• Berita Terkini

    Sabtu, 07 Juli 2018

    Minus 5 Derajat, Kawasan Dieng Diselimuti Salju

    WONOSOBO - Suhu yang sangat dingin membuat Dieng diselimuti salju/bun upas. Luasan area yang diselimuti salju diperkirakan mencapai belasan hektar.
    Warga Dieng Diqda Subagyo mengatakan berdasarkan pengukuran termometer, suhu pada Jumat (6/7) pagi minus lima derajat Celcius.


    "Brrr dingin banget pokoknya," paparnya.



    Menurut dia, bun upas terbentuk ketika mulai pukul 19:00 WIB suhu terasa sangat dingin. "Kemarin pada jam tujuh malam suhunya delapan derajat Celcius. Malam ini sembilan derajat Celcius," terangnya.
    Dikatakan, bun upas yang paling luas terjadi di sekitar Komplek Candi Arjuna.


    "Diperkirakan luasnya mencapai 15 hektar," terangnya.
    Pasca munculnya bun upas di Dieng, tersiar kabar di tengah masyarakat bahwa pada Jumat 9 (6/7) suhu udara mengalami penurunan drastis.


    Penyebabnya fenomena aphelion (jarak terjauh antara bumi dengan matahari).
    Menurut Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie mengatakan aphelion tidak berdampak secara langsung terhadap penurunan suhu.

    Menurut dia, penurunan suhu di Dieng terjadi karena saat ini sudah memasukimusim kemarau. Jarangnya tutupan awan membuat energi panas langsung hilang ke amtmosfer. Sehingga suhu udara menjadi lebih dingin.
    Selain itu, penurunan suhu juga disebabkan faktor regional. "Indikatornya adalah aktifnya monsun Australia.

    Sehingga menyebabkan aliran udara dingin dari Australia masuk ke sejumlah daerah di Indonesia," paparnya. Khususnya yang berada di selatan khatulistiwa. "Dampaknya adalah penurunan signifikan suhu udara," paparnya.
    Datangnya musim kemarau sejatinya sudah dirasakan oleh warga kabupaten Wonosobo sejak bulan ramadhan tahun 2018.

    Munculnya hawa dingin di daerah perkotaan  hingga mencapai suhu 13 derajad celcius.  Petani kawasan lereng gunung di Wonosobo biasanya menyebut dengan musim bediding.
    Kepala UPT Disparbud Menjer Dieng, Riyanto mengemukakan bahwa fenomena munculnya embun upas akan mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan ke dieng, khsusunya wisatawan yang tertarik dengan kemunculan salju tersebut.


    “Para photographer biasanya akan mengabadikan peritiwa itu, karena diangggap langka dan aneh,” katanya.



    Pihaknya berharap, Juli hingga Agustus akan ada peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung di wonosobo, apalagi ada momentum peringatan hari jadi wonosobo yang menyuguhkan sejumlah even pentas seni dan  pameran produk lokal.


    Tak hanya di Wonosobo dan Banjarnegara, beberapa hari terakhir hampir di seluruh wilayah pulau Jawa mengalami suhu yang lebih dingin dibanding sebelumnya. Sejumlah pesan singkat yang beredar menyebutkan kondisi ini disebabkan fenomena Aphelion atau titik terjauh bumi dengan matahari. Tetapi ternyata suhu dingin yang saat ini terjadi, sama sekali tidak terkait dengan fenomena Aphelion.



    Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin membenarkan bahwa banyak yang bertanya-tanya mengapa suhu di beberapa kota di Jawa menjadi lebih dingin. ’’Adakah hubungannya dengan Aphelion pada setiap bulan Juli?’’ katanya saat dihubungi kemarin (6/7).



    Dengan tegas Thomas suhu dingin yang sekarang terjadi tidak ada hubungannya dengan Aphelion. Sebab perubahan jarak matahari ke bumi, tidak terlalu signifikan memengaruhi suhu permukaan bumi.



    Lebih lanjut Thomas menuturkan suhu udara dipengaruhi oleh distribusi panas di bumi akibat perubahan tahunan posisi matahari. Dia mengatakan saat ini posisi matahari berada di belahan bumi bagian utara. Sehingga belahan bumi bagian selatan mengalami musim dingin.

    Termasuk di antaranya di Australia, saat ini mengalami musim dingin.

    Posisi matahari juga memengaruhi tekanan udara. Ketika saat ini posisi matahari saat ini berada di belahan utara bumi, tekanan udara di belahan bumi selatan lebih tinggi dibanding belahan utara. Akibatnya angin bertiup dari selatan menuju utara.

    Bertiupnya angin dari selatan ke utara ini juga mendorong awan bergerak ke utara menjauhi Indonesia. ’’Sehingga Indonesia mengalami musim kemarau,’’ katanya.

    Angin yang bertiup dari belahan bumi bagian selatan ini juga membawa udara dingin. Sebab saat ini di Australia sedang mengalami musim dingin. Thomas menyimpulkan inilah penyebabnya kenapa saat ini masyarakat di pulau Jawa mengalami suhu yang lebih dingin dari biasanya.



    Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan Indonesia mengalami puncak musim kemarau pada Juli sampai Agustus. Dengan indikator mulai aktifnya monsun Australia. Akibat angin monsun tersebut, Indonesia juga mendapatkan pengaruh dari aliran massa dingin dari Australia menuju ke Asia.



    Di sejumlah daerah suhu memang terasa lebih dingin dari biasanya. Di Bandung dikabarkan suhu bisa turun hingga 12 derajat celcius. Bahkan dari Pegunungan Dieng beredar foto lapisan es yang berasal dari embun. Data cuaca BMKG menyebutkan suhu terendah ada di Bandung dengan kisaran 18-30 derajat celcius. Kemudian di Jogjakarta berada di kisaran 21-32 derajat celcius. (drn/gus/wan/agm)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top