• Berita Terkini

    Minggu, 08 Juli 2018

    Pagari Pekarangan, Tradisi Warga Kebumen saat Gelar Perkawinan

    IMAM/EKSPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)-Meski kini telah memasuki zaman modern, namun berbagai wilayah di Kebumen ternyata masih kental dan terus menguri-uri budaya lokal. Hal tersebut menjadikan kearifan lokal semakin terjaga dengan baik terutama di kawasan pesisir selatan. Salah satunya yakni saat mantu pertama harus memagari pekarangannya.

    Ya, terlihat unik memang, pagar pekarangah yang terbuat dari bambu ternyata mengindikasikan hajatan yang dimaksud. Beda hajatan tentunya akan berbeda pula bentuk pagarnya. Setidaknya terdapat dua bentuk pagar yakni kotak dan belah ketupat atau jajaran genjang.

    Dalwan (50) salah satu warga RT 6 RW 2 Desa Pandanlor Kecamatan Klirong menyampaikan telah menjadi adat bagi keluarga yang melaksanakan mantu pertama kali harus membuat pagar pekarangan. Pagar dibuat menggunakan bambu dan berbentuk kotak. “Ini telah menjadi adat dan budaya, tujuannya pasti baik,” tuturnya, Jumat (6/7/2018).

    Dijelaskanya, jika zaman dulu maka pembuatan pagar dilaksanakan dengan mengelilingi rumah dan pekarangan. Sehingga semua batas tanah yang ada dikelilingi menggunakan pagar bambu. Untuk akses jalan dibuat pintu pagar.

    Dengan demikian diharapkan proses hajatan mantu akan berjalan dengan aman dan lancar tanpa ada halangan yang melintang. “Itu yang saya pahami dari filosofis tersebut, selain itu hal tersebut telah menjadi budaya yang telah turun temurun,” jelasnya.

    Pagar yang telah dibuat, lanjutnya, tidak akan dibongkar hingga rusak dengan sendirinya.  Maka dari itu adanya pagar dengan bentuk kotak setidaknya dapat menjadi indikasi jika pemilik pekarangan terkait telah atau akan menjalankan hajat mantu pertama. “Kalau untuk hajat mantu selanjutnya, tidak lagi membuat pagar tidak apa-apa. Selain itu jika hajatnya adalah sunatan, tidak membuat pagar juga tidak apa-apa,” paparnya.

    Selain hajat mantu, pembuatan pagar juga dilaksanakan bagi, rumah yang tengah menjalankan hajat mencalonkan diri sebagai kepala desa. Meski sama-sama terbuat dari bambu namun, betuk pagarnya lain yakni jajaran genjang. “Bagi calon kepala desa yang jadi, biasanya pagar akan dibiarkan hingga rusak dengan sendirinya. Namun bagi calon yang gagal pagar akan segera dibongkar,” ucapnya,” (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top