• Berita Terkini

    Minggu, 09 September 2018

    Alami Krisis Kepemimpinan, Kebumen Disebut Nyaris Lumpuh

    Arif Yuswandono
    KEBUMEN (kebumenekspres.com) - Pemerhati kebijakan publik Kebumen, Arif Yuswandono menyatakan kekhawatirannya terhadap kondisi Kota Beriman saat ini.  Hal ini tak lepas dari perkara hukum yang menimpa Bupati dan Sekretaris Daerah (Sekda) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

    Kebumen yang hingga saat ini tanpa pemimpin definitif, katanya, mengalami krisis kepemimpinan. Dampaknya pun sudah dirasakan masyarakat.

    "Tanpa Bupati dan Sekda definitif, Kabupaten Kebumen Beriman nyaris lumpuh dan berangsur menjadi kabupaten "auto pilot"," katanya.

    "Sejumlah program pembangunan dan pelayanan publik terhambat aturan birokrasi dan regulasi. Para kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah), para camat dan kepala desa mengalami demotivasi, seperti anak ayam kehilangan induk," imbuh dia.

    Seperti diketahui, Bupati Kebumen Mohammad Yahya Fuad dan Sekda Adi Pandoyo ditahan KPK.  Untuk menjalankan pemerintahan, Wakil Bupati Yazid Mahfudz ditunjuk sebagai Plt Bupati.  Hingga saat ini, belum jelas kapan Yazid akan dilantik sebagai Bupati Definitif karena persidangan Mohammad Yahya Fuad belum selesai.

    Adapun untuk jabatan Sekda, Pemkab Kebumen baru lalu menggelar seleksi jabatan untuk menggantikan posisi Mahmud Fauzi yang berstatus Pj. Namun hingga saat ini, belum bisa ditentukan kapan waktu pelantikan Sekda deifinitif dilantik.

    Kondisi tersebut, kata Arif Yuswandono, membuat Kebumen mengalami stagnasi pemerintahan bahkan bisa dikatakan dalam kondisi "kritis". Indikasinya, berbagai kebijakan dan keputusan strategis yang menyangkut kepentingan rakyat tidak bisa diambil jelas tidal bisa diambil dan dieksekusi.

    Selain itu, katanya, para kepala OPD rata-rata gamang dan tidal mau mengambil resiko untuk membuat terobosan kebijakan. "Contoh kongkrit misalnya, kegagalan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam mendapatkan bantuan anggaran perpustakaan dari pusat," ujarnya.

    "Para camat tidak cukup kuat untuk menjadi leader bagi para kepala desa maupun lurah. Contoh nyatanya adalah Camat Buluspesantren dan beberapa camat yang kepala desanya terjerat kasus korupsi. Artinya camat gagal melakukan fungsinya supervisi dan pendamping pengelolaan Dana Desa hingga nerujung pada ranah pidana, "ujar Arif.

    "Para oknum kepala desa bergerak liar menggunakan anggaran Dana Desa untuk kepentingan memperkaya diri sendiri dan kroninya. Jajaran inspektorat juga terkesan mandul dan tidak bisa berbuat apa-apa," imbuhnya.



    Tak hanya di tataran ekesekutif, jajaran legislatif juga bernasib serupa. Menurut arif, saat ini anggota DPRD Kebumen  sudah tidak lagi dapat fokus melakukan fungsi nya.

    "Selain sebentar lagi mereka disibukkan dengan pemilihan legislatif,  para anggota DPRD juga dihantui kepanikan dengan  ancaman jerat korupsi KPK," ujarnya.

    Selain itu, sejumlah program unggulan di masa pemerintahan Bupati Mohammad Yahya Fuad-Wakil Bupati Yazid Mahfudz, terbengkalai. Ditambah persoalan sosial yang tak kunjung putus, membuat Kebumen cukup memprihatinkan saat ini.

    Meski demikian, Arif mengaku bersyukur karena di tengah situasi itu, masyarakat Kebumen dapat "mandiri " . Kelompok-kelompok pengelola wisata, kelompok usaha kecil dan menengah, kelompok petani dan peternak justru bisa berkembang meski tanpa campur tangan pemerintah.

    "Bagi masyarakat luas, tulisan ini bukan berarti pesimis namun hanya refleksi dan bahan perenungan. Kita harus tetap optimis dan percaya diri, bahwa Kebumen obat akan bangkit dan maju," katanya.

    "Kondisi ini juga menjadi warning bagi masyarakat Kebumen jangan pernah salah memilih pemimpin, baik eksekutif maupun legislatif. Jangan memilih hanya karena ada uang dan sogokan. Jangan korbankan Kebumen tercinta hanya karena beberapa lembar rupiah, ujarnya.

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top