• Berita Terkini

    Sabtu, 30 Juni 2018

    Erupsi Gunung Agung Sempat Matikan Operasional Bandara Ngurah Rai

    JAKARTA – Aktivitas vulkanik Gunung Agung pasca erupsi Rabu malam (27/6/2018) belum reda. Sampai kemarin siang, gunung tertinggi di Bali itu terus mengeluarkan material vulkanis. Pengamatan petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sepanjang Kamis malam (28/6) sampai Jumat dini hari (29/6) sinar api juga masih tampak di atas puncak kawah gunung tersebut.



    Kepala PVMBG Kasbani menyampaikan, hasil pemantauan timnya masih terdeteksi perubahan berkaitan aktivitas Gunung Agung. Baik secara visual, kegempaan, deformasi, geokimia, maupun citra satelit. Berdasar data citra satelit termal kemarin, terdeteksi titik panas dengan energi termal mencapai 819 megawatt. ”Itu merupakan energi termal terbesar yang pernah terekam sepanjang krisis Gunung Agung 2017 – 2018,” beber Kasbani.



    Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan energi termal yang terdeteksi saat Gunung Agung erupsi November 2017. Saat itu energi termal tertinggi yang terekam hanya 97 megawatt. Hasil analisis PVMBG sampai kemarin sore, erupsi yang terjadi tiga hari lalu berikut dengan keluarnya material vulkanis sampai kemarin merupakan bagian letusan. ”Yang terjadi secara efusif. Yaitu berupa aliran lava segar ke dalam kawah,” imbuh Kasbani.



    Analisis itu kian kuat lantaran angka energi termal yang terdeteksi citra satelit termal kemarin sangat tinggi. ”Material yang memiliki temperatur yang sangat tinggi (bisa mencapai 1.200 derajat celcius) megalir mengisi kawah,” jelas Kasbani. Namun demikian, untuk sementara masih belum diketahui berapa banyak lava yang kini mengisi kawah Gunung Agung. ”Masih belum dapat diestimasi,” tambahnya.



    Yang pasti, erupsi efusif yang terjadi bisa saja bertransisi menjadi erupsi eksplosif atau lontaran. Itu bergantung dinamika magma di dalam tubuh Gunung Agung. ”Hingga saat ini Gunung Agung masih berada dalam fase erupsi panjangnya,” lanjut Kasbani. Dia pun menyampaikan, aktivitas yang terekam sampai kemarin mengindikasikan bahwa sistem magmatik Gunung Agung masih sangat dinamis dan belum stabil.

     

    Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, sampai kemarin pagi Gunung Agung masih mengeluarkan abu vulkanis. ”Dengan intensitas stabil dengan tinggi kolom abu mencapai 2.500 meter (di atas puncak kawah),” terang pria yang akrab dipanggil Sutopo itu. Tremor menerus yang bersumber dari aktivitas gunung itu pun masih terdeteksi.



    Sesuai data PVMBG, tremor menerus menunjukan bahwa masih ada indikasi pergerakan magma di tubuh Gunung Agung. Namun demikian, sampai kemarin sore status gunung dengan ketinggian mencapai 3.142 mdpl itu masih siaga atau level III. ”Belum ada kenaikan status” ungkap Sutopo. Area atau radius berbahaya pun belum berubah. Yakni masih 4 kilometer dari puncak kawah. Selama tidak masuk atau berada di dalam area tersebut, masyarakat aman. ”Masyarajat diimbau tetap tenang,” jelasnya.



    Sampai saat ini, BNPB, PVMBG, BMKG, Pemda Bali, BPBD Bali, dan instansi lainnya terus berkoordinasi guna mengantisipasi berbagai hal berkaitan kondisi Gunung Agung. Termasuk soal sebaran abu vulaknis yang bisa banyak berdampak pada aktivitas masyarakat. Dia mengakui bahwa instansinya sudah menerima laporan soal hujan abu. ”Terjadi di beberapa daerah di barat dan barat daya Gunung Agung,” ujarnya.



    Secara lebih terperinci Sutopo menyampaikan beberapa daerah yang sudah terkonfirmasi terpapar sebaran abu vulkanis Gunung Agung. Di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem sebaran abu terdeteksi turun di Desa Pempatan, Rendang, dan Besakih. Sedang di Kecamatan Bangli, Kabupaten Kintamani sebaran abu vulkanis sudah turun di Desa Suter. ”Karena dominan angin dan abu mengarah ke barat,” terang dia.



    Tidak heran, masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Agung mulai mengungsi. Mereka melakukan evakuasi mandiri dengan mendatangai sejumlah titik yang dianggap aman. ”Sebanyak 309 masyarakat mengungsi,” imbuh Sutopo. Mereka kini berada di titik lokasi pengungsian yakni Dusun Tegeh, Desa Amerta Bhuana, Banjar Dinas Galih di Desa Jungutan, serta Banjar Untalan di Desa Jungutan.



    Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Denpasar Ketut Gede Ardana juga tidak menapik bahwa sudah ada masyarakat yang mulai mengungsi. Sebagian mengevakuasi diri, sebagian lain meminta bantuan instansinya. Sejak Jumat dinir hari, tidak kurang 110 masyarakat sudah meminta dievakuasi. ”Tim SAR sudah mengevakuasi masyarakat di Banjar Dinas Sebun Sebudi ke Banjar Pesangkan. Berjumlah 60 orang,” terang Ardana. Selanjutnya, 50 orang kembali dievakuasi oleh Tim SAR. Seluruhnya berasal dari Desa Seubudi. Oleh petugas mereka diantarkan ke Banjar Becingah di Desa Duda Barat.



    Guna mengantisipasi berbagai kondisi Gunung Agung, Ardana menyebutkan bahwa seluruh personel Basarnas Denpasar sudah siap. Mereka juga sudah menyiagakan sejumlah peralatan yang dimiliki. ”Tim kami sudah pernah menghadapi kondisi seperti ini (aktivitas Gunung Agung naik). Dan kembali terulang erupsi Gunung Agung yang mulai meresahkan masyarakat sekitar,” ungkap dia.



    Menurut Ardana, masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Agung mulai mengungsi lantaran khawatir dengan gemuruh yang terdengar sampai tempat tinggal mereka. Selain itu, material vuklanis yang terus keluar pasca gunung tersebut erupsi juga turut memengaruhi keputusan masyarakat. Apalagi setelah melihat sinar api sepanjang Kamis malam sampai Jumat dini hari. Mereka tidak mau mengambil risiko. Karena itu, memilih mengungsi.



    Setelah sempat ditutup akibat erupsi Gunung Agung, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai akhirnya dibuka kembali. Namun, Bandara Notohadinegoro di Jember masih tutup. Kondisi di atas wilayah udara bandara Ngurah Rai semakin baik. Sehingga diputuskan bandara tersebut kembali dibuka untuk operasional mulai pukul 14.30 WITA kemarin. Pembukaan bandara tersebut sudah diinformasikan melalui Notam no. A2552/ 18 NOTAMC A2551/ 18.



    Namun berdasarkan ground observasi di Bandara Notohadinegoro pada pukul 07.00 WIB, positif terdeteksi abu vulkanik. Oleh karena itu, diterbitkan NOTAM C6841/18 yang menyatakan Bandara Notohadinegoro kemarin ditutup dari jam 09.22 sampai 17.00 WIB. Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso memberikan kebijakan bahwa penerbitan dokumen Flight Approval (FA) dilimpahkan ke Kantor Otoritas Bandar Udara (KOBU) setempat.



    ”Untuk pembukaan bandara, pengelola bandara Ngurah Rai harus memperhatikan betul-betul kondisi bandaranya. Harus diperiksa dan dipastikan semua aspek termasuk peralatan sarana dan prasarana pendukung,” ujar Agus.



    Khusus untuk maskapai penerbangan, Agus menghimbau untuk memberikan pelayanan terbaik bagi penumpang yang terdampak. ”Penumpang yang mau refund tiket harus dipermudah dan dikembalikan 100 persen. Bagi yang tidak refund, harap dilayani dengan prioritas pada penerbangan pertama selanjutnya,” ujarnya.



    Di sisi pelayanan kebandarudaraan, manajemen PT Angkasa Pura I yang menaungi Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menyatakan jika bandara tersebut akan beroperasi 24 jam. ”Hal itu untuk mendukung proses normalisasi rotasi penerbangan (flight recovery) sesuai dengan prosedur yang berlaku,” ucap Corporate Secretary AP I Israwadi.



    Pihak bandara juga memberikan layanan posko untuk membantu penumpang. Israwadi menyebutkan, dalam posko tersebut petugas akan membantu memberikan pilihan transportasi alternatif seperti bus dari bandara ke terminal. Di terminal internasional dan domestik juga ditempatkan help desk maskapai dan consulate general.



    Sampai dengan pukul 14:00 WITA yang lalu, PT Angkasa Pura I mencatat sebanyak 318 penerbangan dengan total 26.862 penumpang yang batal berangkat akibat penutupan bandara. Sementara itu maskapai yang sebelumnya tidak terbang, sejak NOTAM baru tersebut akhirnya bisa mengudara. Maskapai Garuda Indonesia misalnya yang mulai beroperasi dengan normal.



    ”Garuda Indonesia juga terus melakukan antisipasi lebih lanjut atas pergerakan abu vulkanik erupsi Gunung Agung khususnya terhadap jalur layanan penerbangan Garuda Indonesia,” kata Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia Hengki Heriandono.



    Sehubungan dengan peningkatan aktivitas erupsi Gunung Agung tersebut, Garuda Indonesia juga telah mempersiapkan contingency plan. Dengan situasi force majeure ini, maka seluruh penumpang Garuda Indonesia yang sebelumnya terdampak pembatalan jadwal penerbangan diberikan pilihan untuk merubah jadwal penerbangan, reroute, atau melakukan full refund sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (lyn/syn)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top