• Berita Terkini

    Senin, 14 Mei 2018

    Kapolri: Bom Surabaya Masih Satu Cerita dengan Kasus Rutan Mako Brimob

    hanunghambara/jawapos
    KAPOLRI Jenderal Pol Tito Karnavian mengungkapkan bahwa aksi teror di Surabaya kemarin terkait dengan kerusuhan di Rutan Mako Brimob. ”Mereka (JAD, Red) maunya main panas. Begitu ada penangkapan, maunya ada pembalasan,” kata jenderal polisi dengan empat bintang di pundak tersebut.



    Tito mengatakan bahwa Dita merupakan anggota JAD yang berafiliasi dengan Aman Abdurrahman, napi kasus terorisme yang kini mendekam di Nusakambangan. Dita juga serangkai dengan gelombang penangkapan plot serangan Jawa Timur yang digagalkan pada 2016 dan 2017.


    Kemudian, Tito bercerita bahwa pada 2016, Aman Abdurrahman menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada Zainal Ansori, mantan anggota FPI yang bermukim di Paciran. Itu terjadi pada Desember 2016 di Malang. Ketika itu, Zainal bahkan mengundang semua sel JAD ke Kota Apel tersebut.


    Dalam kesempatan tersebut, Zainal menyampaikan pesan dari ISIS pusat yang memerintah semua anggotanya untuk melakukan amaliah. Atau melakukan aksi teror di kota tempat mereka berada. Nah, plot di Jawa Timur bisa digagalkan.


    Di antaranya, penangkapan sejumlah anggota JAD yang berencana menyerang pos polisi di Kertajaya Indah, Surabaya, dan pengeboman sejumlah objek vital di Surabaya pada 2017. Zainal Ansori ditangkap di Paciran setelah tertangkap basah menyusun plot serangan ke polsek setempat.


    Penangkapan Zainal Ansori itu sempat memicu penyerangan polantas di Tuban yang berakhir dengan tewasnya empat anggota sel JAD Jawa Tengah pada April 2017 di hutan di perbatasan Tuban–Jawa Tengah.


    Setelah sempat terjadi kekosongan beberapa saat, Dita-lah yang kemudian ditunjuk para anggota sel Surabaya untuk memimpin. Rupanya, fatwa penyerangan Zainal dua tahun lalu masih dianggap sebuah titah yang harus dilaksanakan. Diduga dipicu kerusuhan di Rutan Mako Brimob, Zainal menjadikan diri dan keluarganya sebagai pengantin bom bunuh diri. Termasuk anak-anaknya yang masih kecil.


    Secara terpisah, rumah Dita di Jalan Wisma Indah Blok J/22, Wonorejo, Rungkut, kemarin didatangi petugas. Polisi datang pukul 18.15 dan mendapati rumah dalam keadaan kosong. Mereka kemudian menyisir rumah tersebut untuk mencari barang bukti.


    Densus 88 menemukan enam bom berbentuk pipa yang masih aktif. Keenamnya dikemas dalam tiga kantong plastik, masing-masing berisi dua bom. Letaknya berada di salah satu kamar rumah berwarna merah bata itu. ”Gegana langsung meledakkan bom di lokasi,” ujar Kapolrestabes Surabaya Kombespol Rudi Setiawan.


    Selain itu, Densus 88 menemukan styrofoam yang digunakan untuk mengemas bom. Rudi menyatakan, bahan tersebut persis dengan yang ditemukan di lokasi bom Jalan Arjuno. Gunanya adalah untuk memperbesar pembakaran bahan peledak. Dengan demikian, daya ledaknya lebih tinggi.


    Beberapa bahan kimia juga ditemukan di rumah itu. Di antaranya, aseton, belerang, Hcl, H2O, Aquades, dan korek kayu. ”Itulah yang digunakan pelaku untuk membuat bom TATP,” katanya. Jenis bom itulah yang digunakan Dita dan pelaku lain untuk meledakkan tiga gereja.


    Polisi membawa beberapa barang bukti lain. Yakni, buku dan dokumen berupa surat. Rudi menambahkan, kondisi rumah cukup berantakan. Di sana ada ruangan yang biasa digunakan untuk latihan memanah. Disinggung soal kelompok asal Dita, Rudi belum bisa memberikan kepastian.


    Rumah tersebut adalah rumah pribadi milik Dita. Dia tinggal di sana sejak 2010.


    Dari keterangan tetangga, Dita tinggal bersama seorang istri dan empat anak. Di lingkungan sekitar dia dikenal santun. Saban hari rutin beribadah di musala yang berada di sisi utara kompleks. ”Tidak ada yang curiga, penampilannya pun seperti biasa,” ujar Punjung Sulistio, tetangga Dita.


    Empat anak Dita masih sekolah. Anak pertama seorang laki-laki yang duduk di bangku SMA, anak kedua laki-laki yang duduk di bangku SMP, anak ketiga perempuan kelas V SD, dan anak terakhir perempuan kelas II SD. ”Yang saya tahu, anak kelas V SD panggilannya Lala dan anak terakhir kelas II SD panggilannya Ita. Kalau sore masih sering main di halaman,” ujar Punjung yang terakhir bertemu Dita pada Sabtu (12/5).


    Sehari-hari Dita dan istrinya bekerja sebagai penyuplai obat-obatan herbal. Soal kedatangan tamu asing ke sana, Punjung menyatakan bahwa mereka memang sering menerima tamu. ”Kalau menerima tamu, lebih sering di teras terbuka. Soal pengajian atau kumpulan di rumahnya juga tidak pernah ada,” ujar warga yang tinggal di sana sejak 2000 itu. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini juga sempat mendatangi lokasi. Dia mengirimkan bantuan penerangan di lokasi kejadian. Selain itu, satpol PP dan PMK diturunkan untuk membantu pengamanan.(gal/c6/ano)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top