• Berita Terkini

    Jumat, 12 Oktober 2018

    Gempa Guncang Selat Madura, Sumenep Terparah

    JAKARTA – Gempa berkekuatan 6,0 Skala Richter (SR) mengguncang Jawa Timur, Pulau Madura dan Bali pada pukul 01.44 WIB dini hari kemarin (11/180/2018. Episenter gempa terletak sekitar 56 kilometer arah timur laut Kota Situbondo, Jawa Timur dengan kedalaman 12 kilometer.

    Informasi awal yang didapat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa ini berkekuatan 6,4 SR, catatan dan analisis dari 156 sensor seismik memutakhirkan magnitudo gempa menjadi 6,0 SR. 

    Peta guncangan (shakemap) menunjukkan getaran terasa dengan skala IV hingga V Modified Mercalli Intensity (MMI) di Pulau Sapudi dan Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep, Pulau Madura. Sementara getaran dengan skala III hingga IV MMI dirasakan di wilayah Kabupaten Situbondo, Banyuwangi, dan Jembrana, Bali. Sementara Denpasar, Kuta dan Nusa Dua merasakan guncangan dengan skala III MMI. 

    Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 3 orang meninggal dan 8 orang luka-luka di Kabupaten Sumenep, daerah dengan dampak gempa terparah.
    Kapusdatin dan Humas BNPB Sutopo mengatakan, korban meninggal akibat tertimpa bangunan yang roboh. ”Gempa terjadi kamis dini hari. Kemungkinan korban masih tidur,” jelasnya.

    Sutopo mengungkapkan bahwa laporan dari BPBD Jatim menunjukkan daerah yang terparah adalah di Kecamatan Gayam Kabupaten Sumenep. Puluhan rumah dilaporkan rusak juga 2 fasilitas kesehatan, 8 fasilitas pendidikan, 7 rumah ibadah, dan 2 gedung fasilitas umum lainnya.

    Kerusakan juga dilaporkan terjadi di Kecamatan Bluto, Kalianget, Batang-Batang, Sepudi dan Sumenep. Sementara guncangan dirasakan di sebagian besar wilayah Madura, Jawa Timur bagian timur, dan Bali.

    Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadli menyatakan, dengan memperhatikan lokasi episenten dan hiposenter, gempa ini merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar lokal di dasar laut. Dibangkitkan oleh deformasi batuan di kerak dangkat dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

    Sadli mengatakan bahwa pegerakan sesar ini mirip dengan mekanisme gempa di utara Bali, Lombok, Sumbawa dan Flores.”Kami akan lakukan analisis lebih lanjut apakah gempa ini memiliki kaitan langsung dengan aktivitas sesar naik flores,” kata Sadli.
    Hingga kemarin, pukul 20.00 WIB, telah terjadi sekitar 20 kali gempa susulan (aftershock) yang magnitudonya terus menurun.

    Kepala Bidang Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono mengatakan bahwa mekanisme gempa bumi ini adalah sesar mendatar (strike) mengiri (sinistral).


    Meski demikian, Daryono yakin gempa bumi yang terjadi kemungkinan besar bukan berasal dari aktivitas Sesar Kambing seperti yang banyak diberitakan.

    Lokasinya terlalu jauh dari sesar Kambing. Menurut Daryono, jika memang betul akibat dari sesar Kambing, seharusnya sisi utara sesar yang terangkat. “Sementara ini sisi selatan yang terangkat,” jelasnya.

    Sejauh ini, para ahli di BMKG kata Daryono menduga bahwa gempa ini adalah aktivitas dari terusan sesar Kendeng yang memanjang sampai ke ujung selat Madura.”Tapi itu baru dugaan, bisa jadi ini adalah aktivitas dari sesar baru,” jelasnya. (tau)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top