukan di kediaman Abu Hamzah adalah potasium sebanyak puluhan kilogram. Abu Hamzah diduga tidak merakit sendiri puluhan bom tersebut lantaran jumlahnya yang cukup besar untuk dikerjakan sendiri. "Ya, pasti dia dibantu temannya yang saat ini kami lakukan pengembangan kembali," kata Dedi Prasetyo.

    Terduga teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS itu memiliki kemampuan untuk merakit bom dan dapat mempengaruhi anggota-anggota kelompok terorisnya.

    Dedi menuturkan, bom yang dirakit sendiri itu direncanakan untuk melakukan kegiatan amaliah yang menyasar aparat keamanan, khususnya personel kepolisian karena lembaga itu yang melakukan pengejaran terhadap kelompok teroris. "Kelompok tersebut melakukan amaliyahnya bisa setiap saat tergantung kesempatan dan peluang yang dimiliki," tutur dia.

    Abu Hamzah diduga masih satu jaringan dengan terduga teroris R alias Putra Syuhada (23), yang ditangkap di Lampung, dan PK alias Salim Salyo yang ditangkap di Kalimantan Barat akhir pekan lalu. Para terduga teroris itu saling berkomunikasi melalui media sosial seperti Facebook serta aplikasi perpesanan WhatsApp dan surel (surat elektronik).

    Sementara, istri terduga teroris Husain alias Abu Hamzah yang meledakkan diri bersama anaknya di dalam kediamannya di Sibolga pada Rabu (13/3) dini hari, disebut lebih radikal daripada suaminya. "Abu Hamzah menyampaikan kepada penyidik Densus 88, istrinya lebih keras pemahamannya dibanding dia sendiri. Lebih militan istrinya," terangnya.

    Hal tersebut dapat terlihat dari kenekatannya meledakkan bom, padahal terdapat balita di dalam rumah itu dan negosiasi serta imbauan yang diupayakan polisi selama hampir 10 jam tidak dipedulikan. Husain juga sempat menyampaikan imbauan kepada istrinya, meski menyebut istrinya lebih kuat terpapar paham ISIS dibanding dirinya sendiri.

    Dalam negosiasi yang dipimpin oleh Kapolda Sumut bersama Kapolres Sibolga, Bupati Sibolga serta Dandim 0211, takmir masjid turut disertakan untuk meyakinkan perempuan berusia sekitar 30 tahun itu. Namun, dari pukul 01.20 WIB sampai jam 01.40 WIB terdengar suara ledakan dari dalam rumah dan terdapat ledakan susulan kembali setelah beberapa saat.

    Akibat ledakan itu, kebakaran di rumah yang berada di kawasan padat penduduk tersebut terjadi. Api berhasil dipadamkan sekitar pukul 04.00 WIB."Setelah itu baru aparat berhasil mengevakuasi tubuh korban. Siang ini baru bisa diidentifikasi," kata Dedi.

    Jasad seorang perempuan serta balita telah ditemukan di rumah terduga teroris Husain alias Abu Hamzah di Jalan KH Ahmad Dahlan, Sibolga Sambas, Sibolga, dalam keadaan hancur.

    Terpisah, Presiden Joko Widodo memerintahkan aparat kepolisian untuk menindak tegas pelaku bom di Sibolga, sekaligus jaringan teroris yang berperan di dalamnya. "Kita harapkan ke depan ini lebih dikembangkan lagi sehingga sel-sel yang masih tersisa," katanya.

    Ia ingin agar tidak ada lagi sel-sel dari jaringan teroris tersisa di Tanah Air. "Ke depan ini lebih dikembangkan lagi sehingga sel-sel yang masih tersisa yang belum ketemu bisa ditemukan," kata Jokowi.

    Terpisah, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) siap memberikan bantuan medis untuk semua korban setelah terjadi ledakan di Sibolga, sesuai perintah UU Nomor 5/2018 tentang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

    Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi Pasaribu dalam keterangannya di Jakarta mengatakan, untuk pemberian bantuan medis korban bom Sibolga, LPSK sudah bersurat ke kepala Polda Sumatera Utara yang ditembuskan juga ke kepala Kepolisian Indonesia dan komandan Detasemen Khusus 88.

    Tujuan korespondensi tersebut antara lain untuk mendapatkan informasi resmi dan jelas mengenai berapa banyak korban yang terluka dan dari pihak mana saja dari sumber informasi yang jelas. "Demi kepentingan pengobatan medis bagi korban, LPSK juga bersurat ke rumah sakit dimana para korban dirujuk," kata dia.
    Menurut dia, komunikasi yang dijalin dengan pihak rumah sakit bertujuan agar korban mendapatkan pengobatan yang diperlukan tanpa kekhawatiran soal biaya oleh masyarakat.

    LPSK pun akan segera terjun ke lokasi untuk memetakan jumlah dan posisi korban sehingga korban bisa mendapatkan bantuan medis yang diperlukan. Surat yang dikirimkan ke rumah sakit, ujar Pasaribu, dalam bentuk jaminan biaya pengobatan untuk para korban tindak pidana terorisme di Sibolga akan ditanggung LPSK.
    Edwin mengatakan, pemberian bantuan, khususnya medis untuk korban terorisme merupakan kewenangan LPSK sesuai amanat UU Nomor 31/2014 tentang Perubahan atas UU Nomor 13/2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.

    Hal itu kemudian diperkuat lagi oleh Pasal 35b ayat (2) UU Nomor 5/2018, bahwa pemberian bantuan medis oleh lembaga yang berfungsi menyelenggarakan perlindungan bagi saksi dan korban, diberikan sesaat setelah terjadinya tindak pidana terorisme.

    Sepeti diketahui, Densus 88 Antiteror Polri menyergap rumah terduga teroris bernama Husain alias Abu Hamzah di Sibolga pada Selasa (12/3) sekitar pukul 14.23 WIB. Dalam operasi itu, sebuah bom meledak dari dalam rumah pelaku yang melukai petugas.
    Polisi baru berhasil menangkap Husain. Sementara itu, istri dan anak Husain alias Abu Hamzah diduga sudah meninggal setelah meledakkan diri dari dalam rumahnya di Sibolga, Sumatera Utara pada Rabu dini hari sekitar pukul 02.00 WIB, tetapi jasad mereka belum bisa dievakuasi. (mhf/dbs/ful/fin)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top