• Berita Terkini

    Jumat, 24 Agustus 2018

    Kaum Perempuan Grenggeng Belajar Pengelolaan Keuangan

    ISTIMEWA
    KEBUMEN (kebumenekspres.com) - Kaum perempuan di Desa Grenggeng Kecamatan Karanganyar, mengikuti pelatihan pengelolaan keuangan (financial litteracy). Mereka pun antusias mengikuti kegiatan yang diselenggarakan Roemah Martha Tilaar (RMT) Gombong bekerja sama dengan KUB Pandansari Grenggeng itu.

    Pelatihan diberikan oleh Staff RMT Anissa Nur Haq Qurani yang juga merupakan trainer program pengembangan kapasitas perempuan PACE. Dalam pelatihan yang diadakan di Sekretariat KUB tersebut, peserta merupakan pengrajin anyaman pandan.

    Dalam pelatihan, peserta berjumlah 30 itu diajak untuk melakukan evaluasi terhadap pengelolaan keuangan rumah tangga. Peserta juga diajari membuat pencatatan sederhana. 

    Nantinya peserta akan lebih mudah melakukan kontrol terhadap pengeluaran keluarga. Selain itu diberikan juga kiat-kiat dalam menentukan prioritas kebutuhan. Diharapkan peserta akan lebih mampu menyesuaikan gaya hidup dan prioritas kebutuhan dengan pendapatan yang dimiliki.

    MarComm RMT Alona Novensa mengemukakan pelatihan merupakan awal dari program pendampingan RMT. Ini bagi pengrajin pandan Desa Grenggeng  terutama yang bergabung dengan KUB Pandansari.

    RMT juga menggandeng mitra lokal, sebuah lembaga wirausaha sosial Heart of Spora. “Program pendampingan kami coba rancang secara lebih utuh. Selain meningkatkan kompetensi pribadi dan kompetensi teknik pengrajin, kami coba memberi pendampingan pada lembaga KUB agar semakin mampu berperan sebagai fasilitator bagi kemajuan industri kerajinan pandan,” tuturnya.

    Sebagai tindak lanjut pelatihan tersebut, kata Alona, juga akan diberikan berbagai pelatihan terkait desain dan konsistensi kualitas produk. Sebagai muara pelatihan akan diberikan bantuan alat produksi. Nantinya diharapkan akan memampukan para pengrajin masuk ke pangsa pasar yang lebih luas.

    “Secara pribadi Ibu Martha Tilaar memiliki perhatian khusus kepada kerajinan khas Kebumen ini. Beliau berharap Martha Tilaar Group dapat ikut membuka pangsa pasar baru bagi kerajinan ini. Kami perlu membuat sebuah program pendampingan agar pengrajin mampu menjawab kebutuhan pasar kerajinan, baik lokal maupun nasional,” jelasnya.

    Ketua KUB Pandansari Maryani menyampaikan kegembiraannya atas adanya program tersebut. Pihaknya berharap program itu akan mampu menghidupkan kembali peran KUB yang selama ini telah mati suri.

    “Ketika didirikan tahun 1988 memang kami sempat cukup berperan. Namun tak lama keberadaan KUB meredup bahkan bisa dibilang mati suri. Kami berharap kedepan akan membawa KUB pada kelahiran baru untuk dapat menjadi gerbang bagi hidupnya anyaman pandan khususnya di Desa Grenggeng,” katanya.

    Sementara itu salah satu peserta pelatihan, Ngatini (60) mengakui pelatihan pengelolaan keuangan merupakan aspek yang selama ini diabaikan. Kebanyakan pelatihan yang didapat adalah soal menganyam dan membuat produk.  Padahal para pengrajin sendiri sebenarnya sangat kurang dalam memahami tata cara  mengelola keuangan. “Karena kurang pandai dalam mengatur uang, akibatnya hasil anyaman pandan yang masih minim juga semakin tidak terasa manfaatnya,” ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top