• Berita Terkini

    Selasa, 08 Januari 2019

    Kyai Syawal, Pria yang Mengaku Wali dan Keturunan Nabi di Mata Warga

    Foto : Saefur Rohman / Kebumen Ekspres
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Kyai Syawal alias abah Hasanudin, akhirnya berurusan dengan polisi. Pria yang selama ini dikenal sebagai seorang paranormal itu dibekuk di rumah sekaligus padepokannya, RT 2 RW 3 Desa Tapakiyang Kecamatan Adimulyo, karena kasus pencabulan, Minggu (6/1). Seperti apa keseharian Kyai Syawal?

    TIDAK ada aktivitas berlebihan di rumah Kyai Syawal alias abah Hasanudin, Senin (7/1/2019) meski sang pemilik rumah baru ditangkap polisi sehari sebelumnya. Rumah besar dan megah dikelilingi pagar tinggi terlihat sepi, Senin (7/1). Saat wartawan Kebumen Ekspres melongok ke dalam, tampak sejumlah anak kecil sedang bermain. Di bagian lain, beberapa perempuan berusia belasan tahun yang sedang melakukan beberapa aktivitas. Di sudut halaman yang luas, seorang perempuan tengah menyapu.

    Namun, berambut merah diikat itu menolak untuk berkomentar. "Nggak...!!! Saya nggak tahu," katanya sembari melanjutkan menyapu halaman.

    Ratiwan (70), tetangga yang tinggal persis di depan rumah Kyai Syawal mengatakan, pemilik rumah tersebut jarang bahkan tidak pernah berinteraksi dengan tetangga. Termasuk dalam kegiatan kemasyarakatanpun tak pernah ikut.

    "Hebatnya",  Kyai Syawal mapan secara ekonomi bahkan punya mobil mewah. "Setiap hari hanya di rumah tidak kerja tapi kaya bisa punya mobil mewah pajero sport," kata Ratiwan.

    Di mata warga, Kyai Syawal dikenal  sebagai paranormal sekaligus pimpinan pondok pesantren. Seperti layaknya pondok pesantren, aktivitas keagamaan menjadi pemandangan sehar-hari di rumah Kya Syawal.  Setiap hari, usai solat magrib hingga menjelang dini hari, terdengar suara pengajian lantunan solawat ramai dan kompak serempak dari dalam rumah Kyai Syawal.

    "Tidak ada suara Adzan dari dalam rumah mungkin tidak ada speaker, Seringnya sih baca sholawat Nariyah, suaranya keras," kata Sipono (65) tetangga Kyai Syawal yang lain.

    Sejak muda, menurut Sekertaris Desa Tapakiyang Salukman, Kyai Syawal yang masih keturunan kyai kampung itu sempat mondok dibeberapa pondok pesantren. Mulai dari lokal hingga lintas provinsi. Pondok dari pondok ia lalui mulai dari pondok Lirap Petanahan, Buluspesantren hingga beberapa pondok di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.
    Usai mondok sejak tahun 2000-an Kyai Syawal pulang kampung. Sejak saat itu, hingga pada tahun 2008 ia mendirikan padepokan di rumahnya sendiri yang berada di RT 2 RW 3 Desa Tapakiyang Kecamatan Adimulyo.  "Sekitar 2008 padepokan itu berdiri, muridnya kebanyakan perempuan dari luar daerah dan desa," kata Salukman.

    Para santri itu ditampung di rumahnya yang luas disertai kamar - kamar bak mirip ruang kelas. Menurut warga di dalam kompleks rumah kyai Syawal terdapat sejumlah ruangan seperti mushola, kamar - kamar para santri dan halaman yang luas beralaskan pasir laut.

    Salukman menambahkan selama ini pihak desa membiarkan akitifitas di padepokan itu. Warga sempat berniat melakukan penggerebekan. Namun, selama ini, aktivitas Kyai Syawal berikut para santrinya tidak ada yang mengganggu warga sekitar.
    "Meski banyak santri perempuan, kita hanya biarkan soalnya tidak mengganggu masyaraka. Bahkan dia tidak pernah mengajak warga disini untuk ikut," tambahnya.

    Selama ini, Kyai Syawal diketahui memiliki 5 istri dan sekitar 19 anak. Namun dari catatan Kartu Keluarga pihak Desa setempat menjelaskan didalam KK hanya tercatat memiliki 1 istri dan 3 orang anak.  "Yang lain tidak tercatat di KK, mungkin hanya dinikah siri," Salukman.

    Faktanya, kini Kyai Syawal alias Abah Hasanudin telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan. Dia ditangkap pada Minggu (6/1) pagi sekitar pukul 06.30 WIB kemarin. Sejauh ini, polisi menersangkakan Kyai Syawal atas kasus pencabulan terhadap anak perempuan di bawah umur. kasus ini mencuat, setelah salah satu orang tua korban melapor kepada polisi. (saefur/cah)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top