• Berita Terkini

    Kamis, 17 Mei 2018

    Jenazah Teroris Dikubur Sepekan Lagi

    SURABAYA –Tekad polisi untuk secepat mungkin menyelesaikan soal jenazah tersendat. Sebab, polisi masih menemui kendala dalam mengidentifikasi jenazah para pelaku teror yang tewas dalam ledakan bom di Surabaya dan Sidoarjo. Sebab, belum ada keluarga yang mengklaim jenazah tersebut hingga kemarin sore (16/5). Polisi memmberi batas waktu sepekan bagi keluarga para pelaku teror untuk mengidentifikasi keluarganya.


    Pelaku yang dimaksud adalah Dita Oepriarto, Tri Murtiono, dan Anton Febrianto. Pihaknya memberi tenggat tujuh hari sejak hari ini untuk datang mengenali jenazah di RS Bhayangkara Polda Jatim. ''Karena kami memerlukan sekali data sekunder yang akan kami cocokkan, antara lain golongan darah dan DNA,'' terang kabidhumas Polda Jatim Frans Barung Mangera di Mapolda Jatimk kemarin.


    Bila tidak kunjung ada yang mengklaim, maka sepekan kemudian pihak Polda Jatim akan berkoordinasi dengan Pemprov Jatim atau Pemkot Surabaya. Jenazah-jenazah para pelaku teror itu akan dikuburkan sebagaimana mestinya. Saat ini, jenazah-jenazah tersebut sulit dikenali karena beberapa bagian sudah hancur dan terpisah. Tidak bisa dipastikan apakah potongan tubuh tertentu merupakan milik dita, Tri, Anton, atau lainnya.


    Pihaknya juga akan membuat pengumuman di jaringan polres dan polsek se-Jatim untuk menyebarkan informasi tersebut. Diharapkan, ada keluarga yang bersedia datang untuk mengenali jenazah sehingga bisa dimakamkan secara layak.


    Sementara itu, Frans juga menginformasikan bahwa kemarin paman Aisyah, putri bungsu Tri, sudah hadir di rs Bhayangkara. ''Kami sudah menjemput, tapi kalau dia tidak mau mengakui (Tri), hanya mengakui Ais, bagaimana,'' tutur Alumnus Akpol 1993 itu. Bahkan, sang paman yang identitasnya dirahasiakan itu enggan melihat jenazah Tri. Kakeknya juga sudah mengakui Aisyah sebagai cucunya.


    Dalam kondisi tersebut, tidak mungkin pihak RS memaksa keluarga Tri untuk mengakui dan diambil sampel DNA-nya. Di luar itu, tidak ada lagi orang yang datang dan mengaku sebagai keluarga para pelaku teror bom. Bila ada, tentu mereka sudah diambil sampel DNA-nya.


    Untuk anak-anak pelaku teror, Polda Jatim membuka ruang bagi pemerhati anak untuk turut serta dalam upaya pemulihan. Kemarin, sejumlah lembaga pemerhati anak sudah hadir di Mapolda Jatim dan RS Bhayangkara untuk menjenguk anak-anak itu. Mulai KPAI, Komnas Perlindungan Anak, hingga Lembaga Perlindungan anak Indonesia.


    ''Jadi, kami terbuka. Sehingga bukan hanya polisi yang cuap-cuap bahwa anak-anak itu aman,'' tutur mantan Kabidhumas Polda Sulsel itu. Pihaknya menggunakan standard internasionl dalam trauma healing untuk anak-anak. Meskipun, lokasinya berada di RS. Ruangan sebisa mungkin tidak sampai mengesankan suasana RS, melainkan suasana rumah yang nyaman.


    Di bagian lain, polisi kembali memusnahkan sejumlah bom yang disita dari rumah para terduga teroris di Surabaya. Total, 74 rangkaian bom dan 12 kg bahan baku di-disposal. Seluruh bom itu diledakkan di Pusdik Brimob Watukosek, Pasuruan. “Awalnya dibawa dari Mako Brimob Medaeng kesana,” ujar Frans .


    Pemusnahan itu berlangsung selama delapan jam. Sejak pukul 09.00 hingga pukul 17.00. Proses disposal itu dilakukan secara bertahap. Unit Jibom Satbrimob Polda Jatim meledakkan 31 buah bom pipa, 43 bom cangkir, 2 kg bahan peledak siap pakai, 5 kg belerang dan 5 kg arang. Seluruh bom diledakkan dengan enam meter sumbu dan enam buah detonator.


    Di luar itu, Polda Jatim menyatakan menghentikan semua aliran informasi mengenai teror bom tersebut untuk sementara waktu. ''Identifikasi, konseling, pemulihan, penegakan hukum, dan penindakan terduga jaringan teror akan kami rangkum nanti setelah semua selesai,'' tambahnya. Sebab, hal itu mempengaruhi operasi yang sedang dilakukan oleh Densus 88 antiteror.


    Sementara itu, istri dan tiga anak Dedy Sulistianto, terduga teroris yang tewas dalam operasi di Manukan, Surabaya, sudah diamankan polisi. Mereka langsung diamankan ke RS Bhayangkara Polda Jatim usai penangkapan di Manukan Kulon, Tandes. “Ya betul, keluarga terduga teroris sudah diamankan,” ucapnya.


    Istri Dedy diketahui bernama Suyanti. Sedangkan ketiga anaknya yang masih dibawah umur bernama Diva Nurhaliza Sulistianti, Azahra Istigfarin Syafana Putri dan Haikal Al Azam. Ketiganya sedang dirawat oleh tim ahli RS Bhayangkara Polda Jatim.


    Mereka ditempatkan di ruang terpisah. Masing-masing anak terduga teroris memang dipisahkan berdasar keluarganya. Serangkaian tes observasi kejiwaan kini sedang dilakukan oleh tim ahli yang terdiri dari psikolog dan psikiater. Observasi tersebut dilakukan untuk memperkirakan tingkat paparan ajaran radikal. (byu/mir/ano)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top