• Berita Terkini

    Kamis, 05 Juli 2018

    Belum Ada Indikasi Erupsi Skala Besar Gunung Agung

    JAKARTA – Rangkaian erupsi Gunung Agung belum berhenti. Seperti dua hari lalu (3/7/2018), kemarin (4/7) erupsi terjadi tiga kali. Yakni pukul 03.25 Wita, 05.06 Wita, dan 12.20 Wita. Berdasar data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kolom abu yang dimuntahkan saat erupsi terakhir mencapai ketinggian 2.500 meter di atas puncak gunung tertinggi di Bali tersebut.



    Kepala PVMBG Kasbani mengakui bahwa erupsi Gunung Agung yang dimulai sejak Rabu (27/6) memang masih berlanjut. Itu terdata dari hasil pengamatan yang dilakukan petugas di Pos Pengamatan Gunung Agung. ”Erupsi yang terjadi bersifat efusif yaitu berupa aliran lava ke dalam kawah maupun eksplosif berupa lontaran batu atau lava pijar, pasir, dan abu,” terang Kasbani kemarin.



    Dari pengamatan seismik, deformasi, geokimia, maupun citra satalit termal, aktivitas dan kondisi Gunung Agung juga masih dinamis. Banyak perubahan terjadi sejak gunung tersebut erupsi pertengahan pekan lalu. Salah satunya isian lava yang sudah menyentuh setengah volume kawah. Lantaran erupsi efusif masih terjadi, jumlah lava yang sampai ke permukaan kawah terus bertambah.



    Menurut Kasbani, tambahan lava tersebut membuat pertumbuhan kubah lava naik cukup tinggi. ”Pada kisaran empat sampai lima juta meter kubik dalam satu minggu terakhir,” imbuhnya. Namun demikian, itu tidak lantas membuat kawah Gunung Agung terisi penuh. Sebab, volume kosong kawah gunung tersebut mencapai 60 juta meter kubik. Karena itu, masih butuh waktu sampai lava memenuhi kawah.



    Kasbani juga menyampaikan bahwa Gunung Agung masih rawan erupsi. Baik secara efusif maupun eksplosif. Keterangan tersebut dia sampaikan berdasar analisis dari data dan informasi yang dikumpulkan PVMBG melalui pemantauan multi metode. Tapi, sejauh ini belum ada indikasi erupsi skala besar yang disertai luncuran awan panas akan terjadi. ”Masih belum teramati,” ujarnya.



    Lebih lanjut, Kasbani menyebutkan, kondisi Gunung Agung masih sangat mungkin berubah. Dengan kondisi tersebut, potensi ancaman yang dinilai paling mungkin terjadi adalah lontaran batu atau lava pijar. Baik di dalam maupun sampai keluar kawah. Selain itu, hujan pasir dan abu juga masih berpotensi terjadi. Pun demikian lahar hujan yang bisa turun sewaktu-waktu ke daerah aliran sungai yang bersumber dari gunung tersebut.



    Untuk itu, PVMBG meminta masyarakat yang tinggal dan bermukim di sekitar aliran sungai yang hulunya berasal dari Gunung Agung mewaspadai aliran lahar hujan. ”Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung,” terang Kasbani. Lahar hujan berbahaya karena sering kali membawa material vulkanis yang dimuntahkan oleh gunung api.



    Kemudian, Kasbani juga meminta supaya masyarakat mengantisipasi ancaman hujan pasir dan hujan abu. Mengingat keduanya bisa mengakibatkan gangguan pernapasan akut atau ISPA. ”Maka diharapkan seluruh masyarakat, utamanya yang bermukim di sekitar Gunung Agung senantiasa menyiapkan masker penutup hidung dan mulut,” beber dia. Selain itu, pelindungan mata juga harus disiapkan.



    Berkaitan dengan status Gunung Agung, sampai kemarin PVMBG belum mengubah status gunung tersebut. Yakni masih siaga atau level III. Rekomendasi area yang harus bebas dari aktivitas masyarakat pun belum berubah. Yakni dalam area 4 kilometer dari puncak gunung dengan ketinggian 3.142 mdpl itu. ”Masyarakat diharap untuk tetap tenang dan tidak panik terhadap aktivitas Gunung Agung saat ini,” ungkap Kasbani.



    Menurut Kasubbid Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana, saat ini injeksi magma masih realtif mudah keluar dan sampai permukaan kawah Gunung Agung. Sehingga erupsi yang paling mungkin terjadi serupa dengan erupsi satu pekan belakangan. ”Kecuali kalau ada indikasi yang menunjukan sistem kembali tertutup dan kalau da pergerakan magma dengan volume signifikan yang naik,” bebernya.



    Dari data milik Satgas Tanggap Bencana Erupsi Gunung Agung, sampai pukul 18.00 Wita kemarin jumlah masyarakat yang memilih mengungsi sudah mencapai 4.540 jiwa. Mereka tersebar di 43 titik pengungsian. Dengan rincian 42 titik pengungsian di Kabupaten Karengasem dan satu titik pengungsian di wilayah Kabupaten Gianyar. Untuk memudahkan distribusi bantuan, memang pemerintah meminta masyarakat tidak mengungsi di luar Karangasem. (syn/)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top