• Berita Terkini

    Jumat, 20 Juli 2018

    Prabowo Pertimbangkan Lima Nama Cawapres

    JAKARTA - Komunikasi antara Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, membuat opsi pilihan calon wakil presiden dari koalisi diluar pemerintahan makin beragam. Dari tiga partai yang berpotensi koalisi dengan Partai Gerindra, terdapat lima nama yang dipertimbangkan Prabowo untuk menjadi cawapres pendamping.


      Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria menyatakan, pertemuan antara Prabowo dengan SBY sejatinya sudah dijadwalkan sejak lama. Sebelumnya, keduanya juga pernah bertemu dalam beberapa kesempatan. Namun, karena SBY mendadak sakit, maka pertemuan itu ditunda. Prabowo sendiri yang berinisiatif membesuk SBY.


      "Membesuk itu adalah bentuk perhatian dan doa agar pak SBY bisa beristirahat, cepat sembuh dan beraktivitas kembali," kata Riza di gedung DPR, kemarin (19/7/2018).


      Wakil Ketua Komisi II DPR dari Fraksi Partai Gerindra itu menyatakan, tidak ada pembahasan isu politik dalam pertemuan itu. Prabowo dan SBY hanya berbicara hal-hal ringan, demi segera pulihnya pendiri Partai Demokrat itu. Jika SBY pulih, maka pertemuan dua tokoh itu bisa segera terealisasi. "Kami akan adakan kembali pertemuan pak Prabowo dan pak SBY, membahas kondisi bangsa, tentu juga membahas pileg dan pilpres ke depan, termasuk capres dan cawapres," kata Riza.


      Terkait kedekatan Prabowo dengan Agus Harimurti Yudhoyono, saat putra sulung SBY itu mengantar kepulangan Prabowo, spekulasi muncul bahwa keduanya punya peluang besar berduet di pilpres. Menanggapi hal itu, Riza memastikan bahwa peluang pencalonan Prabowo-AHY dengan calon dari partai lain sama besar. "Peluang Prabowo-AHY sama seperti Prabowo dengan kader partai lain," kata Riza.


      Sebagai contoh, Partai Gerindra selama ini dekat dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). PKS yang sudah menyodorkan sembilan nama cawapres ke Prabowo, kini telah mengerucutkan pilihan pada dua nama, yakni mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri.


      Demikian halnya, kata Riza, dengan sosok Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan. Riza menilai Zulkifli adalah kader terbaik PAN yang patut dipertimbangkan. Selain itu, nama Gubernur DKI Anies Rasyid Baswedan juga dipertimbangkan sebagai representasi non parpol. "Kami melihat semua nama ini punya peluang," kata Riza.

      Riza menambahkan, penentuan cawapres pendamping Prabowo tentu tidak bisa dilakukan dalam pembicaraan terpisah Prabowo dengan masing-masing pimpinan parpol koalisi. Pada saatnya nanti, Prabowo akan mengumpulkan semua pimpinan partai untuk melakukan pembicaraan antar partai, terkait visi bangsa di masa depan, pileg, hingga penentuan capres dan cawapres.


      "Nanti secara bersama-sama empat partai ini atau lebih akan duduk membahas cawapres terbaik untuk pak Prabowo," ujarnya.


      Di sisi lain, PKS memilih tidak banyak berkomentar terkait pertemuan antara Prabowo dengan SBY. Ketua Bidang Politik DPP PKS Pipin Sopian menyatakan, sampai saat ini, penentuan capres dan cawapres dalam koalisi diluar pemerintah belum final.


      "Buat PKS, kami menghormati semua komunikasi Partai Gerindra dengan partai lain," kata Pipin.


      Menurut Pipin, PKS saat ini berpegang pada komitmen yang dibuat Prabowo selaku Ketum Gerindra bersama PKS. Komitmen itu adalah kebersamaan kedua partai untuk mengusung capres dan cawapres antara Gerindra dengan PKS. Pipin meyakini bahwa Prabowo adalah sosok yang memegang komitmen.


      "Seperti komitmen PKS untuk setia menjadi partai oposisi bersama Partai Gerindra," kata Pipin.


      Pipin juga membenarkan bahwa nama Aher dan Salim Segaf adalah dua nama terakhir yang disodorkan PKS untuk mendampingi Prabowo. Dalam prosesnya, PKS juga terus melakukan komunikasi dengan Partai Gerindra untuk memastikan figur capres dan cawapres yang akan diusung. "Kalau untuk penentuan, tinggal menunggu masa yang tepat," ujar Pipin.


      Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menyatakan bahwa nama dirinya hanyalah satu dari empat kandidat yang dimiliki PAN. Dirinya mempersilahkan kepada Prabowo untuk mempertimbangkan figur yang dimiliki oleh PAN. "Kalau PAN kan jelas, sekarang ada Zulkifli Hasan, pak Amien (Amien Rais, red), pak Hatta (Hatta Radjasa, red) dan mas Tris (Soetrisno Bachir, red)," kata Zulkifli.


      Jubir Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengatakan, SBY akan bertemu dg Prabowo pada 24 Juli mendatang. Sebelumnya, pertemuan tertunda karena SBY sakit dan dirawat di RSPAD hingga kemarin. "Pertemuan itu akan sangat menentukan posisi Partai Demokrat," terang dia kemarin.


      Menurut dia, sampai saat ini partainya belum mengambil keputusan terkait capres - cawapres. "Semua opsi masih terbuka," ucap politisi yang juga menjabat Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat itu.


      Dalam berkoalisi, lanjut dia, pihaknya memang menawarkan kader terbaiknya untuk menjadi cawapres. Namun, tawaran itu bukan harga mati. Seperti yang sudah disampaikan SBY melalui rekaman video yang unggah di akun Youtube Partai Demokrat.

      Selama ini AHY selaku Ketua Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) yang digadang-gadang sebagai cawapres. Ferdinand mengatakan, belum ada nama lain yang diajukan partainya.

      Bagaimana dengan istri SBY, Ani Yudhoyono? Ferdinand mengatakan, Ani tidak akan maju dalam Pilpres 2019. "Kami pastikan Bu Ani tidak maju dalam kontestasi," tegasnya.

      Sementara itu, kemarin Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merilis hasil survei terkait elektabilitas tokoh yang berpotensi bertarung di Pilpres 2019. Khusus untuk Prabowo, LIPI menyebut saat ini elektabilitas dia masih jauh di bawah Joko Widodo selaku petahana. Elektabilitas Prabowo ada di angka 26,6 persen. Tidak sampai separo dari Jokowi yang mendapatkan angka 58,2 persen.


      Sementara, untuk cawapres Prabowo, empat tokoh teratas hasil survei LIPI adalah mereka yang selama ini memang diisukan menjadi cawapresnya. Yakni, Anies Baswedan (23,1 persen), Gatot Nurmantyo (20), Agus Harimurti Yudhoyono (15,7), dan Muhammad Zainul Majdi (5,9). Satu nama lagi adalah Menkopolhukam Wiranto (3,8) di urutan 5.

      Tidak ada kader PKS yang namanya masuk lima besar cawapres Prabowo versi LIPI. Kader PKS yang masuk daftar cawapres potensial hanya Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Dia ada di posisi 6 atau di bawah Wiranto dengan angka 2,9 persen.


      Dari sisi pemilih, versi LIPI, para simpatisan partai pengusung Prabowo tidak 100 persen loyal. Berdasarkan survei, hanya 64,4 persen pemilih partai Gerindra yang akan memilih Prabowo sebagai presiden. Loyalitas itu masih di bawah simpatisan PKS, di mana 72,7 persen memastikan bakal memilih Prabowo sebagai presiden.

      Namun, ada temuan bahwa para penduduk berpendidikan tinggi cenderung akan memilih Prabowo. Elektabilitas Prabowo di kalangan masyarakat berpendidikan tinggi mencapai 45 persen, melampaui Jokowi yang mendapatkan angka 37,7 persen. ’’Semakin tidak puas terhadap kinerja pemerintah semakin cenderung memilih Prabowo,’’ terang Peneliti LIPI Wawan Ichwanuddin.


      Terkait caleg yang pindah partai, Ketua KPU Arief Budiman menjelaskan bahwa mereka diwajibkan mundur dari jabatannya bila saat ini berstatus anggota legislatif. Baik di level DPR, DPRD Prvinsi, maupun DPRD Kabupaten/Kota. Bila proses pengunduran diri belum selesai, mereka bisa menyampaikan kepada KPU bahwa pengunduran dirinya sedang diproses oleh masing-masing lembaga.


      Hingga saat ini, lanjut Arief, belum ada satupun partai yang mengajukan pergantian antarwaktu (PAW) terhadap kadernya di legislatif yang berpindah partai. ’’Kalau nanti keluar SK pemberhentiannya pasti akan diproses (pengajuan) PAW-nya,’’ tambah Arief. Namun, bila partai mau mengajukan PAW saat ini juga, tidak masalah. (bay/lum/byu)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top