![]() |
fotosaefurrohman/ekspres |
Dalam aksinya, warga memblokade jalan dengan benda-benda seperti bambu, kayu hingga ban bekas. Pantauan koran ini, warga memblokade di tiga titik. Titik pertama blokade terdapat di sebelah Timur Desa Sidomukti, tepatnya di pertigaan jalan yang masuk Desa Arjosari.
Sedangkan di sebelah Barat blokade dilakukan di perempatan Bresole Serut. Sedangkan di bagian Utara blokade dilakukan di Kemasan yang masih masuk wilayah Sidomukti.
Mobil tidak diperkanankan masuk dan dialihkan ke jalur lain. Sepeda motor juga harus berjalan pelan saat melintasi blokade jalan. Selain ditunggu oleh para pemuda, beberapa ban jika diletakkan di jalan.
Sementara itu, di Desa Sidomukti warga berkumpul hingga pagi dan sore. Bukan hanya dari Desa Sidomukti saja, beberapa warga dari lain desa juga turut hadir. Mereka melakukan penjagaan dan siap “menyambut” warga MTA jika datang ke Sidomukti.
Sebagai tanda pengenal satu sama lain, warga yang datang dari luar Desa Sidomukti mengenakan janur kuning. Janur ada yang digunakan untuk ikat kepala, kalung leher, ikat tangan hingga dibuat cincin atau sekedar dimasukkan dalam saku.
“Kami datang dari Kecamatan Puring, selain itu ada juga yang dari Kecamatan Karangayar,” tutur salah satu pria berjanur tanpa menyebut nama.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan jajaran Polres dan Kodim 0709/Kebumen pun menerjunkan pasukannya. Polres mengerahkan 1 Satuan Setingkat Kompi (SSK) atau 250 personel.
Selain bergerombol di jalan raya, massa memenuhi gang menuju rumah rumah Budiarjo RT 1 RW 7. Rumah inilah yang semula direncanakan akan digunakan sebagai tempat kajian. Sementara itu, rumah dalam kondisi tertutup dengan pagar tergembok.
Pagar tembok rumah Budiarji sendiri tidak luput dari coretan penolakan. Sementara itu, bagian depan yakni pagar besi dipasang pula spanduk penolakan. Aroma tidak sedap tercium dari sekitar halaman rumah. Terlihat beberapa bekas lemparan telur lengkap dengan cangkangnya menghiasi teras rumah.
Meski begitu, adanya pengamanan aparat membuat situasi terkendali. Kekhawatiran akan terjadinya kericuhan tidak terjadi. Apalagi, hingga Kamis sore kemarin, jamaah MTA tidak jadi menggelar pengajian di Sidomukti. (mam/cah)
Sementara itu, di Desa Sidomukti warga berkumpul hingga pagi dan sore. Bukan hanya dari Desa Sidomukti saja, beberapa warga dari lain desa juga turut hadir. Mereka melakukan penjagaan dan siap “menyambut” warga MTA jika datang ke Sidomukti.
Sebagai tanda pengenal satu sama lain, warga yang datang dari luar Desa Sidomukti mengenakan janur kuning. Janur ada yang digunakan untuk ikat kepala, kalung leher, ikat tangan hingga dibuat cincin atau sekedar dimasukkan dalam saku.
“Kami datang dari Kecamatan Puring, selain itu ada juga yang dari Kecamatan Karangayar,” tutur salah satu pria berjanur tanpa menyebut nama.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan jajaran Polres dan Kodim 0709/Kebumen pun menerjunkan pasukannya. Polres mengerahkan 1 Satuan Setingkat Kompi (SSK) atau 250 personel.
Selain bergerombol di jalan raya, massa memenuhi gang menuju rumah rumah Budiarjo RT 1 RW 7. Rumah inilah yang semula direncanakan akan digunakan sebagai tempat kajian. Sementara itu, rumah dalam kondisi tertutup dengan pagar tergembok.
Pagar tembok rumah Budiarji sendiri tidak luput dari coretan penolakan. Sementara itu, bagian depan yakni pagar besi dipasang pula spanduk penolakan. Aroma tidak sedap tercium dari sekitar halaman rumah. Terlihat beberapa bekas lemparan telur lengkap dengan cangkangnya menghiasi teras rumah.
Meski begitu, adanya pengamanan aparat membuat situasi terkendali. Kekhawatiran akan terjadinya kericuhan tidak terjadi. Apalagi, hingga Kamis sore kemarin, jamaah MTA tidak jadi menggelar pengajian di Sidomukti. (mam/cah)
Berita Terbaru :
- Sumanto Ajak Petani Tawangmangu Ekspor Tanaman Hias ke Luar Negeri
- Bisa Tingkatkan Perekonomian, Sumanto Ajak Masyarakat Beternak Ayam
- Penerbit Badranaya Siap Fasilitasi Penulis Pemula
- Perda SOTK Digedok, Sejumlah Dinas di Pemprov Jateng Digabung
- WiFi Murah Menggerus Operator Seluler: Perang Harga Internet di Indonesia
- Etika Bisnis di Era Digital: Ketika Distributor Sendiri Menjadi Ancaman Bagi Agen
- Bayi Kembar Tiga Lahir di RSUD Dr Soedirman