• Berita Terkini

    Senin, 30 Juli 2018

    Asrah Batin, Tradisi Peringati Sunan Kalijogo di Grobogan

    SIROJUL MUNIR/RADAR KUDUS 
    GROBOGAN – Warga Desa Ngombak dan Desa Karanglangu, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan Jawa Tengah, menjalani tradisi Asrah Batin kemarin (29/7/2018). Ribuan warga tersebut melakukan tradisi setiap dua tahun sekali.

    Tradisi Asrah Batin (memasrahkan batin atau akan menyunting) ini dengan melakukan tradisi menyeberangkan warga Desa Karanglangu pergi ke Desa Ngombak. Mereka menyeberangi Sungai Tuntang dengan geletek atau sampan seadanya.

    Sebelum sampai ke Desa Ngombak, ribuan warga Karanglangu berjalan dari desanya melewati hutan dan sawah. Kemudian sampai di tepi sungai arah ke Desa Ngombak. Warga memadati tepi Sungai Tuntang dan pergi ke rumah Kades Ngombak Kartini.

    Tradisi tersebut memeringati persaudaraan Kedono (Raden Bagus Sutejo) dan Kedini (Raden Ayu Mursiyah), kerabat jauh Sunan Kalijaga yang berpisah sejak kecil di tengah hutan. Keduanya hendak menikah, namun diketahui Kedini adalah adik Kedono, sehingga pernikahan dibatalkan, karena keduanya bersaudara.

    Dalam riwayat cerita yang dibacakan sesepuh Desa Ngombak, Tamsir mengatakan, Kedono tinggal di Desa Karanglangu dan Kedini di Desa Ngombak. Kedono telah melalui tradisi Asrah Batin yang berarti memasrahkan batin atau akan menyunting Kedini. Di mana pernikahan Kedono Kedini tidak jadi dilaksanakan.

    Kemudian kedua desa memperingati kejadian itu. ”Tradisi Asrah batin ini adalah proses memasrahkan batin ditandai dengan menyebrangi Sungai Tuntang yang memisahkan dua desa,” ujarnya.
    Dalam penjemputan rombongan, Kades Karanglangu Selamet Agus Kanugroho beserta istrinya Susianawati menaiki rakit dari perahu karet yang dihias dengan janur, dua bendera merah putih dan beralas karpet serta duduk di atas kursi.

    Arus Sungai Tuntang yang deras tak membuat prosesi tersebut dibatalkan atau diubah. Selanjutnya, untuk menghalau agar bisa menyeberangkan warga Desa Karanglangu, puluhan warga Desa Ngombak, membentuk rantai dari satu tepi sungai ke tepi lainnya untuk melindungi rakit dari terjangan arus deras.

    Untuk bisa kuat, sebuah tali sling bahan kawat baja dibentangkan di antara sungai tersebut. Sebuah perahu karet serta warga yang mengenakan jaket pelampung disiagakan di sekitar lokasi. Mereka menyeberangi sungai dengan lebar 30 meter. Agar bisa sampai ke tepi sungai seberang, puluhan warga mendorong rakit sampai ke tepi sungai.
    Kartini beserta suami dan perangkat desa membawa dua Kembang Mayang lalu menyambut Agus. Kembang Mayang merupakan rangkaian bunga yang digunakan dalam proses pernikahan. ”Tradisi Asrah Batin sudah kami gelar secara rutin dua tahun sekali secara turun temurun. Warga kami datang ke Desa Ngombak dengan berjalan kaki dan menyeberangi sungai,” kata Kepala Desa Karanglangu, Slamet Agus Kanugroho. 

    Sebelum digelar, warga Desa Ngombak mengadakan rangkaian tradisi Asrah Batin. Yakni, Tubo (mencari ikan dengan tangan) di Sungai Tuntang. Hasil dari tangkapan ikan di sungai akan dimasak sebagai salah satu hidangan dalam puncak Asrah Batin. Ikan dimasukkan ke dalam nasi lalu dibagikan kepada warga yang hadir.
    Selain itu, ada hidangan lainya badek (air tape) dan boreh (serbuk bedak) yang juga dibagikan. ”Banyak warga yang percaya yang mendapatkan badek dan boreh akan disembuhkan penyakitnya atau sehat terus,” ujarnya.

    Dalam pembagian tersebut berlangsung meriah. Ribuan warga yang mengerumuni rumah kades Ngombak merangsek masuk ke ruang tengah. Kemudian berebut makanan yang dibagikan. Warga yang mendapatkan serbuk bedak langsung mengoleskan ke wajah, tangan, lengan dan kaki. (mun/lil)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top