• Berita Terkini

    Kamis, 24 Mei 2018

    Aktifitas Warga Pekalongan Terganggu Akibat Banjir Rob

    MUHAMMAD HADIYAN
    PEKALONGAN - Luapan air laut atau rob yang menggenangi permukiman pesisir Kabupaten Pekalongan sejak dua pekan terakhir, cukup mengganggu mobilitas masyarakat. Warga kesulitan berakhtivitas lantaran genangan rob cukup tinggi dan meluas. Kendaraan roda dua pun sulit menerjang jalan yang tergenang.

    Hal ini menyulitkan warga, mengingat jalur utama yang sudah ditinggikan juga turut terendam. Warga kesulitan bekerja, beribadah, dan anak-anak pun bingung berangkat sekolah. Masyarakat berharap ada bantuan dari pemerintah untuk menyediakan alat transportasi umum yang mampu menembus banjir rob. Sehingga dapat sedikit meringankan beban warga maupun anak sekolah untuk menjalankan aktivitas di tengah genangan rob.

    Sekretaris Komisi D DPRD Kabupaten Pekalongan, Moch Nurkholis mengungkapkan, sejuah ini masyarakat korban rob cukup dengan genangan yang belum juga surut sejak beberapa pekan terakhir. Kondisi ini cukup mengganggu, khususnya mobilitas warga dan anak sekolah.

    "Saya mendengar keluhan-keluhan warga korban rob. Mereka berharap, setidaknya ada bantuan kendaraan transportasi yang bisa melaju di tengah rob untuk mengangkut warga, khususnya anak sekolah. Sehingga, mereka bisa berangkat sekolah tanpa basah, dan tidak terlambat. Apalagi di masa-masa ujian akhir semester ini," kata Nurkholis, kemarin.

    Sejauh ini, lanjut dia, masyarakat menggunakan alat-alat seadanya untuk menerjang rob. Mulai dari drum sampah dijadikan kapal, hingga prau kecil untuk melewati genangan rob di jalan raya yang tergenang, seperti di Desa Jeruksari.

    "Banyak kendaraan roda dua yang mogok dan tak bisa digunakan. Maka, bantuan alat transpotasi umum untuk rob sangat dibutuhkan," tandasnya.

    Kepala Desa Jeruksari, Kuswanto mengatakan, sudah dua pekan ini warga dilanda rob dengan ketinggian 40 centimeter hingga satu meter lebih. Hal ini membuat sebagian warga terpaksa mengungsi dari kediaman mereka karena rumah dan seisinya tergenang banjir rob.

    "Ada 200 KK atau kurang lebih 1000 warga bertahan di tempat pengungsian. Mereka setiap hari tidur dan salat tarawih di sini (tempat pengungsian, red)," kata Kuswanto.

    Terkait kebutuhan sehari-hari, juga dilakukan di tempat pengungsian. Sebab, dapur dan alat-alat masak di rumah turut tergenang. "Kalau maghrib rob tinggi, bahkan sampai sepinggang orang dewasa. Anak-anak juga bertahan di tempat pengungsian. Tapi mereka tetap sekolah, meskipun harus cincing karena akses menuju sekolah tergenang," tandasnya. (yan(


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top