• Berita Terkini

    Senin, 06 Agustus 2018

    Guncangan Gempa Lombok Terasa di Nusa Tenggara, Bali dan Jawa

    ivan mardiansyah/lombokpost
    JAKARTA- Gempa 7 skala Richter (SR) mengguncang Lombok Utara tadi malam (5/8/2018) pukul 18.46. Gempa yang berlokasi di 27 kilometer timur laut Lombok Utara mengakibatkan 31 orang tewas. Gempa dengan kedalaman 15 kilometer tersebut sempat membuat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan tsunami.


    Gempa tadi malam juga sempat membuat masyarakat di Lombok panik bukan kepalang. Mereka berusaha menyelamatkan diri karena guncangan terasa jauh lebih kuat daripada gempa sebelumnya. "Ini lebih besar dan lebih lama," ungkap Hamdani Selamet. Pria 31 tahun itu merupakan salah seorang warga yang tinggal di Desa Gereneng, Kecamatan Sakra Timur, Kabupaten Lombok Timur.


    Berdasar kesaksian Hamdani, masyarakat yang tinggal di bibir pantai langsung berhamburan keluar dari rumah. Mereka mencari tempat yang lebih tinggi. "Semua sekarang sudah mengungsi," ucap dia.


    Informasi potensi tsunami pascagempa tadi malam yang membuat mereka berbondong-bondong menyelamatkan diri. Alhasil, seluruh jalur dari pantai ke lokasi-lokasi yang lebih tinggi padat. "Macet sekali di sini," tambah dia.


    Menurut Hamdani, hanya beberapa orang yang tersisa di desanya. Sebagian besar memilih menyelamatkan diri lantaran jarak dari desanya ke pantai di selatan Lombok relatif dekat.


    Lombok Post (Jawa Pos Group) melaporkan, sejumlah jalan di Mataram macet parah. Warga yang berada di dalam rumah, di mal, rumah sakit, hotel, dan sejumlah tempat lainnya berhamburan ke jalan.


    Peneliti gempa Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano menyatakan, gempa tadi malam adalah imbas gempa 6,8 SR yang terjadi Minggu pagi (29/7). Lumrahnya, gempa besar akan memicu gempa besar lainnya.


    Irwan menjelaskan, ada jalur gempa utama yang melintas mulai Bali hingga Kepulauan Nusa Tenggara. Pertama jalur subduksi lempeng Hindia dan Eurasia yang memanjang di sebelah selatan. Kemudian sesar Flores atau Flores backthrust atau Lombok-Flores backthrust yang memanjang di sebelah utara.


    "Ini yang membuat saya khawatir. Selama ini kita terpaku pada potensi gempa Sunda thrust yang notabene melintas di selatan Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara yang konon menyimpan potensi hingga 8 SR," katanya. "Namun, penelitian saya dan beberapa kawan pada 2016, sesar di sebelah utara kepulauan Nusa Tenggara juga menyimpan potensi gempa yang cukup besar, bisa di atas 7 SR," imbuhnya.


    Irwan yakin gempa 29 Juli lalu memicu potensi sebenarnya dari Flores backthrust itu. Temuan Irwan dan timnya, memang di daerah selatan Jawa jalur yang sangat aktif adalah jalur subduksi di selatan. Gempa-gempa yang terjadi di sepanjang jalur itu memang memiliki rata-rata magnitudo yang besar.

    Namun, kerusakan yang ditimbulkannya relatif tidak besar karena episentrumnya kerap kali berada di lepas pantai. Kadang ratusan meter jauhnya dari daratan. "Untuk risiko tsunami, menurut saya tidak terlalu besar karena dikelilingi perairan yang relatif dangkal," jelasnya.


    Saat gempa terjadi, di Hotel Golden Palace, Lombok Tengah, berlangsung forum Indonesia-Australia Ministerial Council on Law and Security. Menko Polhukam Wiranto memastikan bahwa seluruh undangan dan delegasi berbagai negara selamat. "Kegiatan Sub Regional Meeting on Counter Terrorism besok (hari ini, Red) kami tunda," kata Wiranto.

    Pejabat asal Jogjakarta itu pun sudah mempersilakan undangan dan tamu yang hadir dalam agenda tersebut kembali ke negara masing-masing. Menurut Wiranto, dirinya dan seluruh undangan serta delegasi berbagai negara tengah melaksanakan gala dinner ketika gempa mengguncang Lombok. Mereka langsung menyelamatkan diri lantaran getaran akibat gempa 7 SR itu terasa kuat

    Informasi yang diterima Jawa Pos, gempa bumi di Lombok tadi malam juga terasa sampai Bali dan Kepulauan Sapeken di Madura. Sejumlah bangunan di Bali juga dilaporkan rusak akibat gempa tersebut.


    Corporate Communication Senior Manager PT Angkasa Pura I Awaluddin menyatakan, tidak ada kerusakan pada fasilitas sisi udara (airside) seperti runway, taxiway, dan apron di Bandara Internasional Praya Lombok maupun Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. "Hanya ada kerusakan minor pada fasilitas di terminal," katanya kemarin.


    Awaluddin membenarkan bahwa petugas sempat melakukan evakuasi di titik evakuasi di luar terminal. Namun, menjelang pukul 20.30 Wita, calon penumpang sudah kembali ke ruang tunggu terminal. "Untuk menjaga keamanan dan keselamatan penumpang, kami sedang meninjau dan melakukan pembersihan terhadap berbagai sarana serta fasilitas di seluruh area," ucapnya.


    Setelah mengeluarkan peringatan tsunami, BMKG pusat meminta warga Nusa Tenggara Barat tetap tenang dan menjauhi bibir pantai. Gelombang yang datang diprediksi setinggi 0,5 meter. Pada pukul 18.48, di Desa Carik, Lombok Utara, terdeteksi tsunami dengan ketinggian 0,135 meter. Enam menit setelahnya, di Desa Badas pun terdeteksi tsunami dengan ketinggian 0,100 meter. "Gelombang tsunami bisa saja berbeda-beda," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati kemarin.


    Dwikorita memaparkan, hingga pukul 19.51 WIB, telah terjadi 16 kali gempa susulan, tapi dengan magnitudo yang jauh lebih kecil. Namun, dia meminta masyarakat terus waspada dan tidak mendiami bangunan atau rumah yang rawan runtuh.

    BPBD juga telah memerintah masyarakat menjauh dari pantai.

    "Dengan melihat kondisi kegempaan, diperkirakan kerusakan bangunan banyak terjadi di Kota Mataram," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho. Dia menambahkan bahwa umumnya bangunan yang dibangun dengan kurang memperhatikan konstruksi tahan gempa akan mengalami kerusakan. (lyn/tau/syn/c9/tom)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top