• Berita Terkini

    Jumat, 11 Mei 2018

    Warga Desa Kalipoh, Jaga dan Hidupkan Kembali Kuliner Warisan Nenek Moyang

    istimewa
    KEBUMEN (kebumenekspres.com) - Ada sejuta cerita dalam sebuah makanan. Ada kenangan masa kecil, kebanggaan dan kerinduan daerah asal, bahkan cinta. Sayangnya, seringkali betapa pentingnya makanan atau kuliner itu baru terasa saat kuliner tersebut sudah tinggal kenangan.

    Nah, agar itu tak terjadi, menarik upaya yang dilakukan warga Dukuh Pesawahan, Desa Kalipoh Kecamatan Ayah, yang menggelar bazar makanan dan minuman tradisional bersamaan dengan pencanangan Kampung KB di wilayah tersebut, Rabu (9/5/2018).


    Sedikitnya 15 jenis makanan bersumber resep warisan nenek moyang tersebut disajikan saat itu. Seperti pelas udang, pelas mutiara, pelas botok, lemet, cingkik, cimplung, utri atau nagasari, , manggleng,  cucur, mata roda, gula semut, gambus, kluban, timus, combro, es cau, minuman badeg, es degan, es cendol, dan sejumlah menu lain.

    Jenis kuliner ini sepertinya begitu dirindukan. Buktinya, tak butuh waktu lama, jenis-jenis kuliner tersebut habis diserbu para tamu undangan, terdiri dari para kepala desa, hingga Camat Ayah dan jajarannya.


    Tokoh pemuda Desa Kalipoh Kecamatan Ayah, M Fatihul Umam (28), salah satu panitia kegiatan mengatakan, bazar  makanan dan minuman tradisional menjadi upaya mereka mengenalkan kembali kepada generasi muda.

    Mengingat, jenis-jenis makanan tersebut sudah mulai jarang disajikan. Bahkan pelahan ditinggalkan. Alasannya, untuk membuatnya cukup ribet sementara, saat ini warga lebih memilih yang praktis dan instan.

    "Dahulu saat saya masih kecil, makanan-makanan ini masih sering saya jumpai. Sekarang sudah tak seperti dulu. Adanya bazar makanan dan minuman tradisional ini juga kami harapkan membuat adik-adik kami mengenal dan mau melestarikan," ujar Umam, sapaan akrabnya.

    Untuk kegiatan kemarin, Umam meminta bantuan ibu-ibu rumah tangga di 6 RT di Dukuh Pesawahan, Desa Kalipoh. Mereka bertugas membuat menu yang berbeda-beda. Ada banyak makanan berbahan dasar singkong, kelapa yang diparut hingga beras. Hingga kemudian, tersaji berbagai menu di atas.

    Menu Pelas udang, pelas mutiara, pelas botok ternyata yang paling banyak diburu.  Ini tidak mengherankan. Untuk pelas udang, Umam sampai meminta warga mencari udangnya terlebih dahulu di sungai. Koki pun dipilih dari warga setempat yang memang dikenal sudah terkenal pintar memasaknya.

    "Bahkan kami sampai harus meminta tidak disantap dulu, biar dilihat terlebih dahulu oleh para tamu undangan," ujar Umam panitia pekaligus pencetus ide menampilkan makanan dan minuman tradisional dalam kegiatan kemarin.

    Adanya sambutan meriah terhadap makanan dan minuman tradisional itupun membuat Umam gembira. Ternyata, kuliner tersebut memang mendapat tempat di hati masyarakat. Kabar gembiranya, warga setempat masih banyak yang mampu mengolahnya dengan cita rasa terjaga. "Yang muda-muda pun mulai belajar membuatnya," katanya.

    Yang diperlukan saat ini, kata Umam, membuat even-even yang membuat makanan-makanan itu bisa lebih sering muncul. Dan kebetulan, Umam juga merupakan perintis dan pelaku kampung lebah klanceng Kalipoh. Selama ini, banyak warga luar daerah datang untuk belajar membudidayakan klanceng." Sekali datang, mereka bisa 30 sampai 40 orang. Menu-menu makanan tradisional ini bisa kami sajikan untuk menjamu mereka. Dan, warga pasti akan lebih antusias untuk membuatnya," ujar Umam optimis.

    Selain bazar makanan tradisional, pencanangan Kampung KB di Kalipoh kemarin juga dimeriahkan pentas seni dari anak-anak dan warga setempat.(cah)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top