• Berita Terkini

    Rabu, 13 Juni 2018

    Pemerintah Siapkan Sepuluh Layanan Baru untuk Jamaah Haji

    JAKARTA – Selalu ada yang baru soal layanan haji. Tahun ini, ada sepuluh layanan baru yang bisa dinikmati para jamaah haji Indonesia.

    Sepuluh layanan baru itu menjadi salah satu tema yang dibahas dalam rapat evaluasi Kementerian Agama (Kemenag) di kantor Daerah Kerja (Daker) Makkah, Selasa (12/6/2018). Rapat tersebut dipimpin langsung oleh Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin.



    Menag memaparkan,  inovasi pertama, rekam biometriks jamaah bisa dilakukan di semua embarkasi haji di Indonesia. "Inovasi itu akan memotong antrean dan masa tunggu saat pemeriksaan imigrasi jamaah di Bandara Madinah maupun Jeddah," jelas Menag.


    Antrean yang semula bisa 4-5 jam bakal terpangkas menjadi hanya sekitar satu jam. Inovasi kedua, QR Code pada gelang jamaah. QR Code tersebut berisi rekam data identitas jemaah yang dapat diakses melalui aplikasi Haji Pintar. Ini akan memudahkan petugas haji dalam mengidentifikasi dan membantu jamaah yang membutuhkan pertolongan.


    Ketiga, sistem sewa akomodasi satu musim penuh di Madinah. Selama ini, sistem sewa seperti itu hanya diterapkan di Makkah. Di Madinah, sewa akomodasi dilakukan secara blocking time. Mulai tahun ini, sebanyak 52,02 persen jamaah akan ditempatkan di 32 hotel yang disewa satu musim penuh. Artinya, hotel menjadi hak jamaah Indonesia secara penuh, tidak dibagi dengan negara lain. Dengan begitu, pemindahan jamaah dari Madinah ke Makkah atau sebaliknya dapat dilakukan dengan nyaman. "Tidak perlu lagi khawatir dengan masalah batas waktu tinggal di hotel seperti pada sistem blocking time," tutur Menag.


    Keempat, penggunaan bumbu masakan dan juru masak (chef) asal Indonesia. Kemenag meminta seluruh perusahaan katering untuk menggunakan bumbu asli dari Indonesia. Selain untuk menjaga cita rasa khas kuliner Indonesia, hal itu juga untuk meningkatkan ekspor Indonesia ke luar negeri. Selama ini, bumbu masak di Saudi didominasi dari negara lain. "Kami juga wajibkan penyedia katering untuk memperkerjakan juru masak asli Indonesia," tegasnya.


    Kelima, layanan katering selama di Makkah ditambah. Sebelumnya hanya 25 kali, tahun ini menjadi 40 kali. Ada juga penambahan kelengkapan minuman dan makanan berupa teh, gula, kopi, saos sambel, kecap, dan satu potong roti untuk setiap jamaah. Meski ada tambahan konsumsi, dana living cost sebesar SAR 1.500 tetap diberikan penuh seperti biasa. "Jamaah haji yang diberangkatkan pagi dari hotel di Makkah pada 8 dzulhijjah atau fase puncak haji, akan mendapat tambahan makan siang di Arafah," jelas Menag.


    Inovasi keenam, penandaan khusus pada paspor dan koper serta penggunaan tas kabin. Untuk memudahkan pengelompokan, paspor dan koper jamaah tahun ini diberi tanda warna khusus per rombongan di setiap kloter. Tanda warna ini juga sekaligus menunjukan sektor atau wilayah hotel dan nomer hotel tempat tinggal jamaah. Inovasi ini untuk mempermudah identifikasi paspor dan menghindari tertukarnya koper jamaah. Apalagi, tahun ini layanan hotel juga ditambah dengan jasa angkut sehingga jamaah tidak perlu lagi membawa koper hingga sampai pintu kamar.


    Sebelumnya, koper jamaah sering bercampur karena sulit diidentifikasi. Apalagi, banyak jamaah yang membawa kopernya sendiri ke kamar. Tahun ini, tas kabin jamaah juga diubah dari sebelumnya berbentuk tas jinjing menjadi tas beroda.


    Inovasi ketujuh, pengalihan porsi bagi jamaah wafat kepada ahli waris. Tahun ini kemenag telah mengeluarkan regulasi baru bahwa jamaah wafat boleh digantikan ahli waris. Syaratnya, jamaah tersebut wafat setelah ditetapkan sebagai jamaah berhak lunas pada tahun berjalan. Untuk tahun ini, mereka adalah jamaah yang wafat setelah 16 Maret 2018.


    Pencetakan visa yang saat ini bisa dilakukan oleh Kemenag menjadi inovasi ke delapan. Inovasi ini sangat signifikan untuk mempercepat penyiapan dokumen keberangkatan. Kesembilan, tahun ini kemenag menempatkan satu konsultan di tiap sektor. Selama ini, konsultan ibadah hanya ada di kantor Daker Makkah. Konsultan ini diharapkan bisa bersinergi dengan Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) yang ada di tiap kloter.


    Terakhir atau inovasi kesepuluh, Kemenag membentuk tim Pertolongan Pertama pada Jamaah Haji (P3JH). Tim ini terdiri atas petugas layanan umum yang memiliki kemampuan medis. Tim ini disiapkan untuk mendukung layanan kesehatan pada puncak haji, utamanya pada hari pertama lontar jumrah. Belajar dari tahun-tahun sebelumnya, banyak jamaah yang membutuhkan pertolongan kesehatan di areal Jamarat menuju Mina. "Sepuluh inovasi ini merupakan upaya pemerintah untuk terus meningkatkan pelayanan. Harapannya, jamaah bisa beribadah dengan tenang, memperoleh kemabruran, serta kembali ke Tanah Air dalam kondisi sehat," ucap Menag. (oni/ttg

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top