• Berita Terkini

    Kamis, 11 Oktober 2018

    Honor Personel Terlalu Kecil, Tarif Ebleg Bakal Distandarisasi

    IMAM/EKSPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)-Forum Ebleg Kebumen Aji (EKA), merencanakan adanya standarisasi tarif nanggap Ebleg (Kuda Lumping). Pasalnya selama ini honor yang diterima oleh para personil group Ebleg masih tergolong kecil. Sekali manggung para personil umumnya mendapat honor kisaran Rp 45 hingga 75 ribu.

    Kendati kecil, namun demi nguri-uri budaya para pemain tetap melaksanakan kegiatan tersebut. Jika tidak ada standarisasi harga tarif, bukan tidak mungkin suatu saat nanti banyak yang enggan menjadi pemain kuda lumping. Akibatnya, kesenian ebleg akan semakin terpuruk dan hilang.

    “Selama ini masih baik-baik saja, namun jika banyak yang tidak mau ngguri-uri, bisa jadi suatu nanti akan hilang,” tutur Ketua EKA Kebumen Ki Gede Slamet Sodirin saat ditemui Ekspres, Rabu (10/10).

    Warga Desa Podourip Kecamatan Petanahan ini menyampaikan, ubo rampe dalam tanggapan ebleg tidaklah sedikit. Selain itu personil yang terlibat juga berkisar hingga 30 orang. Pembuatan sesaji dan perawatan peralatan termasuk gending dan lainnya juga memerlukan biaya. “Kami berharap nantinya ada standarisasi tampil di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, maupun di luar kabupaten. Ini akan digagas oleh Forum EKA yang dibentuk 1 Februari 2018,” katanya yang juga pernah menjadi anggota Forum Paranormal Penyembuhan Alternatif Inadonesia (FPPAI) itu.

    Ki Slamet menyampaikan sesaji saat penyelenggaraan ebleg sangat bervariasi. Setiap group ebleg mempunyai ciri khas sendiri-sendiri. Beberapa diantaranya meliputi ayam panggang, kinang, pisang lengkap Ambon, Raja dan Longok. Selain itu terdapat pula gula batu, kembang tujuh rupa, dupa, kemenyan,  dan kepala muda lain sebagainya. “Semua itu memerlukan biaya. Belum lagi jika ada aksesoris lainnya,” jelasnya.

    Dalam kesempatan itu, Ki Slamet menyampaikan hingga kini terdapar 200 group ebleg di Kebumen yang telah tergabung dalam Forum EKA. Forum EKA diharapkan menjadi wadah komunikasi dan diskusi para group ebleg. Sehingga segala persoalan yang ada dapat dipikir dan diselesaikan secara bersama-sama.  “Ini diharapkan juga menjadi kebangkitan kesenian ebleg di Kabupaten Kebumen,” terangnya.

    Sementara itu Pendiri Paguyuban Pecinta Kuda Lumping Kebumen (PPLK) Ki Wardi menyampaikan, selama ini pencinta kuda lumping di Kebumen sangat banyak. Di media sosial anggota PPLK mencapai 29 ribu orang. Ini dapat menjadi indikasi jika kesenian kuda lumping masih sangat diminati. “Untuk itu upaya pelestarian harus terus dilaksanakan,” ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top