• Berita Terkini

    Jumat, 07 Desember 2018

    Erosi Sungai Kedungbener di Jatisari Ancam Perumahan Penduduk

    IMAM/EKSPRES
    KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Tanggul Sungai Kedungbener tepatnya di RT 4 RW 1 Desa Jatisari Kebumen longsor.  Khawatir mengancam rumah, warga pun mematok area longsor menggunakan bambu Ampel. Patok bambu hanya pengamanan sementara. Warga berharap segera ada penanganan dari pemerintah.

    Longsor terjadi di area tersebut sejak Selasa (4/12/2018) lalu saat hujan lebat. Seiring waktu dan derasnya air sungai membuat longsor kian bertambah. Kini longsor telah mencapai benteng pertahanan tanggul terakhir, dan hanya tinggal beberapa meter dari rumah warga.

    Area longsor diperkirakan mencapai panjang 30 meter dengan lebar sekitar lima meter. Setelah longsor, bagian tanggul menjadi seperti tebing lurus dengan ketinggian sekitar enam meter. Jika tak kunjung ada perbaikan warga khawatir kerusakan akan semakin parah.

    Dari pantauan tanggul beton yang menjadi benteng terakhir juga terlihat ada yang patah. Setelah itu tanggul juga telah bergeser sekitar satu centimeter. Ini terlihat adanya rongga antara tanggul dan tanah disampingnya.

    Kasno (65) warga setempat menyampaikan, longsor kerap terjadi di sekitar area tanggul Sungai Kedungbener. Ini terjadi secara bertahap. Diawali dengan retakan kecil yang kemudian melebar. Setelah itu akan longsor terbawa air.  “Pengamanan pertama dengan memberi patok-patok menggunakan bambu ampel,” tuturnya, Kamis (6/12/2018).

    Kasno mengaku kerap melakukan hal tersebut. Patok bambu yang ditancap sepanjang  dua meter. Patok ditancapkan hingga mencapai tanah keras. Dari panjang dua meter, patok dapat tertancap hingga tinggal 80 centimeter saja yang tersisa. “Kami berharap segera ada penanganan dari pemerintah,” harapnya.

    Meski belum ada penelitian yang pasti, namun Kasno menduga longsornya kawasan tersebut akibat arus air sungai yang tidak stabil. Arus menjadi tidak stabil seperti semula lantara ada tiang penyangga pembangunan jembatan rel kereta api double track. Adanya tiang penyangga menahan aliran air sungai dari Utara. Setelah melintas arus air menjadi tidak teratur alirannya. "Untuk mematok kawasan longsor ini, setidaknya membutuhkan 300 batang bambu. Ini pun hanya sementara saja," katanya.

    Sementara itu warga lainnya, Saefudin menegaskan pembronjongan dengan kawat dan batu sangat dibutuhkan di lokasi tersebut. Lokasi longsor dekat dengan dua jembatan yakni jembatan jalan raya dan jembatan kereta. Selain itu juga dekat dengan bangunan rumah. "Setiap ada hujan lebah kami selalu merasa was-was. Kami berharap segera dilakukan pembronjongan permanen,” ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top