• Berita Terkini

    Jumat, 07 Desember 2018

    TNI – Polri Berniat Bentuk Tim Keamanan Kawal Pembangunan di Nduga

    JAKARTA – Pencarian korban meninggal maupun korban selamat dari aksi Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua berlanjut kemarin (6/12/2018). TNI – Polri yang sudah berada di sana terus berusaha menyisir lokasi kejadian. Hasilnya, mereka kembali menemukan satu jenazah. Dengan begitu, jumlah total yang sudah mereka temukan sebanyak 16 jenazah.



    Sesuai rencana, evakuasi jenazah mulai berlangsung kemarin. Menggunakan helikopter milik TNI AD, sembilan dari 16 jenazah korban meninggal dunia yang diduga pekerja PT Istaka Karya sudah dibawa ke Timika. Seluruh jenazah itu langsung ditangani oleh tim dari Puslabfor Bareskrim Polri. ”Sekarang (kemarin) menjalani autopsi,” terang Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi.



    Perwira menengah TNI AD yang biasa dipanggil Aidi itu menyampaikan, instansinya belum bisa membeber identitas masing-masing jenazah yang ditemukan oleh TNI – Polri di Distrik Yigi. Meski sudah ada sembilan jenazah yang dibawa ke Timika, kepastian identitas mereka bakal disampaikan apabila autopsi oleh Puslabfor Bareskrim Polri sudah selesai. Karena itu, belum diketahui jenazah siapa saja yang sudah ditemukan.



    Berdasar pengamatan fisik, sambung Aidi, ada bergaram luka tembak pada tubuh sembilan jenazah itu. Mulai luka tembak di bagian kepala sampai luka tembak pada bagian dada. ”Tertembak di organ-organ yang mematikan semua,” imbuhnya. Apakah ada tanda-tanda bekas serangan benda tajam? Dia kembali menyebut informasi secara detail akan dilaporkan setelah autopsi. ”Nanti itu tim Puslabfor (Bareskrim) Polri,” tambahnya.



    Berkaitan dengan tujuh jenazah lainnya, sampai kemarin sore Aidi menyebut bahwa mereka belum bisa dievakuasi. Dia tidak menjelaskan secara pasti kapan jenazah-jenazah itu bakal dibawa. Yang pasti, TNI – Polri berusaha secepat mungkin. ”Yang jelas kalau malam ini (kemarin malam) cuaca sudah tidak memungkinkan. Berarti menunggu besok (hari ini),” terang Aidi. Selain cuaca, faktor keselamatan dan keamanan juga jadi perhatian.



    Sebab, KKSB masih terus berusaha menyerang TNI – Polri yang bergerak di Distrik Yigi. Kontak senjata dilaporkan kembali terjadi kemarin siang. ”Saya dapat laporan jam 12.30 WIT kurang lebih, tim evakuasi mendapat serangan dari KKSB,” ucap dia. Beruntung, tidak satu pun petugas menjadi korban. Baik dari TNI maupun Polri. Dari laporan sebelumnya memang sudah diidentifikasi, KKSB sengaja memilih Bukit Kabo sebagai lokasi penembakan.



    Dengan dipilihnya lokasi itu, mereka bisa mengganggu TNI – Polri yang datang untuk melaksanakan evakuasi. Namun demikian, gangguan tersebut tidak lantas membuat prajurit TNI dan anggota Polri yang digerakan ke sana mundur. Aidi memastikan, mereka bakal terus melaksanakan tugas. Baik pencarian maupun evakuasi. ”Nanti akan kami serahkan (jenazah) kepada keluarga,” imbuhnya.



    Aidi mengakui sejumlah keluarga korban dari PT Istaka Karya sudah berdatangan ke Papua. Mereka ada yang menunggu di Timika juga ada yang menanti di Wamena. ”Ada dari Makassar, ada orang Jawa,” bebernya. Khusus Serda Handoko yang gugur setelah kena timah panas dari senjata KKSB, TNI sudah menaikan pangkatnya menjadi sertu. Jenazah Sertu Anumerta Handoko juga sudah diterbangkan dari Timika ke Sorong.



    Selain mengevakuasi sembilan jenazah korban yang diduga pekerja PT Istaka Karya, kemarin TNI – Polri juga mengevakuasi delapan masyarakat sipil dari Distrik Yigi. Termasuk di antara delapan orang itu adalah pekerja PT Istaka Karya. Wakapendam XVII/Cendrawasih Letkol Infanteri Dax Sianturi menjelaskan sampai kemarin sudah ada delapan orang ditemukan selamat di Distrik Yigi.



    Menurut Dax, delapan orang itu ditemukan dua hari lalu (5/12). Mereka ditemukan bersama pekerja PT Istaka Karya bernama Jhony Arung. ”Namun baru bisa dilaporkan pagi ini (kemarin) karena keterbatasan kemampuan alat komunikasi,” bebernya. Selain pegawai PT Istaka Karya, delapan orang sipil itu terdiri atas dokter yang bertugas di Distrik Yigi dan para pekerja di rumah dokter tersebut.



    Kemarin, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto bersama KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa, Wakapolri Komjen Ari Dono Sukmanto, dan pejabat teras TNI – Polri lainnya juga turut serta memimpin langsung upaya evakuasi korban dari Distrik Yigi. Dalam kesempatan itu, Hadi menegaskan kembali bahwa seluruh KKSB bakal dikejar sampai tertangkap. ”Akan segera kami tangkap dan diproses sesuai hukum yang berlaku di Indonesia,” tegasnya.



    Disamping itu, Hadi juga menjelaskan rencana TNI dan Polri membentuk tim keamanan di Papua yang ditugasi khusus memastikan proses pembangunan infrastruktur di Nduga berjalan lancar. Kedua pihak sudah membicarakan hal itu. Selanjutnya mereka tinggal berkoordinasi dengan pemerintah. ”Nanti akan segera dikoordinasikan dengan Kementerian PUPR,” ungkap orang nomor satu di institusi militer tanah air tersebut.



    Sementara itu, Kadivhumas Polri Brigjen Pol M. Iqbal juga menjelaskan bahwa operasi pengejaran terhadap KKSB pimpinan Egianus Kogoya terus dilakukan. Yang disayangkan, sebenarnya Distrik Yigi awalnya merupakan daerah yang aman. ”Lalu KKSB Egianus Kogoya masuk ke Yigi saat melarikan diri dari pengejaran TNI dan Polri,” ungkapnya.



    Masuknya KKSB itu berdampak besar terhadap keamanan Yigi. Distrik Yigi yang semula masuk kategori daerah aman akhirnya masuk ke dalam zona merah atau daerah rawan. ”Namun, kami akan berupaya untuk menegakkan hukum terhadap mereka,” papar mantan wakapolda Jawa Timur (Jatim) tersebut.



    Bagian lain, Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom tidak mengakui sebutan KKSB dari pemerintah. Yang ada, merupakan TPNPB-OPM yang bertujuan untuk mendapatkan kemerdekaan. ”Kami ini dalam posisi dijajah,” urainya.



    Sebby menceritakan terbentuknya TPNPB-OPM. Menurutnya, kelompoknya terbentuk karena berbagai kejahatan luar biasa yang pernah dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui TNI dan Polri. ”Berbagai pelanggaran HAM terjadi dan tidak diadili, korbannya warga asli Papua,” ujarnya.



    Pelanggaran HAM yang paling diingatnya diduga terjadi pada 1977. Dia mengkalim ada 500 ribu warga Papua terbunuh saat itu. ”Saya masih kecil, tidak mengetahui jelas apa yang terjadi. Tapi, kami memiliki dokumen soal pelanggaran HAM itu,” paparnya.



    Jumlah dokumen terkait pelanggaran HAM di Papua itu, kata Sebby, sudah  menggunung. Dia menjelaskan, banyak sekali pelanggaran HAM yang terjadi. ”Kalau mau saya berikan dokumen itu, sangat banyak,” paparnya kepada Jawa Pos kemarin.



    Dia pun menuturkan, bahkan rakyat Papua itu dianggap seperti binatang. ”Yang memperlakukan kami seperti binatang itu TNI dan Polri. Entah mengapa, kalau polisi di Jawa ramah, tapi begitu di Papua menjadi kejam,” tuturnya. (idr/syn)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top