• Berita Terkini

    Jumat, 18 Mei 2018

    Densus Gerebek Dua Lokasi, Satu Tewas, Dua Diamankan

    SIDOARJO  - Densus 88 Antiteror belum berhenti mengamankan para terduga teroris. Rabu malam (16/5/2018), mereka melakukan pergerakan di Sidoarjo. Dua tempat menjadi sasarannya. Lokasi pertamanya Jalan Avia, Perumahan Auri, RT 3 RW 1, Lemahputro. Nah, titik selanjutnya adalah Jalan Prambanan IV, Perumahan AL, Sugihwaras.



    Di Lemahputro, dua orang diamankan petugas. Yakni, Hari Sudarwanto dan Wawan. Mereka adalah saudara Budi Satrijo. Terduga teroris yang ditembak mati di Perumahan Puri Maharani, Masangan Wetan, Sukodono, pada Senin (14/5).



    Hari merupakan adik ipar Budi. Lelaki 47 tahun itu adalah suami Fitri Amin Sugesti, adik kandung Budi. Sedangkan Wawan adalah kakak kandung Hari.



    Malam itu, keduanya sempat Salat Tarawih di masjid kompleks perumahan. Namun, tidak ikut sampai akhir. Mereka meninggalkan masjid saat Salat Witir berlangsung. “Saya di saf paling belakang. Mereka di saf kedua,” ujar Dewa Saputra, salah seorang warga.



    Dewa menyebut tidak lama setelah dua terduga teror itu keluar, terdengar rentetan suara. Meski begitu, jamaah tidak bubar. Warga beranggapan suara itu dari petasan.



    Dewa baru sadar ada penangkapan terduga teroris tidak lama berselang. Banyak warga berkumpul di depan rumah kosong bernomor 189. Jaraknya tidak jauh dari rumah Siti Roylah, ibu Budi, yang tinggal di nomor 193. Di depan rumah kosong itu terdapat bercak darah di atas paving. “Kata orang-orang langsung dimasukkan mobil. Dibawa ke Polda,” jelasnya.



    Menurut informasi, salah satu dari keduanya meregang nyawa. Yang tewas adalah Hari. Dia dinyatakan meninggal pukul 22.30 di RS Bhayangkara Polda Jatim. Di sisi lain, Wawan hingga tadi malam terus menjalani pemeriksaan untuk pengembangan.



    Ketua RT 3 RW 1 Heri Soesanto mengatakan, dua terduga teroris itu adalah tamu. Mereka bukan warga tetap. “Dari luar kota,” katanya.



    Wawan selama ini tinggal di Bandung. Dia belum lama datang. Begitu juga dengan Hari yang menetap di Perumahan Bukit Singosari Raya, Malang. Mereka datang ke Kota Delta untuk menghadiri pemakaman Budi. “Wawan sempat datang ke rumah saya sehari sebelum diamankan, membicarakan masalah pemakaman saudaranya,” paparnya.



    Heri mengaku tidak terlalu kenal dengan keluarga yang tinggal di rumah nomor 193. Selain ditinggali Roylah, disana juga ada Sri Rahayu Lestari, adik Budi. “Bapak Budi sudah meninggal,” terangnya.



    Mantan Kabag Hukum Pemkab Sidoarjo itu merasa tidak ada aktifitas mencurigakan di rumah berpagar kuning tersebut. Hanya saja, dia tidak memungkiri pernah dihubungi polisi. Mereka mencari Budi. “Mungkin alamat yang dikantongi polisi masih disini, padahal yang dicari jarang terlihat. Sudah pindah ke Sukodono,” ungkapnya.



    Pihak berwajib, kata dia, menggali keterangan tentang keseharian Budi. Hari pun menjawab seadanya. Bahwa yang dicari hanya sesekali terlihat. “Informasi dari polisi pernah beberapa kali menjenguk napi teroris. Dimana dan siapanya yang didatangi itu tidak dibuka,” katanya.



    Hari merasa prihatin dengan keluarga di rumah itu. Mereka kini menjadi pusat perhatian. “Ibunya (Roylah) padahal sedang sakit. Dulu jantung tapi belakangan katanya terkena struk,” jelasnya.



    Roylah dan anak perempuannya yang tinggal disana dikenal baik dengan warga. Mereka bahkan aktif di berbagai kegiatan. Mulai dari pengajian sampai PKK. “Saudara Budi yang lain sudah lama tidak disana. Tinggal di rumah sendiri semua,” kata pria yang menjadi penghuni Perumahan Auri sejak 2004 tersebut.



    Jawa Pos sempat mendatangi rumah yang ditinggali Roylah. Namun, penghuninya merasa keberatan menerima. Dua perempuan tampak mengintip dari jendela. Mereka memakai masker. “Kami sudah cukup menderita,” kata salah satunya.



    Nada suaranya terdengar parau. Bisa jadi menahan kesedihan. “Masku itu orang baik. Gak mungkin jadi teroris,” imbunya sembari menutup jendela yang terbuka.



    Beberapa jam setelah penggerebekan di Lemahputro, Densus kembali melakukan pergerakan. Kali ini di RT 24 RW 7 Desa Sugihwaras, Candi. Dari lokasi itu petugas mengamankan satu orang.



    Dia adalah Dicky Lesmana. Lelaki 47 tahun itu tinggal di blok G/VII. Dicky tinggal disana bersama istri dan anak-anaknya. Mereka mengontrak rumah sejak 2015. Merujuk kartu identitas, keluarga itu berasal dari Desa Dungus, Cerme, Gresik.



    Bapak lima anak itu disebut-sebut menyerahkan diri kepada polisi. Densus 88 kemudian mengambil tindak lanjut dengan melakukan penggeledahan di rumahnya mulai pukul 23.30. “Belasan petugas yang datang. Naik dua mobil,” kata tetangga Dicky yang enggan menyebutkan namanya.



    Sejumlah barang ditemukan tim yang melakukan penggeledahan. Diantaranya adalah senapan angin, busur dan 15 anak panah yang ujungnya tumpul, rompi baja, dan dua buku yang membahas agama.



    Di lokasi, petugas juga sempat menggeledah mobil Toyota Innova bernopol S 1106 JN milik Dicky. Namun, tidak ada benda mencurigakan yang ditemukan. Dicky selanjutnya dibawa petugas.



    Rumah yang ditinggalinya terlihat sepi kemarin. Tidak ada jawaban apapun dari dalam ketika dipanggil. “Orangnya mungkin pergi,” kata perempuan itu.



    Menurut dia, keluarga Dicky tertutup dengan sekitar. Mereka jarang keluar untuk bersosialisasi dengan warga. “Belum pernah ke masjid juga, meski letaknya tidak jauh dari tempat tinggalnya,” ungkapnya.



    Kapolresta Sidoarjo Kombespol Himawan Bayu Aji menyatakan, ketiga terduga pelaku teroris itu yang digerebek di dua tempat itu menjadi wewenang Densus 88. Dalam penggerebekan, pihaknya hanya mendapat porsi pengamanan. “Ada tiga orang yang diduga terlibat jaringan teror. Belum tahu apakah yang dibawa dari kedua lokasi itu saling berkaitan. Yang pasti, yang di Lemahputro ada hubungan saudara dengan terduga teroris yang ditembak mati di Sukodono,” paparnya.  (edi/uzi)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top