• Berita Terkini

    Selasa, 02 Oktober 2018

    Tujuh Kecamatan di Sigi Masih Terisolasi

    JAKARTA-Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan secara umum akses darat menuju Palu maupun Donggala sudah terbuka. Sehingga bisa digunakan untuk akses pengiriman bantuan. Baik itu logistik, permakanan, BBM, maupun genset pembangkit listrik. Meskipun begitu masih ada titik yang terisolasi.


    Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan akses ke Palu sudah mulai bisa dilalui. Misalnya jalan poros Palu-Kuali di Kabupaten Sigi sudah bisa dilewati kendaraan roda dua. Sebelumnya jalur ini terputus akibat tanah longsor. Namun ada beberapa daerah di Kabupaten Sigi yang masih terisolir.


    Ketujuh kecamatan yang masih terisolir itu adalah Kecamatan Lindu, Kulawi, Kulawi Selatan, Dolo Barat, Dolo Selatan, Gumbasa, dan Salua. Menurut Sutopo di tujuh kecamatan yang terisolir tersebut membutuhkan bantuan logistik, obat-obatan, dan alat berat.


    Kemudian jalur dari kota Mamuju menuju Donggala kemudian turun ke arah Palu juga sudah bisa dilalui. Akses darat dari arah Gorontalo, Poso, maupun Pantoloan juga sudah terbuka.


    Selain itu Sutopo mendapatkan kabar bahwa pelabuhan Pantoloan dan pelabuhan Donggala sudah operasional. Sehingga bisa menjadi akses untuk pengiriman bantuan. Selain itu juga bisa digunakan untuk evakuasi masyarakat yang ingin keluar dari Palu. ’’Kementerian Keuangan juga sudah mencairkan dana Rp 560 miliar untuk gempa Palu dan Donggala hari ini (kemarin, Red),’’ tuturnya.


    Sutopo juga menjelaskan kondisi daerah lain yang terdampak gempa maupun tsunami. Dia mengatakan titik kerusakan di Donggala terjadi di Desa Tosale dan desa Towale di Kecamatan Benawa Selatan. Kemudian di Desa Loli Kecamatan Benawa dikabarkan permukiman warga rata dengan tanah. ’’Tinggi tsunami (di desa Loli, Red) diperkirakan enam sampai tujuh meter. Melampaui tiang listrik,’’ tuturnya.


    Dampak gempa juga terjadi di Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Di daerah ini dilaporkan ada satu korban jiwa. Kemudian 182 unit rumah rusak berat. Kerusakan terjadi di Kecamatan Sarjo, Sarude, Bambiara, Bambalomatu, Pedongga, dan Pasangkayu.


    Sementara itu Sutopo juga menjelaskan beberapa tantangan dalam proses evakuasi. Dia mengatakan proses evakuasi korban di Perumnas Balaroa dan Komplek BTN Patobo sangat sulit. Sebab di Perumnas Balaroa rumah-rumahnya ambles di telan bumi. Kemudian di komplek BTN Patobo, rumah-rumah tertimbun lumpur hitam akibat fenomena likuifikasi.


    Sutopo menjelaskan kerusakan sangat berat di dua perumahan tersebut dipicu lokasinya yang dekat dengan jalur sesar aktif Palu-Koro. Untuk Perumnas Balaroa yang terdiri sekitar 1.747 unit berjarak 2,6 km dari jalur sesar aktif. Sedangkan komplek BTN Patobo yang berisi sekitar 744 unit rumah, hanya berjarak satu km dari jalur sesar aktif. ’’Sebaiknya pemda mengevaluasi penerbitan IMB bangunan yang dibangun di jalur sesar aktif,’’ tuturnya. (wan)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top