• Berita Terkini

    Rabu, 04 Juli 2018

    Dua Bandara Ditutup Akibat Letusan Gunung Agung

    JAKARTA – Abu vulkanik akibat letusan Gunung Agung lagi-lagi membawa dampak bagi dunia penerbangan. Kemarin, Bandara Notohadinegoro Jember dan Bandara Blimbingsari Banyuwangi ditutup hingga pukul 15.00. Di sisi lain, Bandara I Gusti Ngurah Rai masih beroperasi normal.


    ”Dari pengamatan di lapangan pagi ini (kemarin pagi, Red), Bandara Blimbingsari Banyuwangi dan Bandara Notohadinegoro Jember masih terdampak abu vulkanik," ujar Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso kemarin (3/7). Terkait penutupan Bandara di Jember dan Banyuwangi, Agus meminta semua stakeholder untuk mematuhi SOP penanganan dampak abu vulkanik. Semua stakeholder harus bekerjasama dan memantau perkembangan yang terjadi. Kalau memang masih belum memungkinkan, bandara tidak boleh dibuka.


    Di samping itu, Agus meminta semua stakeholder penerbangan di daerah tersebut serta di Bali dan sekitarnya untuk tetap waspada mengingat status Gunung Agung masih waspada dan ada kemungkinan untuk erupsi lagi.


    Erupsi Gunung Agung pagi tadi menyebabkan kolom abu vulkanik setinggi  2.000 m di atas puncak atau  5.142 m di atas permukaan laut dengan intensitas tebal condong bergerak ke arah barat dan barat laut. Info sebaran abu vulkanik dari VAAC Darwin berdasar data radar Himawari, Webcam, CVGHM dan PIREP, abu vulkanik bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan angin mencapai 20 knot dengan ketinggian abu mencapai FL200. Dan juga ke arah barat dengan kecepatan angin 25 knot mencapai ketinggian FL250.


    Terkait persiapan untuk menyambut rapat IMF Oktober nanti, Agus mengatakan jika pihaknya sudah mempunyai beberapa rencana. Salah satunya adalah menyiapkan bandara-bandara di sekitar Bali. ”Kami sudah koordinasi dengan Kementerian Keuangan terkait skenario jika Gunung Agung meletus saat IMF. Semua tergantung Kementerian Keuangan. Kami siap,”


    Sementara itu Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko mengomentari kembali meletusnya gunung Agung di Bali. Dia mengatakan masyarakat harus belajar dari kebiasaan sebuah lingkungan. Termasuk kebiasaan gunung berapi seperti gunung Agung. ’’Gunung Agung meski diikuti dari waktu ke waktu,’’ katanya usai memberikan orasi ilmiah di kampus Universitas Terbuka (UT), Tangerang Selatan, kemarin.


    Dia menjelaskan bahwa informasi yang disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) cukup akurat dan diperbaharui setiap waktu. Sehingga bisa dijadikan acuan mitigasi bencana yang baik. Menurut Moeldoko upaya mitigasi bencana kasus meletusnya kembali gunung Agung sudah berjalan dengan baik.


    Mantan Panglima TNI itu juga menjelaskan supaya masyarakat tetap waspada terkait meletusnya gunung Agung. ’’Tetapi jangan berlebihan,’’ tegas Moeldoko. Dia berharap jangan sampai ketakutan berlebihan terhadap letusan gunung Agung justru berdampak luas kepada seluruh masyarakat Bali. Dia mengatakan dengan penyebaran informasi yang bagus serta proses mitigasi bencana yang efektif, selama ini letusan gunung agung tidak berdampak signifikan. (lyn/wan)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top