• Berita Terkini

    Senin, 25 Juni 2018

    Pemerintah Bentuk Tim Ad Hoc Pengawasan Danau Toba

    JAKARTA – Meskipun Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah melarang operasi kapal-kapal penumpang di seluruh Danau Toba Pasca tragedi yang menimpa KM Sinar Bangun Senin (18/6) lalu, nyatanya masih ada kapal yang nekat berlayar. KM Ramos Risma Marisi adalah salah satunya. Kapal apes tersebut mengalami mati mesin pada Jumat malam (22/6).


    Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi menyampaikan bahwa sebenarnya larangan telah dilakukan di lima dermaga di Danau Toba. Yakni Ambarita, Ajibata, Simalino, Tigaras, dan Muara. Tapi, diluar itu masih banyak dermaga-dermaga kecil milik masyarakat.


    KM Ramos Risma Marisi, kata Budi adalah salah satu kapal yang berangkat dari dermaga kecil di Pulau Sibandang. Letaknya berada di sebelah selatan Danau Toba. ”Pelarangan kami berlakukan untuk lima dermaga tersebut. Kan tidak mungkin diawasi semua,” kata dia Sabtu (23/6/2018).


    Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga menyesalkan lemahnya pengawasan petugas di Danau Toba. ”Saya sangat menyayangkan petugas syahbandar tidak berfungsi dengan baik,” kata Budi kemarin.


    Untuk itu, Budi membentuk sebuah tim ad hoc yang beranggotakan gabungan dari Kemenhub dan KNKT. Nantinya tim ini akan dipimpin oleh pejabat setingkat eselon III. Ada beberapa tugas untuk tim itu. Pertama adalah menggantikan sementara fungsi-fungsi pengawasan yang selama ini tidak dilakukan oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Sumatera Utara. “Tim ad hoc akan berfungsi selama dua minggu sampai sebulan,” jelas Budi.


    Selain itu, tugas dari tim ad hoc adalah segera me-restart kembali operasi penyeberangan penumpang di Danau Toba. Tugas ketiga adalah bekerjasama dengan KNKT untuk meneliti apa saja yang kurang dari pengelolaan pelabuhan untuk kemudian direkomendasikan ke Kemenhub.


    Dalam situasi otonimi daerah seperti saat ini, kata Budi pengelolaan pelabuhan terbukti melempem. Budi juga berencana untuk mengaplikasikan badan pengawas semacam ad hoc ini ke pelabuhan penyeberangan lain di seluruh indonesia. ”Di Sumatera seperti Danau Toba, di Kepulauan Riau, Sungai Musi di Palembang, di Kalimantan juga seperti di Pontianak, Samarinda dan Banjarmasin,” kata Budi.


    Berkaitan dengan kecelakaan KM Ramos Risma Marisi, Kabagpensat Divhumas Polri Kombes Yusri Yunus menyampaikan bahwa instansinya sudah mengerahkan petugas ke lokasi kejadian. Menurut pria yang akrab dipanggil Yusri itu, aparat kepolisian sudah memeriksa tempat kejadian perkara (TKP). ”Mengumpulkan keterangan (dari) warga dan korban,” terang dia kemarin.



    Mantan kabidhumas Polda Jawa Barat itu pun menyampaikan bahwa kapal kayu tersebut mengalami kecelakaan di Perairan Danau Toba setelah mengantar penumpang. ”Dari Pulau Sibandang di Kabupaten Tapanuli Utara ke Pelabuhan Nainggolan di Kabupaten Samosir," ungkapnya.  Kapal tersebut celaka ketika hendak kembali dari Pelabuhan Nainggolan ke Pulau Sibandang.



    Berdasar data dan informasi terakhir yang diterima oleh Yusri, KM Ramos Risma Marisi menabrak bambu yang mengapung di Danau Toba. Akibatnya penggerak kapal tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk memastikan gangguan pada penggerak kapal tersebut, sambung Yusri, dua orang bernama Joypan Situmorang dan Rahmat Dani turun dari kapal dan berenang di Danau Toba. ”Untuk melihat kipas kapal,” imbuhnya.



    Nahas, arus dan gelombang Danau Toba mendadak berubah kencang. KM Ramos Risma Marisi berikut Joypan dan Rahmat pun tidak kuasa menahan kekuatan arus dan gelombang tersebut. Mereka terhempas sampai ke tengah danau. Beruntung Joypan masih bisa menyelamatkan diri dengan berenang sampai ke pinggir danau. Sedangkan Rahmat sampai kemarin belum diketahui rimbanya. ”Tidak bisa menyelamatkan diri,” imbuhnya.



    Senada disampaikan oleh Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho. Menurut informasi yang dia terima, Joypan dan Rahmat sudah berusaha menyelamatkan diri. Namun hanya Joypan yang berhasil selamat sampai pinggir danau. ”Menurut pengakuan saudara Joypan, saudara Rahmat tidak bisa menyelamatkan diri karena kelelahan,” imbuh Sutopo.



    Untuk itu, Tim SAR dikerahkan guna mencari keberadaan pria malang tersebut. Namun demikian, sampai kemarin Joypan belum juga ditemukan. Selain keberadaan Joypan, pencarian terhadap ratusan korban KM Sinar Bangun yang dilaporkan hilang juga terus berlanjut. Tidak hanya mencari di permukaan juga dalam danau, bibir-bibir pantai di Danau Toba juga turut ditelusuri.



    Kepala Kantor Basarnas Medan Budiawan menyebutkan bahwa pihaknya membentuk tim untuk mencari ratusan korban tersebut di daratan. ”Ada satu tim yang saya jalankan,” imbuhnya. Pengerahan tim SAR di darat cukup beralasan. Mengingat ada potensi korban hilang KM Sinar Bangun terbawa arus sampai ke pinggir Danau Toba. Selain itu, upaya mencari keberadaan bangkai kapal tersebut juga masih berlanjut. (syn/tau)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top