• Berita Terkini

    Sabtu, 29 September 2018

    Gempa 7,4 SR Picu Tsunami di Palu

    JAKARTA – Gempa berkekuatan 7,4 SR yang mengguncang wilayah Kabupaten Donggala kemarin sore (28/9/2018) berujung gelombang tsunami. Tsunami dengan ketinggian sekitar 1,5 meter hingga 2 meter menerjang Kota Palu. Dari sejumlah video yang beredar, warga Palu histeris ketika gelombang tsunami menerjang daratan.


    Sebelum terjadi gempa berkekuatan 7,4 SR pukul 17.02 WIB, sejatinya Kabupaten Donggala telah diguncang gempa berkekuatan 5,9 SR. Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hingga pukul 20.00 tadi malam menyebutkan daerah Donggala dan sekitarnya diguncang gempa sebanyak 22 kali.


    Ketika terjadi gempa 7,4 SR, pihak BMKG sudah mengaktifkan peringatan dini (early warning) bahaya tsunami. Dalam pengumuman peringatan tsunami tersebut diterangkan bahwa untuk wilayah Donggala bagian selatan berstatus siaga. Kemudian di wilayah Donggala bagian utara, Mamuju bagian utara, dan kota Palu bagian barat berstatus waspada.


    Kemudian tpeat pukul 17.36 WIB BMKG mengakhiri peringatan dini tsunami. Beberapa saat kemudian beredar video terjadinya gelombang tsunami di kota Palu. Kondisi ini sempat membuat bingung masyarakat. Sebab ada yang menduga tsunami terjadi setelah peringatan dini tsunami diakhiri.


    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa peringatan dini tsunami diakhiri setelah air tsunami surut. ’’Bukan saat air laut surut. Tetapi setelah air tsunami surut,’’ katanya saat menjalankan sampungan video telekonferensi tadi malam. Pada saat itu Dwikorita sedang berada di Jogjakarta.


    Berdasarkan hasil pemodelan tsunami oleh BMKG, mereka memperkirakan bahwa tsunami dengan level siaga (0,5 meter – 3 meter) bakal terjadi di Palu. Dengan estimasi kedatangan gelombang tsunami pukul 17.22 WIB. Tim BMKG juga melakukan pengecekan tinggi muka air laut di Mamuju pada pukul 17.27 WIB. Hasilnya ada kenaikan sekitar 6 cm.


    Dwikorita mengatakan berdasarkan hasil update mekanisme sumber gempa, observasi ketinggian gelombang tsunami, dan telah terlewatinya waktu kedatangan tsunami, maka peringatan dini tsunami diakhiri pada pukul 17.36 WIB. Dari kronologi tersebut sudah jelas bahwa peringatan dini tsunami diakhiri setelah air laut yang sebelumnya sampai ke daratan kembali surut.


    BMKG juga melakukan analisis penyebab gempa bumi. Dwikorita mengatakan berdasarkan episenter dan kedalaman hiposenter, maka gempa bumi yang terjadi berjenis gempa bumi dangkal. Gempa ini terjadi akibat aktivitas sesar Palu Koro. Gempa bumi ini dibangkitkan oleh deformasi dengan mekanisme pergerakan dari struktur sesar mendata (slike-slip). ’’BMKG menghimbau masyarakat tetap tenang dan mengikuti arahan BPBD setempat,’’ jelasnya.


    Dampak dari gempa tersebut antara lain ditutupnya Bandar Udara Mutiara Sis Al Jufri. Kepala Bagian Kerjasama dan Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Sindu Rahayu menyatakan bahwa pemerintah telah mengeluarkan Notam Nomor H0737/18 untuk penutupan tersebut. ”Ditutup dari 28 September pukul 19.26 WITA sampai dengan estimasi 29 September pukul 19.20 WITA karena terdampak gempa bumi,” katanya kemarin.


    Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan gempa dirasakan di wilayah Kabupaten Donggala, Kota Palu, dan Parigi Moutong. Secara umum gempa dirasakan berintensitas sedang selama 2 hingga 10 detik. ”Gempa dirasakan beberapa kali karena adanya gempa susulan,” ungkapnya.


    Di Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala yang paling dekat dengan pusat gempa terdapat beberapa rumah roboh dan rusak. Saat kejadian, menurut Sutopo,masyarakat panik dan berhamburan keluar rumah. ”Berdasarkan data sementara dari BPBD Kabupaten Donggala tercatat satu orang meninggal dunia, 10 orang luka-luka, dan puluhan rumah rusak. Korban tertimpa oleh bangunan yang roboh,” ujarnya. Jumlah tersebut masih ada kemungkinan bertambah mengingat pendataan dan penanganan darurat masih dilakukan. (wan/lyn)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top