Tak ingin melewatkan musim-musim ubur-ubur, nelayan beramai-ramai melaut. Dari nelayan Desa Pasir, Argopeni hingga Karangduwur mengadu peruntungan. Hasilnya pun tak mengecewakan. Dalam sehari, tak kurang dari 100 ton ubur-ubur mereka bawa pulang.
Redin, salah satu nelayan mengatakan sebelumnya mereka sempat libur melaut menyusul gelombang pasang yang dipicu angin Timur. Namun, dalam beberapa hari terakhir, gelombang mereda.
Jadi mereka masih kebagian panen ubur-ubur yang muncul diperairan sejak dua minggu terakhir. Meski harga perkilogramnya tak terlalu besar, RP 600 perkg, namun jumlahnya yang besar membuat mereka tetap bisa tersenyum.
"Di TPI Karangduwur saja, satu hari bisa ada 100 ton ubur-ubur. Nelayan bisa dapat jutaan rupiah," katanya, Minggu (19/8/2018).
Tak hanya kaum pria saja yang mendapat berkah dari ubur-ubur. Istri para nelayan ikut kebagian berkah dengan bekerja memilah dan menampung ubur-ubur di tempat penampungan."Lumayan bisa tambah-tambah penghasilan," kata Ponpon, salah satu warga. Ubur-ubur itu dijual nelayan kepada para pengepul yang kemudian mengekspornya ke luar negeri. (*/cah)
