• Berita Terkini

    Senin, 23 Juli 2018

    Pedagang Daging Ayam Pasar Rejowinangun Mogok Berdagang

    foto : wiwid arif/magelang ekspres
    MAGELANG SELATAN - Semua pedagang ayam yang biasa beraktivitas di Pasar Rejowinangun, Kota Magelang, Minggu (22/7/2018) tidak terlihat. Mogoknya para pedagang ini disinyalir karena sisi ketidaksetujuan mereka menyikapi tingginya harga daging ayam belakangan.

    Menurut keterangan sejumlah pedagang lain di pasar tersebut, harga daging ayam saat ini meroket tajam. Bahkan, perkilogramnya mencapai Rp40 ribu. Harga ini tentu menimbulkan efek menurunnya permintaan masyarakat.

    Harga yang di luar batas kewajaran itu tak hanya membuat pedagang mogok, karena para pembeli pun merasakan hal yang sama. Seperti Aceng (47), pedagang bubur ayam, yang menjadikan daging ayam sebagai bahan pelengkap jualannya.

    ”Bingung mau nyari di mana, karena tidak ada yang jual (daging ayam). Katanya, mereka (pedagang daging ayam) pada mogok karena harga jualnya sangat tinggi,” katanya saat ditemui di kompleks Pasar Rejowinangun.

    Menurutnya, kenaikan harga daing ayam begitu mencekik. Jika bulan lalu perkilogram bisa didapat dengan harga Rp25 ribu kini dengan uang yang sama, hanya bisa mendapatkan setengah kilogram saja.

    ”Sekarang harganya ada yang sampai Rp50 ribu per kilogram. Padahal, rata-rata per hari saya harus beli sekitar 30 kilogram daging ayam. Kalau harganya segitu, terus terang saya bingung,” ucapnya.

    Kepala UPT Pasar Rejowinangun Kota Magelang, Hari Suprijadi mengatakan, mogoknya para pedagang daging ayam ini rencana dilakukan selama tiga hari ke depan, hingga Selasa (24/7).

    ”Seluruhnya sebanyak 25 orang pedagang yang biasa berjualan di Los Daging Ayam tidak berjualan mulai hari ini (kemarin). Mereka mogok berjualan,” ujarnya.

    Terkait aksi para pedagang ini, pihaknya sebenarnya sudah diberitahu oleh sejumlah pedagang daging ayam di Pasar Rejowinangun. Aksi ini menjadi puncak ketidaksepakatan mereka atas kenaikan harga daging ayam yang tak terkendali.

    ”Selain harga mahal, ada juga alasan lain karena pakan ayam yang sekarang tak lagi disisipkan antibiotik, membuat ayam menjadi rentan sakit dan mati,” ungkapnya.

    Hal tersebut membuat para produsen menjadi merugi dan menyebabkan kurangnya stok ayam. Secara tidak langsung berpegaruh kepada para pedagang daging ayam.

    ”Pedagang demo kepada pemerintah, karena pakan tidak ada antibiotik-nya menyebabkan kerentanan penyakit ke ayam, sehingga stok menjadi kurang dan berdampak kepada naiknya harga daging,” papar dia.

    Menurut Hari, kenaikan harga daging ayam ini memang sudah terjadi sejak sebelum Lebaran lalu. Semula daging ayam dijual Rp33 ribu per kilogram, kini melonjak menjadi Rp45 ribu per kilogram.

    Menyikapi mogoknya para pedagang daging ayam ini, pihaknya langsung memberitahukan kepada pengunjung pasar. Bahkan, sosialisasi juga disiarkan lewat pengeras suara di kompleks pasar.

    ”Para pedagang daging ayam di sini memang memutuskan untuk mogok, sebagai bentuk demo, karena daging ayam harganya terus melonjak,” kata Wati, salah satu pengunjung Pasar Rejowinangun.

    ”Ya kecewa juga sudah datang ke sini jauh-jauh tetapi tidak ada yang berjualan. Sebelumnya juga tidak ada pemberitahuan apa-apa. Terpaksa belanja lain saja, ikan untuk pengganti ayam,” katanya. (wid)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top