• Berita Terkini

    Senin, 15 Oktober 2018

    Derita Nur Ali, Balita Asal Sruwng Penderita Hidrosefalus

    sudarno ahmad/ekspres
    KEBUMEN (kebumenekspres.com) - Hati orang tua mana yang tak sedih melihat anaknya menderita karena penyakit. Itu pula yang dirasakan pasangan suami istri Muamin dan Sa'adah, warga Dukuh Karangjengkol Desa Pengempon, Kecamatan Sruweng ini.

    Muhammad Nur Ali (3), anak mereka menderita penyakit hidrosefalus. Nur Ali menderita penyakit tersebut sejak lahir hingga saat ini. Kepalanya kian hari makin membesar.

    Yang mengharikan, Nur Ali tetap terlihat ceria dan tidak rewel. Namun demikian dia hanya bisa terbaring lemah. Beberapa kali dia tampak berusaha untuk tengkurap tetapi selalu gagal karena keberatan kepala.

    Sa'adah, meceritakan sejak lahir anaknya sudah ada gejala pembesaran kepala. Selama ini, aktivitas Nur sepanjang hari hanya sebatas tiduran. Hal ini lantaran Nur tidak betah digendong karena sakit lehernya untuk menyangga kepalanya yang membesar.

    Meski begitu, Moh Nur tetap bisa selalu senyum dan tawa. "Kami cuma bisa merawat, mencukupi kesehariannya, gitu saja," tuturnya.

    Muhammad Nur Ali pernah menjalani operasi di sebuah rumah sakit di Purwokerto. Namun, setelah itu Sa'adah dan suami tidak pernah lagi memeriksakan anaknya kembali. Sehingga kepala anaknya pun kian membesar.

    Kepala Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinas Sosial PPKB) Kebumen, dr Budi Satrio, mengatakan operasi yang dilakukan terhadap balita tersebut merupakan operasi by pass.

    "Untuk untuk mengurangi pengumpulan cairan otak yang berlebihan di dalam tengkorak dengan memasang selang khusus untuk dialirkan ke dalam rongga perut," kata Budi Satrio, saat berkunjung ke rumah penderita hidrosefalus tersebut, Sabtu (14/10/2018).

    Menurutnya, selang tersebut perlu diganti seiring pertumbuhan agar sesuai dengan fisik yang makin besar. Pada umumnya, kata dia, sampai dengan umur 10 tahun diperkirakan sebanyak dua kali prosedur pemasangan slang by pass.

    "Alhamdulillah operasi pembuatan bypass sudah terlaksana dengan baik. Tetapi karena merasa tidak pernah ada keluhan, anaknya juga tenang tetap ceria sehingga tidak pernah control lagi selama dua tahun ini," terang pria yang juga berprofesi sebagai dokter ini.

    Budi Satrio mengaku prihatin mendengar balita itu tidak pernah di kontrolkan maupun tidak pernah dikunjungi tenaga medis. Semestinya, lanjut dia, dikontrol sehingga resiko kekurangan gizi dan infeksi bisa dihindarkan.

    "Kami Dinsos PPKB masih menawarkan ambulan gratis jika diperlukan untuk kontrol ke Purwokerto. Walaupun semestinya ambulan Puskesmas atau rumah sakit, karena kami tidak memiliki tenaga medis," ujarnya. (ori)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top