• Berita Terkini

    Selasa, 15 Mei 2018

    Warga Pejagatan Kutowinangun Pecahkan Rekor Bikin Gerabah Terbanyak

    Saefur Rohman /Ekspres
    KEBUMEN (kebumenekspres.com) - Warga Desa Pejagatan Kecamatan Kutowinangun, mendapatkan penghargaan dari Original Rekor Indonesia (ORI) dalam hal pembuatan gerabah terbanyak pada Festival Gerabah Pejagatan yang digelar di lapangan desa setempat, Minggu (13/5/2018).

    Saat itu, warga berhasil membuat gerabah sebanyak 1.439 buah gerabah berhasil dibuat oleh 100 pengrajin gerabah desa setempat dalam waktu 3 jam.

    Selain rekor tersebut, ada dua rekor lain yang dipecahkan, yakni pembuatan serabi terbesar dengan diameter 1 meter serta pembuatan logo terbesar dari tanah liat dengan ukuran 3x3 meter.


    Ketua Panitia Festival Gerabah Pejagatan, Nanang Setiyawan (24), mengaku bersyukur atas terciptanya 3 rekor sekaligus dalam kegiatan tersebut."Untuk kategori gerabah terbanyak, peserta membuat gelas dan cangkir berbahan tanah liat. Untuk serabi tersebut di masak dengan kwali kuningan besar dengan campuran bahan tepung beras, santan, parutan kelapa."

    "Sedangkan logo yang dibuat itu logo Bokor Kencana yaitu salah satu memasok makanan istana negara dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta yang turut mendukung kegiatan kami," jelasnya.

    Keprihatinan akan masa depan gerabah Pejagatan menjadi latar belakang diadakannya Festival gerabah tanah liat.  Festival juga dimaksudkan lebih mengenalkan gerabah Pejagatan ke masyarakat serta mendorong generasi muda Kabupaten Kebumen untuk mengembangkan kerajinan yang telah diwariskan oleh nenek moyang itu.

    Dia menjelaskan, gerabah Pejagatan memiliki keunikan tersendiri. Selain bentuknya yang berbeda, warnanya juga  hitam karena dikerjakan secara manual oleh tangan pengtajin atau Pepundi. "Perbedaan bentu dan warna itu karena proses pembakarannya menggunakan daun bambu kering sehingga memunculkan warna hitam yang konon dapat menjadi penawar racun," kata Nanang Setiyawan.

    President Original Rekor Indonesia, Agung Elvianto, mengatakan, adanya penghargaan rekor ini diharapkan akan membawa dampak positif bagi perkembangan gerabah yang ada di Kebumen. "Ada banyak sentra gerabah  di Indonesia seperti di Slawi, Indramayu, Yogyakarta dan kota lainnya. Namun, gerabah di Pejagatan ini lebih antik yakni warnanya hitam dan bentuknya beda. Jadi satu model ke model lain berbeda karena asli cetakan tangan. Dan, rekor ini dilakukan waktu tercepat yakni 3 jam dengan jumlah 1439 yang sama dengan tahun hijriyah," katanya.

    Agung Elvianto menambahkan, hasil produksi gerabah Pejagatan itu akan dibawa ke istana negara. Ia optimis,  gerabah antik Pejagatan tersebut akan banyak diburu. "Saya mengamati prosentase pengrajin banyak yang berusia tua. Mudah-mudahan ada regenerasi untuk membuat kerajinan yang mempunyai nilai jual tinggi ini," ujarnya.

    Kepala Desa Pejagatan, Hidayat Djuhri mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi kegiatan yang terselenggara berkat kerja sama pemerintah desa dan karang taruna.

    "Harapannya perekonomian masyarakat Pejagatan dapat semakin baik. Selain itu, gerabah hitam tanah liat ini semakin dikenal di pasar Indonesia hingga mancanegara," katanya didampingi Dosen AMIK PGRI Kebumen Danar Sugiarto yang juga warga Kutowinangun.(saefur)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top