• Berita Terkini

    Selasa, 09 Oktober 2018

    Dalang Cilik Duta Budaya Internasional Pukau Warga Banyumas

    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Kabupaten Kebumen patut ikut berbangga terhadap kiprah Prama Reza Fadlansyah (13) dan Raffi Ramadhan (11). Dua dalang cilik asal Jakarta yang memiliki darah keturunan Kebumen itu kian moncer. Ketrampilannya mendalang pun kini mendunia setelah menjadi Duta Budaya Internasional.

    Tak heran, setiap penampilannya memukau masyarakat dan pecinta seni budaya. Seperti saat Prama-Raffi ndalang bareng dalam acara merdi bumi atau suran warga Desa Pekunden Kecamatan/Kabupaten Banyumas, Sabtu malam (6/10/2018). 

    Dalam kesempatan itu, Prama-Raffi membawakan lakon "Babad Alas Wonomarto" di depan ribuan penonton. Istimewanya, Mantan Gubernur Jawa Tengah Heru Sujatmoko secara khusus hadir menyaksikan penampilan Prama dan Raffi. Heru termasuk yang terpesona dengan performa dua dalang yang merupakan cucu Rektor Universitas Indraprasta (Unindra) Jakarta, Prof H Sumaryoto itu.

    Ketua panitia kegiatan, Siswoyo, menyampaikan acara kemarin terselenggara berkat kerja sama warga Desa Pekunden dengan Universitas Indraprasta (Unindra) Jakarta. Lebih daripada itu, Prama dan Raffi adalah dua sosok yang unik. Keduanya berasal dari Jakarta, namun lihai dalam mendalang. Bahkan, saat ini sudah menjadi duta budaya internasional. "Mas Prama dan Raffi ini bisa menjadi inspirasi bagi anak-anak muda untuk mengikuti jejak mereka," katanya.

    Desa Pekunden sendiri, jelas Siswoyo, merupakan desa sentra budaya di Kabupaten Banyumas. Di wilayah itu ada tiga sanggar seni. Tak heran, sambutan masyarakat kepada Prama Raffi begitu luar biasa. "Pagelaran budaya ini kami harapkan untuk nguri-uri kebudayaan sekaligus menanamkan nilai kebangsaan dan kerukunan masyarakat," imbuh pegiat budaya yang sehari-hari PNS di TVRI Banyumas tersebut.

    Di tempat yang sama, Heru Sujatmoko, menyampaikan apresiasinya terhadap kiprah Prama dan Raffi juga Rektor Unindra Jakarta, Prof Sumaryoto yang rutin menggelar pagelaran wayan kulit.

    Dia mendorong, kegiatan semacam ini bisa terus berlanjut bahkan dikembangkan. Karena, Jawa Tengah memang seharusnya menjadi sentra kebudayaan jawa. "Saya berharap acara semacam ini tidak hanya nguri-uri namun sekaligus mengembangkan. Saya berpikir kalau yang berkomitmen para intelektual akan ada pendekatan ilmukeilmuan sehingga bagaimana budaya jawa yang sudah bagus tetap disukai orang jawa sendiri dan penerusnya. Kalau tidak, lama-lama budaya akan menjadi asing bagi masyarakat sendiri atau malah diaku sebagai milik negara lain," katanya.

    Sementara itu, Prof Sumaryoto menyampaikan, menggelar wayang kulit bagi masyarakat memang sudah menjadi komitmen Unindra Jakarta. Apalagi, wayang kulit sudah dinyatakan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Sejauh ini, Unindra sudah mentas di sejumlah kabupaten di Jawa Tengah seperti Kebumen Cilacap dan Banyumas.

    Prama-Raffi sendiri merupakan dalang cilik yang belajar otodidak. Saat ini sudah menjadi Duta Budaya Internasional. Mereka sudah tampil di New Delhi India, Moskow Rusia. "Dan rencananya April 2019 akan tampil di Seoul Korea Selatan," ujar akademisi yang putra asli Desa Banyumudal Kecamatan Buayan tersebut. (cah)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top