• Berita Terkini

    Rabu, 23 Mei 2018

    Merapi Berstatus Waspada, Warga Diminta Siaga

    BOYOLALI - Masyarakat yang bermukim di wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Merapi diminta mengungsi terlebih dahulu. Hal itu menyusul ditingkatkannya status gunung api teraktif di dunia itu dari normal menjadi waspada.


    Daerah yang masuk KRB III di wilayah Boyolali ini di antaranya Dusun Stabelan dan Takeran, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo. Wilayah tersebut masuk dalam jarak 3 kilometer (km) dari puncak Gunung Merapi. Daerah ini diminta segera dikosongkan dari aktivitas warga.


    “Warga di KRB tiga diminta tetap waspada dan diimbau untuk mengamankan diri dulu, terutama pada malam hari diminta mengungsi. Ini untuk antisipasi bila sewaktu-waktu terjadi letusan tidak kesulitan evakuasi,” kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Boyolali, Purwanto.


    Warga dua dusun tersebut Senin malam sudah mengungsi ke gedung olahraga desa setempat, setelah aktivitas Gunung Merapi meningkat. Terdapat 362 jiwa dari dua dusun itu yang mengungsi. Namun, pagi tadi warga kembali ke rumahnya masing-masing setelah situasi dinilai aman.


    “Imbauan dari BPPTKG Jogjakarta bahwa  jarak 3 km dari puncak harus dikosongkan untuk menjamin keamanan warga,” imbuhnya.


    Pihaknya pun telah menyiapkan logistik untuk para pengungsi. Selain itu juga menditribusikan masker jika sewaktu-waktu dibutuhkan warga. Masker saat ini sudah didistribusikan ke tiga kecamatan di lereng Merapi, yaitu Kecamatan Selo, Musuk dan Cepogo. “Bahkan untuk Desa Tlogolele masker sudah disiapkan di balai desa setempat,” ujar dia.


    Untuk menyikapi peningkatan status Merapi, Pemkab Boyolali Selasa siang juga langsung menggelar rapat koordinasi di kantor bupati. Rakor dipimpin Wakil Bupati Boyolali Said Hidayat diikuti Sekda dan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.


    “Mudah-mudahan peningkatan status tidak secepat di luar dugaan kita. Harapannya tidak membuat panik warga,” imbuhnya.


    Purwanto menambahkan, untuk desa yang masuk wilayah KRB II meliputi Desa Tlogolele, Klakah, Samiran, Jrakah, Lencoh, dan Suroteleng. Tak hanya itu, di Kecamatan Musuk juga ada satu desa masuk kategori ini, yakni Desa Cluntang. “Untuk KRB I di Boyolali tidak ada,” ujarnya.


    Sementara di  Desa Balerante, Kecamatan Kemalang Klaten, terdapat 630 kepala keluarga (KK) dengan jumlah penduduk mencapai 2.000 jiwa. Terdapat empat dusun paling dekat dengan Gunung Merapi karena hanya berjarak 4 km saja. Yakni Dusun Sambungrejo, Ngipik Sari, Sukorejo dan Gondang.

    Diperkirakan di daerah itu terdapat 170 KK.

    “Dengan kejadian semalam (letusan freatik Senin malam) menjadi perhatian khusus warga yang tinggalnya terdekat Merapi. Kami sempat berinisiatif membangunkan warga di empat dusun itu karena status Merapi dinaikkan,” jelas Kepala Urusan (Kaur) Perencanaan Pemerintah Desa Balerante, Jainu, Selasa (22/5/2018).


    Jainu mengungkapkan, kondisi perubahan status Merapi tetap membuat warga khawatir sehingga sempat mengungsi di Balai Desa Balerante pada Selasa (22/5) dini hari sekitar pukul 01.30 WIB. Terdapat sekitar 500 warganya sempat mengungsi karena mendengarkan suara dentuman dan percikan api dari puncak Merapi. Bahkan, 18 warga sempat mengungsi di Koramil Manisrenggo.


    Pihaknya pun tetap berkoordinasi dengan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) dan BPBD Klaten terkait kondisi Merapi saat itu. Hingga akhirnya pada pukul 03.00 WIB warga mulai berangsur-angsur kembali ke rumah masing-masing. Pada Senin (22/5) pagi pengungsi yang masih ada di balai desa hanya menyisakan dua orang yang berstatus lanjut usia.


    “Belum ada logistik yang kita siapkan karena status waspada memang tidak mengharuskan mengungsi. Tapi mereka tetap kita tampung di balai desa. Jika statusnya siaga maka sudah ada SOP tersendiri,” jelasnya.


    Berbagai upaya telah dilakukannya untuk meningkatkan kewaspadaan para warganya dalam menghadapi kondisi Merapi saat ini. Jika status Merapi terus mengalami perubahan hingga menuju siaga, pihaknya akan langsung ditandai dengan kentongan. Termasuk menyiarkan pengumuman di setiap masjid-masjid.


    “Saat evakuasi nanti saya harapkan ada yang mengatur lalu lintas karena dipastikan akan penuh sesak sehingga bisa jadi kecelakaan. Kondisi jalan dari balai desa ke Kepurun mengalami rusak parah sehingga perlu perhatian khusus,” jelasnya. (wid/ren/bun)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top