• Berita Terkini

    Kamis, 22 November 2018

    Geopark Karangsambung-Karangbolong segera Ditetapkan jadi Geopark Nasional

    KEBUMEN (kebumenekspres.com) - Nasib Kawasan Karangsambung dan Karangbolong yang rencananya akan ditetapkan menjadi Geopark Nasional akan ditentukan pada 30 November mendatang. Penetapan ini rencananya akan diberikan Kementerian Koordintaor Bidang Maritim di Gunung Pongkor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

    Sebelumnya, soft launching Geopark Karangsambung-Karangbolong sudah dilakukan Wakil Bupati Kebumen Yazid Mahfudz, di Benteng Van Der Wijck Gombong, Sabtu, 10 November 2018 pekan lalu.

    Wakil Bupati Kebumen Yazid Mahfud, mengatakan beberapa waktu lalu pihaknya telah melakukan paparan Geopark Karangsambung-Karangbolong di Jakarta dihadapan dewan penilai. Yang terdiri dari Kementerian, Unesco dan Akademisi. Dari hasil paparan tersebut Geopark Karangsambung-Karangbolong dinilai layak untuk ditetapkan sebagai Geopark Nasional.

    "Saya sudah melakukan paparan di Jakarta, semoga Kebumen ditetapkan sebagai Geopark Nasional melalui Geopark Karangsambung Karangbolong," tegas Yazid Mahfudz, Rabu (21/11/2018) pagi.

    Wakil Bupati Yazid Mahfudz, memaparkan kesiapan Kawasan Karangsambung Karangbolong untuk ditetapkan sebagai Geopark Nasional di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Selasa, 23 Oktober 2018.

    Setelah  menjadi Geopark  Nasional  Karangsambung Karangbolong, fungsi edukatif kawasan dan pengembangan ekonomi rakyat itu akan lebih ditingkatkan.

    Pihaknya berharap, setelah ditetapkannya Geopark Karangsambung-Karangbolong sebagai Geopark Nasional, nantinya dapat mendongkrak pendapatan sektor pariwisata dan perekonomian masyarakat.

    Dia meminta masyarakat kawasan geopark juga harus dapat menangkap peluang ekonomi tersebut. Masyarakat harus lebih kreatif, inovatif dan bersikap ramah terhadap para wisatawan.

    "Jadi masyarakat sudah harus mempersiapkan diri dan tidak berpangku tangan untuk kemajuan perekonomian," pintanya.

    Kepala Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Balai Informasi dan Konservasi Kebumen (BIKK) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Karangsambung Edi Hidayat, menjelaskan pengumuman lolos tidaknya Karangsambung dan Karangbolong sebagai Geoparak Nasional dilakukan di Gunung Pongkor, Kabupaten Bogor.

    Ada tiga kemungkinan isi pengumuman Karangsambung dan Karangbolong setelah ditetapkan sebagai Geopark Nasional. Kemungkinan pertama, lolos tanpa syarat, kemungkinan kedua lolos dengan syarat dan kemungkinan terakhir tidak lolos.

    "Namun berdasarkan self assesment yang dilakukan Pemkab Kebumen dan BIKK, saya optimis Karangsambung dan Karangbolong  menjadi geopark nasional," terangnya.

    Sebelumnya sudah terbit Keputusan Bupati Kebumen nomor 070/179 tanggal 3 April 2018 tentang Delienasi Kawasan Geopark di Kebumen yang menyebutkan tiga kawasan yang termasuk dalam geopark tersebut.

    Secara terpisah, tiga kawasan tersebut sebenarnya sudah lama dikenal masyarakat, yakni Kawasan Karangsambung, Kawasan Sempor dan Kawasan Karangbolong.

    Kawasan Karangsambung sebagai daerah yang menyimpan bebatuan kuno sudah dikenal jauh sejak jaman kolonial Belanda. Penemuan pertama batuan tua di Karangsambung dilaporkan peneliti geologi Belanda, RDM Verbeek dan R Fennema pada 1881.

    Publikasi pertama tentang batuan Karangsambung dilakukan RDM Verbeek pada 1891 yang menulis temuan fosil Nummulites dan Orbitulina dari Luk Ulo. Kawasan Karangsambung baru dipetakan oleh Ch EA Harloff pada 1933.

    Pasca kemerdekaan, pendidikan Indonesia belum mengenal muatan lokal. Kandungan bebatuan kuno di Karangsambung tak membuat geologi menjadi jurusan yang diminati pelajar Kebumen, bahkan cenderung kurang populer.

    Alumni dan guru besar ITB Sukendar Asikin yang punya inisiatif memanfaatkan potensi geologi Karangsambung. Usai lulus Jurusan Geologi ITB tahun 1958, Asikin melanjutkan pendidikan "metoda geologi lapangan" di Kampus Lapangan Geologi, Rocky Mountains, Mountana, AS. Pengalaman di AS, mendorongnya mengajukan usulan kepada LIPI dan Departemen Urusan Research Nasional (DURENAS) untuk membangun Kampus Lapangan Geologi Karangsambung pada tahun 1964.

    Sekarang tempat itu dikelola Unit Pelaksana Teknis Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (UPT BIKK) Karangsambung Kebumen LIPI di Kampus LIPI Karangsambung, Kebumen.

    Kandungan bebatuan Karangsambung tentu saja menarik minat masyarakat untuk menambangnya. Apalagi sekitar kawasan tersebut tergolong kantong kemiskinan di Kabupaten Kebumen.

    Khawatir akan menimbulkan kerusakan geologis, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pernah mengeluarkan SK Gubenur Nomoro 545/103/1984 dan SK Gubernur Nomor 545/61/1995, tentang larangan penambangan semua bahan galian Golongan C di Wilayah Karangsambung, yang masuk dalam wilayah tiga kabupaten, yaitu Kebumen, Banjarnegera dan Wonosobo.

    Meski demikian kegiatan penambangan terus berlangsung. Pikiran sederhana masyarakat, memanfaatkan potensi geologi hanya bisa dilakukan dengan menambang.

    Tahun 2006, Situs Karangsambung ditetapkan sebagai Cagar Alam Geologi Karangsambung melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2817-K/40/MEM/2006 tanggal 10 November 2006. Empat hari kemudian, 14 November 2006, Cagar Alam Geologi Karangsambung diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berbarengan dengan peresmian PLTU di Cilacap.

    Wilayahnya sebenarnya mencakup tiga kabupaten, yakni Kebumen, Banjarnegara dan Wonosobo. Hanya paling luas berada di Kebumen yang masuk ke dalam lima wilayah kecamatan, yakni Alian, Karangsambung, Sadang, Pejagoan dan Karanggayam.(ori)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top