Tak heran, nama tempat itu disebut Pasar Jaten.
Untuk berbelanja di tempat ini, pengunjung harus menukarkan uang rupiah terlebih dahulu dengan menggunakan kayu di tempat yang telah disediakan pengelola. Harga nya pun cukup murah, Rp 2000 per satu uang JT. Uang inilah yang kemudian bisa untuk membeli jajanan dan makanan tradisional yang menjadi komoditi di pasar tersebut.
Karena keunikan tersebut, banyak warga datang sejak pagi. Mereka pun bisa memilih makanan tradisional seperti tiwul, oyek, nasi pecel serta jajanan pasar semacam kue cucur, jenang ganyong, klepon, lupis dan jenang candil. Kuliner itu tidak hanya lezat namun sekaligus sehat.
Yanti Wahyuningsih, salah satu pengelola Pasar Jaten menyampaikan, tak hanya soal uang kayu jati saja keunikan di pasar tersebut. Cara pengemasan makanan juga unik. Yakni dengan menggunakan daun jati serta daun pisang yang kemudian dimasukkan ke dalam pithi atau besek. "Kemasan disini tidak menggunakan plastik agar kesan alaminya terasa," katanya, Minggu (18/11/2018).
Pengelola Pasar Jaten, Wahyu Karyono menyampaikan, pasar Jaten merupakan pengembangan wisata taman kupu-kupu (Alian Butterfly Park) yang sudah ada sebelumnya. Pasar Jaten, resmi beroperasi pada 18 November 2018 lalu.
"Selain untuk mengangkat perekonomian warga, keberadaan Pasar Jaten diharapkan dapat membuat warga masyarakat lebih mencintai makanan produk lokal," katanya.
Rencananya, pasar ini akan dibuka 2 kali dalam sebulan setiap hari libur. Dia berharap, pada libur Natal dan Tahun baru 2019 mendatang, kawasan ini akan dibanjiri wisatawan. (*/cah)
