• Berita Terkini

    Sabtu, 22 Desember 2018

    Saat Dua Siswa SMK Kudus Menjadi Make Up Artis (MUA) di Paris

    DONY SETYAWAN/RADARKUDUS
    Tiga Jam Harus Merias Sembilan Model Internasional

    Dua siswa jurusan tata kecantikan SMK PGRI 1 Mejobo, Kudus, Fiya Triyani dan Lolalita Della Rosa menorehkan prestasi di Paris, Perancis. Mereka berkesempatan merias wajah model-model internasional di ajang Indonesia Fashion Chamber (IFC) selama sembilan hari sekitar awal bulan lalu.
    ---------------------------------
    INDAH SUSANTI, Kudus
    --------------------------------------
    DUA gadis belia ini sangat beruntung. Mereka bisa menikmati indahnya Kota Paris, Perancis, selama sembilan hari pada sekitar awal bulan lalu. Hingga kini, mereka masih menyisahkan kesan tak percaya bisa menginjakkan kaki di benua Eropa.

    Mereka, Fiya Triyani dan Lolalita Della Rosa yang saat ini sama-sama duduk di bangku kelas XI, jurusan tata kecantikan, SMK PGRI 1 Mejobo, Kudus. Mereka merupakan siswi pilihan yang lolos seleksi untuk menjadi make up artis (MUA) di negeri Menara Eiffel tersebut.

    Fiya Triyani bercerita, capaian membanggakan ini, awalnya dia mengetahui ada pengumuman dari sekolah sekitar November lalu. Yakni ada seleksi menjadi make up arti (MUA) ke Paris yang diselenggarakan Indonesia Fashion Chamber (IFC) bekerja sama dengan Djarum Foundation.

    ”Saya coba daftar dan mengikuti beberapa tes seleksi. Meliputi tes wawancara, psikotes, dan yang paling utama tas skill make up. Dari sekitar 15 pendaftar kemudian tersaring menjadi sembilan orang,” terangnya.

    Dari sembilan yang lolos itu, hanya diambil dua siswa. Begitu diumumkan dan namanya yang disebut, ia serasa ingin pingsan di tempat. Sebab, ini menjadi pencapaian besar baginya. Apalagi dia juga bisa pergi ke luar negeri untuk kali pertama.

    Hal yang sama dirasakan Lolalita. Pada saat mengikuti seleksi MUA di Paris bertepatan dengan persiapan lomba kompetensi siswa (LKS) SMK tingkat Provinsi Jawa Tengah. Baru kali ini LKS bisa maju ke provinsi, meski hasilnya meraih peringkat IV.

    ”Saya jadi konsentrasi keduanya (seleksi menjadi MUA dan persiapan LKS, Red). Karena sama-sama pentingnya dalam sejarah hidup saya. Saya berupaya maksimal. Dan alhammdulillah setelah diumumkan, nama saya yang disebut untuk pergi ke Paris. Saya sampai jingkrak-jingkrak dan teriak-teriak saking senangnya,” ungkapnya.

    Persiapan pun dilakukan. Pihak sekolah mendatang mentor khusus untuk mengasah percakapan bahasa Inggris mereka. Termasuk mengurus paspor dan visa. Lolalita mengatakan, waktunya memang mepet, berangkat ke Jakarta Senin (26/11) kemudian Selasa (27/11) sudah harus terbang ke Paris.

    Dia mengatakan, belanja perlengkapan mulai dari jaket hangat, sepatu kulit, sarung tangan, dan sebagainya terpaksa di Jakarta. Dia dibantu guru pembina yang mendampingi selama di Jakarta. Sebelumnya juga harus koordinasi dengan SMK NU Banat yang menampilkan desain baju untuk dipakai model di Paris.
    ”Kami menyesuaikan tema dan desain baju. Make up yang diangkat bertema natural flowers. Jadi, lebih menonjolkan motif baju, sehingga tidak membutuhkan make up yang tebal. Bahkan terlihat tidak ber-make up,” tandasnya.

    Sementara itu, Fiya menceritakan perjalanan menuju Paris ternyata sangat melelahkan. Begitu sampai di Paris, ia sempat muntah-muntah karena saking lamanya di perjalanan. Berangkat dari Jakarta pukul 10.00. Perjalanan sekitar tiga jam ke Bangkok, Thailand untuk transit pesawat.

    Sesampainya di Bangkok masih menunggu tujuh jam. Pada akhirnya naik pesawat menuju Paris. Perjalanan dari Bangkok ke Paris memakan waktu sekitar 12 jam. ”Jadi kalau ditotal, perjalanan kurang lebih 24 jam,” cetusnya.

    Dia mengatakan, begitu sampai ke Paris pukul 11.00 langsung menuju ke tempat acara IFC, di dalam kapal Le Bories di sungai Seine. Mereka kemudian istirahat sejenak dan selanjutnya mulai merias.

    ”Saya bersama Lolalita masing-masing merias sembilan model dalam waktu tiga jam. Jadi harus kerja cepat. Namun hasilnya tetap maksimal. Inilah tantangan kami dan sebagai pengalaman kami. Ya, sedikit grogi tapi harus tetap fokus,” terangnya.

    Di balik kegembiraan Fiya dan Lolalita bisa mendapat kesempatan langka ini, ada cerita yang kurang menyenangkan. Yakni tidak cocok dengan menu makanannya di kota pusat mode dunia itu. Lolalita membagi pengalaman. Di sana mereka disuguhi mi ala Korea atau sejenis mi ramen, tapi penyajiannya ditambah es batu. Mereka pun hanya bisa makan mi instan. Sebab, nasi di sana rasanya manis, sehingga kucang cocok untuk lidah mereka.

    ”Baru melihat saja selera makan langsung drop. Selama di Paris berat bada
    n saya turun lima kilogram. Dari saat berangkat 55 kg, menjadi 50 kilogram,” tuturnya. Fiya mengalami hal sama. Bekal dari Indonesia hanya membawa sambal dan saos instan.
    Sementara itu, kesedihan mereka tidak bisa makan di Paris terlupakan waktu diajak jalan-jalan ke Belanda selama tiga hari. Juga ke Belgia selama satu hari. Mereka menginap di rumah orang Indonesia yang tinggal di negara tersebut.

    ”Syukurlah akhirnya kami bisa makan ikan lele dan penyet tempe tahu, sehingga bisa makan dengan lahap. Di Paris kami kehilangan selera makan dan kedinginan karena suhunya mencapai lima derajat. Bahkan sampai satu derajat,” kata Lolalita.

    Selera makan mereka berdua kembali tumbuh di Belanda dan Belgia dan berdampak adanya kenaikan berat badan mereka. Tapi hanya naik 3 kg dan bertahan sampai pulang ke Indonesia.
    Mereka sampai ke Kudus kembali Rabu (5/12). Keesokan harinya langsung mengejar ujian susulan semesteran. Setelah selesai, Jumat (7/12) mereka diundang ke Jakarta untuk jumpa pers bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

    Menurut mereka, ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Fiya yang rumahnya di Desa Honggosoco, Kecamatan Jekulo, Kudus, dan Lolalita yang berdomisili di Desa Klaling, Kecamatan Jekulo, Kudus, memiliki kesempatan bisa ke Paris dengan skill yang dimiliki.

    ”Kami memang tinggal di desa, tapi untuk prestasi kami mampu bersaing dengan orang-orang yang tinggal di kota. Jadi, jangan merasa minder. Harus percaya diri dan terus belajar,” pesan Fiya dan Lolalita untuk teman-temannya. (*/lin)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top