• Berita Terkini

    Kamis, 24 Januari 2019

    Ada Prostitusi Online di Kebumen, Pelakunya Pelajar

    IMAM/EKSPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Selama ini, ada anggapan prostitusi online hanya terjadi di kota besar. Nyatanya, tidak demikian. Yang mengejutkan, di Kota Berslogan Beriman ini, ada juga praktek prostitusi online.

    Beberapa diantaranya dilaksanakan melalui media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram dan lain sebagainya. Dari penelusuran wartawan koran ini, beberapa diantaranya ditawarkan melalui group facebook tertutup.

    Dengan demikian hanya anggota group lah yang dapat melihat postingan penawaran. Adapun tarif yang diberlakukan berkisar Rp 250 ribu. Biaya tersebut hanya tarif untuk PSKnya dan belum termasuk biaya hotel. Umumnya pada postingan akan dituliskan nomor handphone yang bisa dihubungi.

    Salah satu sumber yang enggan menyebut nama, kepada Ekspres menyampaikan, prostitusi dengan sistem online, mulai di Kebumen sekitar tahun 2000-an. Tepatnya setelah marak gadget. 

    Beberapa PSK diantaranya masih berusia pelajar. Bahkan ada yang dibawah umur. “Kalau Kimcil, paling tua umur 18 tahun. Kalau sudah diatas 18 tahun bukan lagi kimcil,” paparnya, Rabu (23/1/2019).

    Menurutnya, beberapa pelajar perempuan memang ada yang nyambi menjadi PSK. Hal itu sudah menjadi rahasia umum. Adapun penikmat jasa tersebut tentunya orang-orang berkantung tebal. Pasalnya untuk para pelajar tarifnya juga relatif mahal. “Kalau konsumen pelajar, umumnya orang berduit lah,” jelasnya.

    Dalam bisnis tersebut, lanjutnya, terdapat beberapa istilah yakni BO, ST dan LT. BO merupakan kepanjangan dari Booking Out yakni pemesan akan menjemput wanita tersebut. Sedangkan ST merupakan singkatan dari Short Time, atau waktu singkat. Adapun LT kepanjangan dari dari Long Time atau waktu panjang. Tarif antara BO, ST dan LT tentunya berbeda-beda.

    Diminta menanggapi hal tersebut, Koordinator FPA Bougenville Kebumen Solekhan mengaku merasa sangat prihatin. Menurutnya maraknya bisnis prostitusi di kalangan remaja, bukan dilatarbelakangi oleh kebutuhan hidup melainkan oleh gaya hidup. Demi meningkatkan tuntutan gaya hidup, beberapa remaja memilih jalan pintas dalam mencari uang. “Ini sangat memprihatikan. Kalau sudah dengan cara online tentunya akan sulit dipantau,” katanya.

    Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan untuk menanggulangi hal tersebut yakni dibentengi dengan agama. Jika pondasi agamanya kuat, tentunya dapat meminimalisasi praktik-praktik prostitusi. “Selain itu pengawasan dari orang tua juga sangat penting. Orang tua harus jeli saat melihat perubahan pada diri anak,” ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top